Translate

Translate

Selasa, 16 September 2014

FF ONESHOOT Unforgottable Love








sebenernya sih ni ff tuh, tugas bahasa indonesia ku. tapi berhubung ada yang ingin baca dan juga minta di jadiin ff yaa... baiklah aku jadiin ff. ff ini aku dedikasikan khusus untuk eonni-ku tersayang hihi... cast-nya Eunji sama Hoya. happy reading readers ^^ 

Unforgottable Love
                                                             
   
http://images6.fanpop.com/image/photos/34300000/EunJi-and-Hoya-3333-kpop-4ever-34364227-500-383.jpg


Cast : Jung Eunji  a.k.a Han Sora
          Hoya a.k.a Yoon Kangmin


Malam itu, angin berhembus kencang. Seorang wanita menarik kedua belah coat yang dipakainya.  Hongdae, Seoul, Korea Selatan. Jam ditangannya menunjukan tepat pukul 21.00 KST. Wanita itu memasuki sebuah café dan duduk di dekat jendela yang memandang ke arah jalan. Han Sora, wanita itu menatap nanar ke jalan yang penuh dengan orang yang bergantian memijaknya. “Nona apa kau sedang menunggu seseorang?” Tanya seorang pelayan “ah, tidak. Tolong bawakan aku satu caramel mocchiato.” Jawab Sora.  Ia kembali menatap jalanan yang penuh sesak itu.
“aku merindukannya. Seseorang yang selalu menungguku di ujung jalan ini. Seseorang yang selalu berusaha menghangatkan tanganku” tulis Sora pada buku hariannya, “kau tahu, ia tak mungkin kembali. Tuhan memanggilnya tepat setelah hari ulang tahunku. Tepat saat 1 tahun hubungan kami.” Lanjutnya. Caramel Mocchiato-nya sampai di meja, “terimakasih” