Cast : Choi Siwon
Kwon Yuri
Choi Sooyoung
Lee Donghae
Yuri dan Sooyoung berbincang sebentar, hanya sebentar karena yuri tak mau lebih dekat lagi dengan Sooyoung, wae? Karena ia tak mau mengingat memori saat remajanya bersama Sooyoung dan siwon.
“aku akan pulang ini sudah larut malam, terimakasih atas soju-nya. Nanti akan
ku balas teraktiranmu. gomawo” kata yuri sambil berjalan keluar dari kaki lima
itu “yuri-a!” panggil Sooyoung “mmm… majjimak puttakaeo ” kata Sooyoung lalu
berjalan mendekat kearah yuri berdiri “siwon oppa… gwenchana-yo?” Tanya Sooyoung
sedikit ragu “siwon oppa, gwenchana. Kogjeongmal, aku merawatnya dengan baik.
Lagi pula kau kan memang tak pernah dekat dengannya, kau tak perlu menanyakan
kabarnya” jawab yuri “apa maksudmu merawat dengan baik? Kalian… berkencan? Oh,
aku tahu, aku hanya penasaran saja” kata Sooyoung dengan nada yang sedikit naik
“molla-yo.. sudah ya, aku pulang dulu. Jaga kesehatanmu” kata yuri lalu
berjalan dengan langkah gemetar yang cepat cepat ia buat setegak mungkin.
“oppa,
aku ingin bertemu, temui aku di depan apartment-mu” kata yuri di telepon, siwon
segera memakai mantelnya dan keluar untuk menemui yuri.
“ada
apa? Malam malam begini, apa yang kau lakukan di luar? Kau bisa flu nanti” kata
siwon ketika menemukan yuri sedang berada di depan gedung apartment-nya “aku
hanya akan bertanya sekali, jadi dengarkan aku” kata yuri, siwon mengangguk
“apa alasan oppa bersikap dingin padaku? Oppa mempunyai yeojachingu? Keurigu…
apa oppa dan Sooyoung selama ini masih berhubungan? Anniya… bukan hubungan
pacar tentunya, maksudku kalian masih saling mengabari atau tidak?” Tanya yuri
panjang lebar “jawab aku choi siwon-ssi” kata yuri sambil menilap kedua tangan
didepan dadanya “ey… kau sangat kekanakan malam ini. Sudah malam, mau ku antar
pulang?” kata siwon mengallihkan pembicaraan “jangan mengalihkan pembicaraan
oppa, aku serius” kata yuri “aku juga serius, kalau begitu kita bicara didalam
ya, aku takut kau sakit nantinya” jawab siwon sambil merangkul yuri lalu
berjalan masuk ke pintu gedung apartment-nya.
***
Yuri
duduk tepat disamping namja yang selama ini disukainya, ia menatap wajah siwon
“oppa, oppa masih tak bisa menyukaiku?” Tanya yuri “oppa, menyukaimu yuri.
Neomu jeoahae” jawab siwon “oppa… masih menyukai Sooyoung?” Tanya yuri
tiba-tiba “aku tak akan menanyakan hal ini dua kali, aku benar benar khawatir
selama ini, aku sangat takut untuk menanyakan ini pada oppa, aku takut jawaban
oppa berbeda dengan yang ku harapkan. Aku kira setelah aku menemukanmu kembali,
ini akan menjadi hal yang menyenangkan. Ternyata aku malah tambah khawatir dan
menjadi lebih tersiksa ” kata yuri, siwon menatapnya dengan dalam “sudah
selesai bicaranya? Kau pikir selama ini aku tak khawatir? Oppa menyukaimu…
baiklah selama ini mungkin hanya sebagai adik, tapi dengar, siapa yang tahu?
Mungkin aku akan mulai menyukaimu seperti namja yang menyukai yeoja. Dan aku
akan menepati janjiku yuri-a… oppa akan menjagamu selamanya, apapun yang
terjadi” jawab siwon “oh ya, oppa tak pernah menyukai Sooyoung, kau harus ingat
yang satu itu” lanjut siwon “jadi berhentilah mengintrogasiku” kata siwon
sambil menyanggah dagu yuri “sudah ku bilang jangan tundukan kepalamu kwon
yuri, kau adik kesayangan oppa” kata siwon lalu memeluk yuri.
***
Sooyeon membuka pintu apartement dengan tergesa-gesa “yuri-a!! yuri-a!!
oddiga?” teriak sooyeon, saat ia berlari ke kamar yuri, ke dapur ke kamar mandi
yuri tak ada dimana pun, “yuri-a… kwon yuri ku mohon aku tak bercanda! Kau
dimana?” teriak sooyeon, ia berjalan keluar apartment lalu mengunci pintunya
“ia benar-benar tak ada di dalam oppa, ottokajji?” kata sooyeon pada Donghae
yang menunggunya di depan sedari tadi “lalu dia ada dimana?? Kita tak bisa
membuat ahjumma menunggu bukan? Telepon dia! Palli!” kata Donghae yang ikut
panik.
Yuri sedang berada di kampusnya, ia sedang menyerahkan skripsi yang sudah ia
kerjakan selama 3 bulan ini, yuri sangat puas dengan nilai yang ia dapat, ia
tak menyesal telah begadang semalaman selama 3 bulan ini hanya untuk
menyelesaikan skripsi akhirnya ini. Yuri sedang duduk di kantin sambil menyesap
juice strawberry-nya, tiba-tiba sesorang datang berlari padanya, katanya ada
namja yang menunggunya di parkiran, yuri cepat cepat menghabiskan juicenya dan
berlari menuju parkiran kampusnya.
“sedang
apa oppa disini? Dan kenapa raut wajah oppa seperti itu?” tanya yuri pada namja
dihadapannya “oppa… ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi?” tanya yuri
“sudahlah, ikut aku.. kita tak boleh kehilangan waktu lagi yuri-a” jawab
Donghae dengan nada gelisah “kita mau kemana oppa?” tanya yuri sambil memasang
sabuk pengamannya.
***
“yuri… ahjumma, ada di rumah sakit. Ia mengalami kecelakaan saat ia pergi ke
perusahaanya” kata Donghae sambil menggenggam erat tangan yuri “yuri-a..
berpegangan yang kencang, oppa akan mencari jalan supaya kau bisa bertemu
ahjumma dulu, okay” kata Donghae lalu melajukan mobilnya dengan sangat cepat.
Sesampainya di rumah sakit yuri hanya diam, ia tak mau masuk kedalam ruangan
ibunya, ia tak mau mendekati pintu ruangan ibunya, ia ketakutan. Semua kejadian
saat ia masih kecil teringat lagi, ia teringat saat ayahnya memukul ibunya
dengan sangat keras, dan yuri merasakan perasaan takut kehilangan, perasaan
yang sangat ditakutinya, perasaan yang tak mau lagi ia rasakan, perasaan yang
membuatnya tak bisa melepaskan orang-orang yang disayanginya.
***
“yuri-a…
ahjumma ingin bertemu denganmu, cepat masuk” kata sooyeon yuri menggelengkan
kepalanya, “yuri-a… aku mohon, oppa sudah memohon kepadamu tapi kau tetap tak
mau masuk?” Donghae ikut membujuk yuri, kali ini yuri melangkahkan kakinya
untuk masuk kedalam ruangan itu “yuri-a… eomma-kka… neomu neomu boggoshipoyo”
kata ibunya sambil menggenggam tangan yuri “eomma kajjima” kata yuri sambil
membalas genggaman tangannya “eomma… jangan tinggalkan yuri, yagseog?” kata
yuri “mm… eomma yagseog, uri yuri… oh… eottoke? Bagaimana aku bisa
meninggalkannya ya tuhan” kata ibu yuri tiba tiba menangis “eomma.. ulmyeon
andwae” kata yuri sambil memeluk ibunya “yuri… hubungilah oppa-mu, ajak dia
menjenguk eomma nanti, katakan padanya untuk menjagamu..” kata ibu yuri dengan
suara yang sangat lemah “yu.. ri-ah… saranghae” kata ibu yuri sambil memegang
erat pergelangan tangan yuri “eomma! Eomma! Andwae eomma! Andwae!! Kajjima…
eomma… kajjimaragu!!! eomma” yuri menggoyangkan tubuh ibunya lalu menangis
sangat keras “eomma… iggo.. yuri-a eomma… eomma…” tangis yuri semakin membuat
suasana mengharu, yuri terduduk di samping ranjang, Donghae dengan sigap
menahannya “yuri-a..” panggil Donghae “ah… oppa… eottokajji? Aaaaaaaah!!!” yuri
menangis sambil memeluk dan memukul pelan pundak Donghae “yuri-a.. kita keluar
dulu, jangan menangis disini, kasihan ahjumma… kau menangislah diluar sepuasmu”
kata Donghae sambil membopong yuri keluar dari ruangan itu.
“apa ku bilang oppa? Aku tak boleh masuk! Ketika aku masuk eomma akan pergi.. sekarang
aku harus bagaimana? Naneun eottokae oppa” yuri terisak isak dipelukan Donghae.
***
Siwon yang mendengar berita tentang yuri langsung pergi ke rumah sakit, ia berlari
di koridor ruangan ibu yuri, ia mencari yeoja itu, yeoja yang ia tahu pasti
sedang menangis keras, menangis keras seperti saat 12 tahun yang lalu, seperti
saat ia mengenal yuri. Siwon sangat ketakutan, ia tak mau melihat yeoja itu
menangis lagi, jadi ia berlari lagi mencari yuri.
Ia menghentikan langkahnya yang terengah engah, saat melihat yeoja yang di
khawatirkannya memeluk namja lain dan menangis sambil menghentak-hentakan
kakinya, ia maju sedikit demi sedikit lalu melihat dengan lebih jelas “yuri-a…”
panggil siwon “oppa… aku harus bagaimana?! Oppa..” kata yuri yang masih
menangis dalam pelukan namja lain tanpa menghiraukan panggilan siwon “aku… tak
punya siapa-siapa lagi kalau eomma tak ada! Aku sendirian oppa!” teriak yuri
pada namja yang dipeluknya “yuri-a.. ini oppa… oppa datang kesini” kata siwon
“oohh!!! Hiks!” yuri masih terisak dalam pelukan Donghae, siwon tercengang
melihat yuri tak mengiraukannya, akhirnya ia berjalan dan melepaskan tangan
yuri yang terlingkar di leher Donghae, yuri menatapnya sebentar lalu baru
tersadar bahwa itu adalah siwon .
***
“yuri-a… ini oppa” kata siwon perlahan “siwon oppa…” kata yuri lalu memeluk
siwon lalu mulai menangis terisak, dan ia terjatuh, ia pingsan.
Sooyeon dengan setia menunggu yuri siuman, sooyeon menggenggam tangan yuri “kau
harus kuat yuri-a.. aku membutuhkanmu… kami membutuhkanmu” kata sooyeon.
Sementara
itu, siwon sedang berbincang dengan Donghae di luar. “jadi sebenarnya, kau
siapa” kata siwon “aku… sahabat yuri” jawab Donghae ragu “sahabat? Namja chingu
anniya?” tanya siwon “anniya, dan kau? Kau siapa yuri?” tanya Donghae “aku tak
bisa menjelaskannya.. hubungan kami sulit dijelaskan, nae ireumi choi siwon”
kata siwon “naneun, lee Donghae” kata Donghae, mereka terdiam cukup lama. Lalu
siwon berdiri dan melangkahkan kakinya masuk ke ruang rawat yuri “chakkaman”
kata Donghae “aku harap hubungan kalian, kau dan yuri, tak lebih dari sekedar sahabat.”
Kata Donghae “kau pasti tahu, yuri pasti sudah bercerita tentang namja yang ia
sukai selama ini. Itu aku. Jadi, kau juga pasti mengerti bagaimana perasaan ku
kepada yeoja yang sudah menungguku begitu lama, ya.. aku akan mulai mengejarnya
juga. Sebaiknya hilangkan harapanmu, mungkin kami akan segera berkencan” jelas
siwon lalu segera masuk ke ruang rawat yuri.
***
Yuri berganti baju menjadi hanbok berwarna hitam dan pita putih kecil di
rambutnya, ya… itu adalah pakaian untuk keluarga yang baru saja ditinggalkan
anggota keluarganya yang meninggal. Yuri terus duduk dengan menundukan
wajahnya, ia terus saja menangis. Siwon yang ada di sampingnya hanya bisa
menenangkannya sedikit, sedangkan tamu terus menerus datang, “yuri-a..
uljimma.. ayo sambut tamu-tamu itu, mereka mau mendoakan ahjumma, mm? mau ikuti
kata-kata oppa kan?” bujuk siwon akhirnya yuri berdiri dan mulai menyambut tamu
yang datang “kamsahamnida” hanya satu kata itu yang bisa terucap dari mulut
yuri saat tamu datang.
Mereka berdua pulang ke apartment siwon, yuri duduk sendirian di ruang tamu,
dan mulai menangis lagi. Siwon membuatkan sup tulang sapi, untuk mengembalikan
kesehatan dan kesegaran tubuh yuri lagi, lalu menaruhnya di meja makan “mogeo?”
kata siwon “anniya oppa, aku tak lapar” jawab yuri “yuri-a, bagaimana kau bisa
mendoakan ahjumma disana kalau kau sakit nantinya? Siapa yang akan memperingati
hari kematian ahjumma kalau kau sakit nantinya? Hmm? Yuri-a… ayo makan” kata
siwon sambil merangkul yuri “oppa..” kata yuri sambil memeluk siwon “aku tak
mau hidup lagi, aku mau ikut eomma saja. Tak akan ada lagi yang perduli padaku,
bahkan appa, ia tak akan mungkin datang untuk melihatku sebentar saja, dan aku
harus menghubungi oppa-ku? Kalau begitu aku akan mati ditangannya, ia sangat
membenciku. Naneun eottokae? Apa yang harus ku lakukan oppa!?” kata yuri sambil
menangis “kau harus hidup yuri, kau harus hidup. Setidaknya hiduplah untukku,
untuk sooyeon, untuk…Donghae. Hiduplah untuk kami.kau ini bicara apa? Apa yang
sedang kau bicarakan? Tak ada yang perduli padamu? Lalu aku? Aku ini kau anggap
apa? Apa aku kurang perduli padamu? Kau ingin aku seperti apa?” kata
siwon sambil melepas pelukannya “kita akan tinggal disini, kau dan aku akan
tinggal bersama. Jadi aku akan tetap mengawasimu, aku akan bisa melindungimu
lagi ” kata siwon “jadi, sekarang ayo makan. Aku sudah lapar, apa kau tak
lapar?” lanjut siwon, yuri hanya mengangguk.
***
Donghae membuka pintu rumahnya dengan perlahan, ia tahu keluarganya pasti sudah
tidur, karena ia pulang larut malam. Donghae berjalan menuju kamarnya di lantai
dua, “dari mana saja kau lee Donghae?” Tanya ayahnya “oh, kabjagia! Abojji..
choneun…” katanya tergagap “kau ini, kau adalah penerus bisnis keluarga, tapi
kau pulang selarut ini, apa yang akan di katakan orang hah?! Jangan buat malu
keluarga lee Donghae! Lihat adikmu! Contoh dia!” bentak ayahnya “dde abojji,
sesongamnida” kata Donghae sambil meneruskan jalannya menuju kamar “oddiga?!
Aku belum selesai bicara!” kata ayahnya “yeobo… sudahlah, kasihan Donghae baru
saja datang, lagi pula ia sudah meminta izinku untuk pulang malam. Sudahlah
yeobo biarkan dia istirahat” sela ibu Donghae “cah.. masuklah, kau perlu
istirahat” kata ibunya pada Donghae “kamsahamnida eommoni” jawab Donghae lalu
masuk ke kamarnya.
“hyung… gwenchanayo? Jangan pikirkan perkataan abojji. Kau tahu dia kalau sudah
marah sering membanding-bandingkan kita. Hyung… istirahatlah, aku tahu hari ini
pasti berat untukmu” kata Dongjin dari luar kamar, Donghae menatap lekat layar
ponselnya, ia berencana untuk menghubungi yuri secepatnya, ia tahu yuri pasti ada
di rumah namja itu, tapi ia masih tetap khawatir.
***
Donghae menggenggam erat ponselnya, bahkan saat ia tertidur. Dan ia cepat
cepat mengangkat ponselnya saat benda itu bordering “yeobseo? Yuri-a? oddiga?
Mogosseo?” Tanya Donghae berturut-turut “oh oppa, dde mogoyo.” Jawab yuri “aku
mengganggu? Oppa pasti sudah tidur, ini sudah jam 2 pagi” kata yuri “ah anniya…
bagaimana aku bisa tidur kalau aku terus saja memikirkanmu? Kenapa baru
menelpon sekarang? Kau tahu seberapa khawatirnya aku?” kata Donghae “mianhae
oppa, aku ada di apartmet siwon oppa, kogjeongmal… aku sudah lebih baik
sekarang, jadi tidurlah” jawab yuri “good night” lanjut yuri lalu menutup
teleponnya.
Ya…
setidaknya, yuri sudah menelponnya, tak ada yang perlu di khawatirkan lagi.
Yeoja itu bersama orang yang akan melindunginya, yang akan selalu
melindunginya. Donghae menyandarkan tubuhnya di tembok sebelah ranjangnya, ia
menutup mata sambil menggelengkan kepalanya. Ia merasa seluruh tubuhnya akan
hancur. Tentu saja, rasanya seperti ia baru saja mencabik tubuhnya sendiri,
sejak yuri berkata bahwa ia sudah menemukan namja yang ia sukai sejak lama itu,
choi siwon.
Ditempat lain, yuri sedang berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air,ia
merasa badannya sangat lemah untuk di gerakan, karena ia hanya makan beberapa
sendok tadi. lalu duduk kembali di sofa sambil mendengarkan lagu kesukaannya,
super junior ‘shes gone’, yuri tertidur, tertidur di sofa sambil mendengarkan
lagu itu.
Siwon berjalan menuju kamar yuri, betapa terkejutnya ia begitu melihat tak ada
siapapun di kamar itu, siwon mencari cari dimana yuri berada, ia menghela
nafasnya ketika melihat yuri sedang tertidur pulas di sofanya. Siwon mengangkat
yuri ke kamarnya, “kenapa kau tidur di sofa? Bukankah kamar ini sudah jadi
milikmu juga?” gumam siwon lalu menyelimutinya, siwon berjalan untuk mematikan
lampu, ketika yuri menggenggam tangannya “oppa… museowo” kata yuri “museowo?
Wae? nan yeogisseo” jawab siwon “kajjima oppa” kata yuri sambil berusaha untuk
duduk “wae? Appo? Oddiseo appo?” Tanya siwon khawatir, yuri menaruh kepalanya
di kedua paha siwon, lalu memeluk tangannya “aku takut oppa juga akan
meninggalkanku, seperti eomma meninggalkanku. Temani aku disini oppa, kalau
tidak biarkan aku yang menemani oppa dikamar” kata yuri sambil memejamkan
matanya “kalau begitu kau ingin aku tidur disini denganmu?” Tanya siwon
sambil tertawa kecil “hmm.. tidurlah disini” jawab yuri.
***
Yuri bangun dari tidurnya, dan langsung menatap wajah namja yang bersamanya
dari semalam, yuri mempererat pelukannya pada tubuh siwon, karena air mata
mulai mencoba mengalir dari matanya lagi, ia terisak, dan tanpa sengaja
membangunkan siwon “mmh? Urronnde? Wae urro?” kata siwon dengan suara bangun
tidurnya, yuri hanya menggelengkan kepalanya, siwon mempererat pelukannya pada
yuri “arraseo… menangislah. Ini untuk yang terakhir kali aku melihat kau
menangis, arraseo? Berjanjilah untuk tidak menangis lagi” kata siwon sambil
mengelus rambut yuri.
Siang harinya
Sooyeon
sedang dalam perjalanan ke kampusnya, dan tanpa sengaja bertemu dengan donghae
yang sedang berjalan jalan di sekitar kampus sooyeon “donghae oppa?” panggil
sooyeon “oh, sooyeon-a. kau mau ke kampus? Kalau begitu kita pergi bersama”
kata donghae “wae? Ada apa? Kenapa kau seperti ini?” Tanya sooyeon “yuri…
gwenchana? Apa dia masih menangis?” Tanya donghae “ia tak memberitahumu? Dia
akan tinggal bersama siwon-ssi?” Tanya sooyeon “ah baja, ia sudah menelponku
semalam. Aku lupa” jawab donghae “kau pasti sangat khawatir kan oppa? Tenang
saja, yuri ada di tangan yang tepat ku rasa” jelas sooyeon donghae hanya
menarik nafas dan melanjutkan jalanya.
***
‘oppa, temui aku di café ayahmu, jam 3 nanti’ donghae membuka pesannya dan
langsung tersenyum.
Yuri datang dengan coat putih dan kaca mata hitamnya “oh. Wasseo? anjja” sapa
donghae “donghae oppa.. aku butuh bantuanmu” kata yuri sambil menaruh tas di
pangkuannya “bantuan? Apa? Asal kau tak meminta yang macam macam, aku mau”
jawab donghae “tapi sebelumnya oppa, aku akan menanyakan sesuatu padamu. oppaneun
jeoleul sarang?? (apa oppa mencintaiku?)” Tanya yuri sambil menatap jauh kedalam
mata donghae, tapi donghae hanya tersenyum “jawab aku” kata yuri lagi “geurae..
aku mencintaimu, wae?” jawab donghae dengan lantang “tapi, kenapa oppa tak
pernah mengatakannya padaku? Apa sekarang aku sudah tak menarik lagi untukmu?”
Tanya yuri dengan ragu “aku? Mengatakannya padamu?” tiba-tiba donghae merasa
tak sesemangat tadi “wae? Kalau aku mengatakannya kau akan berbalik
mencintaiku?” Tanya donghae “kalau aku mengatakannya, akankah kau berhenti
menyukai choi siwon? Eoh? Tidak kan? Jadi untuk apa aku mengatakannya? Dan- ah
sudahlah lupakan” kata donghae “setidaknya jika oppa mengatakannya padaku, aku
tak akan terus membuatmu terluka. Atau mungkin aku tak akan membiarkan diriku
untuk menunggu siwon oppa untuk selama ini. Dan mungkin aku akan memilihmu”
kata yuri.
***
“setidaknya jika oppa mengatakannya padaku, aku tak akan terus membuatmu
terluka. Atau mungkin aku tak akan membiarkan diriku untuk menunggu siwon oppa
untuk selama ini. Dan mungkin aku akan memilihmu” kata yuri. Sekejap,
mata donghae menggambarkan kekecewaan yang dalam, penyesalan karena ia tak
mempunyai keberanian, ia tak bisa menyatakan cintanya pada yeoja yang ia cintai.
***
Siwon berjalan menuju sebuah supermarket untuk membeli perlengkapan di rumahnya
yang sudah hampir habis, ia memang bisaa mempersiapkannya sendiri, jadi ia
sudah terbisaa.
“oppa,
oddiga?” Tanya yuri di telepon “aku di supermarket, wae?” jawab siwon “kenapa
tak bilang padaku? Kalau kau bilang kan aku bisa membelikan perlengkapannya
untuk mu -_- kalau begitu aku menyusul ya oppa. Jangan berbelanja apapun dulu
sebelum aku datang!” kata yuri. Siwon hanya tersenyum sambil mencari tempat
duduk untuk menunggu yuri.
5 menit
kemudian
“siwon oppa?” kata seseorang dari balik tubuh siwon “kenapa kau cepat sekali
kwon yuri?” jawab siwon “kwon yuri? Kau sedang menunggu seseorang rupanya” kata
yeoja yang memanggilnya tadi “c..choi sooyoung?” kata siwon terbata-bata
“urrimaniyea, oppa” kata yeoja itu “o..oh urrimaniyea” kata siwon sedikit
gugup. Mereka berbincang cukup lama karena yuri belum juga datang.
“rupanya kau
tak berubah oppa, wajahmu bahkan hanya berubah sedikit. Aku benar-benar bisa
mengenalimu kkk~ bagaimana kabarmu? Kenapa tidak mengabariku kalau kau sudah
pulang ke korea? Kalau kau mengabariku, kita kan bisa mengobrol dari awal” kata
Sooyoung “aku sengaja tak mengabarimu, kau khawatirkan? haha” jawab siwon “oppa
ini, sekarang oppa tinggal dimana? Aku ingin main ke apartment oppa
sekali-kali” kata Sooyoung “aku tinggal di apartment yang kita lihat dulu,
sewaktu pulang sekolah” kata siwon “ah! Yang itu! Kalau tahu begitu dari
kemarin aku sudah datang mengunjungi oppa~ kenapa sih oppa tak mau mengabariku”
kata Sooyoung terdengar sedikit kecewa.
“oppa, siwon
oppa.. apa kau tak merindukanku?” kata Sooyoung sambil melingkarkan tangannya
di lengan siwon dan menyenderkan kepalanya di bahu siwon “rindu? Tidak, bisaa
saja.. mmm jinri-a, jangan begini” jawab siwon sambil melepas tangan Sooyoung
“aaaa… shiro~ aku kan rindu oppa” kata Sooyoung sambil melingkarkan tangannya
lagi.
***
“siwon oppa dimana sih? Katanya mau menungguku” kata yuri sambil berkeliling mencari
siwon. “ah! Itu dia!” kata yuri yang melihat coat yang dipakai siwon tadi pagi,
yuri segera menghampirinya.
“Oppa! Nawasseoyo~” kata yuri sambil tersenyum riang “oppa?” melihat Sooyoung
melingkarkan tangannya di lengan siwon raut wajahnya langsung berubah “yuri-a!
annyeong!” kata Sooyoung dengan riangnya “oppa…. Iggo mwoya?” kata yuri tanpa
memperdulikan Sooyoung yang menyapanya “yuri-a, ini tidak seperti yang kau
pikirkan. Jinjja!” jawab siwon sambil berusaha melepas tangan Sooyoung “a..ah
daeseo. Aku akan pulang duluan oppa” kata yuri dengan suara yang pelan, sambil
berusaha menenangkan dirinya. Yuri pergi dengan langkah yang cepat, secepat
detakan jantungnya. Ia menarik nafas, lalu mengeluarkannya perlahan supaya
amarahnya hilang. Siwon langsung melepaskan tangan Sooyoung, dan mengejar yuri
yang pergi keluar menuju parkiran “yuri-a! kwon yuri!” panggil siwon “hya!
Gidaryo! Yuri-a!” panggil siwon “stop! Oppa! Jangan dekati aku!” kata yuri yang
langsung diam di tempat, siwon mendekatinya selangkah demi selangkah “ku bilang
jangan dekati aku! Diam disitu! Jangan dekati aku” kata yuri sedikit berteriak,
siwon memeluknya dari belakang “mianhae, itu tidak seperti yang kau pikirkan,
dia yang memelukku, bukan aku yang menyuruhnya.. jinjja!” kata siwon sambil
masih memeluk yuri, “nan, gwenchana-yo.. jinjja! Keurigu… oppa menyukainya kan?
Diperlakukan seperti itu oleh Sooyoung, oppa pasti menyukainyakan? Aku tidak
apa-apa oppa.. pergilah” kata yuri sambil melepas pelukan siwon dan menghapus
air matanya “tapi kau menangis lagi” jawab siwon “aku bukan menangis
karena sedih. Aku menangis karena bahagia, oppa dan Sooyoung mungkin akan
bersama. Oh naneun haengbokhae” kata yuri sambil berjalan “kau tak
menginginkanku lagi?” Tanya siwon tiba-tiba, yang membuat yuri langsung diam di
tempat “mm.. aku tak menginginkanmu lagi” jawab yuri sambil menghapus air
matanya dan berusaha tersenyum “tapi aku menginginkanmu, apa yang harus ku
lakukan?” Tanya siwon, yuri terdiam.. “aku akan tinggal di apartment-ku lagi oppa.
Aku pergi dulu” kata yuri lalu membalikan badannya dan pergi “kau mau begini
terus padaku kwon yuri!? Saat ku menyukaimu kau akan mengabaikanku?! Itu yang
kau rencanakan?” kata siwon, yuri hanya melanjutkan jalannya sambil bergumam
dalam hati bahwa itu tidak benar, bahwa sesungguhnya ia ingin kembali pada
siwon dan memeluknya.
***
Siwon menghampiri yuri dan membalikan badannya “lihat aku! Apa aku terlihat
sedang bercanda sekarang?! Kau pikir aku bercanda sekarang? Kau ingin aku
membuktikannya?!” kata siwon yang memegang kedua pipi yuri “oppa, hajima” kata
yuri yang masih berair mata “…..” siwon hanya diam, sambil mendekatkan wajahnya
ke depan wajah yuri dan mencium bibirnya dengan perlahan dan lembut. Yuri
menutup matanya lalu perlahan mendorong tubuh siwon untuk menyingkir “kenapa
oppa tak mau mendengarkanku? Aku bilang jangan lakukan ini oppa..” kata yuri
sambil mengusap bibir dengan ibu jarinya “selama apapun aku menunggu aku masih
sanggup, tapi Sooyoung? Mungikn dia tak bisa menunggu selama aku. Mungkin oppa
juga akan lebih nyaman bersama yeoja yang oppa cintai” lanjut yuri “wae? Kenapa
kau berfikir aku menyukai jinri?” Tanya siwon “kenapa kau menolak ciumanku?
Kenapa kau menghindariku? Kenapa kau bilang kau tak menginginkan ku lagi? Wae?”
lanjut siwon dengan tatapan serius “oppa molla, oppa amugotto molla” jawab yuri
“maka dari itu beritahu aku sekarang! Nan molla, nan amogotto molla! ” jawab
siwon “yuri-a.. nan mido! oppa tak akan membuat air mata keluar dari matamu
lagi” kata siwon sambil memeluk yuri, dan kali ini yuri membalas
pelukannya.
***
“oh, sooyeon-a? oddiseo? Aku akan pulang hari ini, tolong siapkan kamarku ya..
mm.. gomawo, kkeuno” kata yuri di telepon. Yuri tetap pada pendiriannya, bahwa
ia akan kembali ke apartment lamanya bersama sooyeon, yuri membereskan
barang-barangnya dari apartment siwon lalu merapikan kopernya dan memasak untuk
sarapan siwon.
“oppa, irrona.. ini sudah jam 9!! Ayo bangun” panggil yuri “mmm… 5 menit lagi”
kata siwon dari dalam kamar “anirrona?! Hana.. ddul.. seit!” hitung yuri dan
dalam hitungan ke tiga siwon langsung keluar dari kamarnya, “nan irrona
yuri-a~” kata siwon sambil menggosok gosok matanya, “ayo makan
sarapannya..” kata yuri “kita sarapan apa pagi ini?” Tanya siwon sambil
duduk di meja makan dan membuka tutup meja makanya “yummm… kajja meokgo!” ajak
siwon “wae? Kenapa kau diam saja? Sini..” panggil siwon “anniya.. aku sudah
sarapan tadi, oppa makan sendiri saja ya” jawab yuri “mmm.. begitu, baiklah”
kata siwon sambil memakan makananya. Yuri menyeret kopernya keluar dari kamar
lalu menaruh korper itu di sofa dekat tv, siwon yang mendengar suara seretan
itu langsung menengok ke arah yuri “iggo mwoya?” Tanya siwon “koper, oppa nan
jibaek halkaeyo, gieog annha?” jawab yuri sambil mengambil coat cokelatnya dari
kamar “kau mau kemana lagi? Bukankah aku sudah minta maaf?” kata siwon “mm….
benar, oppa sudah minta maaf” kata yuri sambil membenarkan kerah coat-nya “lalu
kenapa kau mau pergi sekarang? Apa aku berbuat salah lagi?” Tanya siwon
“anniya, obseo. Aku hanya ingin pulang, itu saja…” jawab yuri, siwon berjalan
mendekati yuri “lagi? Kenapa kau selalu menjawab pertanyaanku dengan jawaban
yang sama? Apa apartmentku kurang nyaman? Kalau begitu ayo kita pindah, eoh?
Atau kau ingin kita membeli rumah bukan apartment? Baiklah. ayo kita beli” kata
siwon sambil memegang pundak yuri “anniya oppa, aku hanya tak ingin tinggal
disini terus, aku tak ingin meninggalkan sooyeon sendiri di sana, aku tak ingin
membuat oppa kerepotan disini. Aku tak ingin ada sesuatu terjadi lagi” kata
yuri “lagi pula oppa, kapanpun kau ingin menemuiku, kau bisa datang ke
aparmentku bukan? Itu hanya sekitar 2 km dari sini” lanjut yuri “tapi tetap
saja aku akan merindukanmu. Walaupun begitu kau masih ingin pergi?” Tanya siwon
“kalau begitu biar ku antar” lanjut siwon “aigoo~ oppa, aku ini bukan anak
kecil lagi, aku akan pulang sendiri, lagi pula aku mau menemui seseorang dulu”
jawab yuri “nugu? Donghae?” Tanya siwon dengan raut wajah yang sedikit murung
“mm.. bajjayo. Oppa, habiskan sarapanmu… nan galkaeyo annyeong~” pamit yuri,
siwon hanya diam sambil melihat yuri menutup pintu.
***
Donghae mampir ke apartment yuri dan sooyeon,hanya untuk sekedar menitipkan
kimchi buatan ibunya untuk mereka. “oppa, kau dating kesini hanay untuk memberikan
ini? Benarkah?” Tanya sooyeon “ah… anni, mmm… aku mau melihat yuri sebenarnya.
Yuri ada?” Tanya donghae “ada, dia sedang sedikit demam, tadi malam ia terkena
flu suhu tubuhnya 38,7∘c, tapi syukurlah sekarang sudah turun..
oppa tak perlu khawatir. Tapi kalau mau melihatnya, dia sedang istirahat
dikamar, masuk saja” jelas sooyeon sambil menaruh kimchinya di kulkas “k..kau…
sudah memberitahu siwon?” Tanya donghae ragu “belum, sudahlah yuri hanya flu
saja, tidak usah diberitahu besok juga yuri akan sembuh” kata sooyeon “m..
anniya, aku pulang dulu. Sampaikan pada yuri, aku dating. Na ga” kata donghae
sambil berjalan lunglai ke arah pintu apartment.
“yuri-a, tadi donghae oppa datang membawakan kimchi um… demamu sudah sembuh?
Sudah telpon siwon-ssi?” Tanya sooyeon “kenapa tak membangunkanku? Padahal ada
sesuatu yang ingin ku katakana pada donghae oppa” kata yuri “wae? Musun
iriseosseo?” Tanya sooyeon “anniya, geunyang” jawab yuri “oh dan demamku sudah
sembuh, dan.. sepertinya aku tak berniat memberitahu siwon oppa. Ah entahlah
perasaanku sedang tak enak hari ini, dan entah apalagi yang akan terjadi
padaku” jawab yuri sambil mengambil handuk dan masuk kedalam kamar mandi.
Alih-alih menyelesaikan pekerjaanya, siwon malah asyik membayangkan apa yang
sedang yuri lakukan di apartmentnya, ia sibuk dengan lamunan-lamunan yang
seharusnya tak ia lakukan saat bekerja. ‘tok..tok..tok..’ suara ketukan pintu
membuyarkan lamunannya “masuk” jawab siwon “oppa, na wasseo” kata seorang yeoja
yang berpakaian full color dan rambut di ikat satu “mm… anja” suruh siwon pada
tamunya itu “oppa, jaljinaesseo? Naneun, oppa-rang neomu neomu bogoshipoyo”
kata Sooyoung “oh, na jaljinaesseo. Geurae? gomawo” jawab siwon agak di buat
buat “wae? Oppa tak senang? Oppa, naneun oppa-rang boggoshipoyo, oppa shiro?”
Tanya Sooyoung “eoh? Anniya, nan haengbokhae, gomawo.” Jawab siwon “oppa tak
merindukanku juga? Oppa tak menjawab ucapan rinduku” jawab Sooyoung sedikit
manja, siwon tak menjawab, ia hanya terus melihat komputernya yang sedari tadi
belum tersentuh “ah, daeseo… oppa, aku bawa japchae, makanan kesukaan oppa, ku
suapi ya?” Tanya Sooyoung “aku belum lapar, nanti saja aku makan sendiri” tolak
siwon halus “keundae oppa,ini kan sudah jam makan siang, ayolah sedikiiit saja
eoh? Jaebal..” paksa Sooyoung “oppa! Aku datang kesini untuk melihatmu, tapi
malah diabaikan.. perhatikan aku sesekali kenapa?” kata Sooyoung “kau bukan
orang, yang manja seperti ini Sooyoung-a… jadi jangan lakukan itu sekarang”
jawab siwon dingin, Sooyoung menatapnya sinis “wae? Karena yuri?” Tanya
Sooyoung tiba-tiba ada telpon yang masuk ke telepon di ruangan siwon “mm?
arraseo, suruh saja masuk, kenapa kau masih saja bertanya. bukankah sudah ku
beritahu kemarin.” Jawab siwon lalu menaruh telponnya kembali “nugu? Siapa yang
akan datang?” Tanya Sooyoung “oppa~ meogo kajja!” kata seseorang yang sedari
tadi di tunggu siwon “oh, meogo kajja” jawab siwon yang langsung bersemangat
dan berdiri dari kursinya, “Sooyoung? Wae yeogisseo?” Tanya yuri “aku membawa
makanan kesukaan siwon oppa, tapi oppa tak mau memakannya” jawab Sooyoung yang
masih memegang sumpit “oppa, wae? Sooyoung sudah sulit-sulit membawanya kesini,
tapi oppa tak mau memakannya, huh napeun. Sooyoung-a meogo kajja” kata yuri
“yuri-a..” tiba-tiba siwon menahannya “wae tto? ” kata yuri dengan sura yang
sedikit sebal “ah, anniya. Meogo kajja” jawab siwon , dan yuri menata makanan
yang ia bawa di meja santai ruangan siwon, saat yuri berjalan dan ingin duduk
di samping siwon detik berikutnya Sooyoung sudah berada di samping siwon ,dan
hanya bisa yuri menarik nafas dan melepaskannya bebal, lalu mengambil posisi
duduk di hadapan siwon sambil berusaha merubah raut mukanya, agar tak terlihat
murung.
“oppa, akan makan japchae-ku kan?” Tanya Sooyoung “arraseo, tapi aku mau makan
kimbap dan sup kimchi dulu” jawab siwon sambil menatap yuri yang tersenyum “ah
wae? Japcahe lebih enak dari itu!” jawab Sooyoung “Sooyoung-a.. jaga
kelakuanmu” kata siwon kembali dingin, lalu memakan kimbap dan sup kimchinya
“anmeogo?” Tanya siwon pada yuri yang sedari tadi hanya melihat siwon makan
dengan lahap “anniya, anpaegobtta” jawab yuri sambil tersenyum “ey… makanlah
sedikit, nanti kau sakit. Kau tidak dalam pengawasanku lagi sekarang, masa
sooyeon-ssi tidak memaksamu makan?” kata siwon “iggo, aaaa” lanjut siwon sambil
menyendok sup kimchinya dan mengarahkannya ke mulut yuri, dan yuri mau tak mau
harus membuka mulutnya “oppa, naddo!” kata Sooyoung sambil mengarahkan jari
telunjuknya ke mulut “wae? Shirro tto? Oppa na andae wae?” jawab sooyoung yang
merasa siwon tak adil padanya “oppa… hajima,” kata yuri “suapi sooyoung juga.”
Lanjut yuri, karena suruhan yuri dan akhirnya siwon menurut “makan japchae-nya
juga” suruh yuri lagi “ah wae?!” jawab siwon “oppa” kata yuri dengan tatapan
sinisnya “arraseo, meogo. Jeoha?!” jawab siwon. Sekarang siwon merasa seperti
pangeran arab yang mempunyai banyak istri, dan terimakasih pada sooyoung yang
sudah berhasil membuatnya sulit dekat dengan yuri, terimakasih.
“oppa, aku pulang duluan saja, dan… um… entah aku harus mengatakan ini atau
tidak tapi tadi pagi donghae oppa datang ke apartment dan memberiku kimchi saat
aku demam. Jadi sepulang dari sini aku akan menemuinya, tak apa?” Tanya yuri
“kau demam? Kenapa bisa? Sudah ku katakana kau harus makan lebih banyak!” jawab
siwon “bukan itu intinya, intinya adalah aku boleh bertemu donghae oppa, atau
tidak?” kata yuri sekali lagi “ya, dan katakan terimakasih dariku karena sudah
memberimu kimchi” jawab siwon yang mendadak menyesal memakan sup kimchi yang
dibawa yuri tadi, karena pasti bahan bakunya berasal dari donghae “ooh,
arraseo. Na galkhae” kata yuri sambil berjalan keluar “yuri-a! jangan
lama-lama” kata siwon “dde” jawab yuri sambil berjalan, sementara itu dua mata
yang tajam sedang mengawasi mereka berdua “oppa, oppa yuri jeohahae?” Tanya Sooyoung
“wae?” Tanya siwon sambil kembali duduk di kursi kerjanya “bukankah yeoja yang
oppa sukai hanya aku? Bukankah dulu oppa bilang oppa tak mungkin menyukai yuri
karena ia sudah oppa anggap adik? Lalu tadi itu apa?” Tanya sooyoung, siwon
hanya diam “oppa. Oppaneun na-rang ajig jeohahanda?” Tanya sooyoung sedikit
ragu “…” siwon diam lagi “tto? Wae? Apa arti dari diam mu sedari tadi? Wae? Tak
mau menjawab pertanyaanku? Wae? ” Tanya sooyoung bertubi-tubi “anniya. Nan
pappa. Pulanglah, sebelum hujan turun” jawab siwon “geurom naddo anniya, aku
akan menunggu oppa menjawab pertanyaanku” kata sooyoung “kalau begitu aku yang
pergi” kata siwon sambil membereskan berkasnya dan menuju ruang meeting.
TBC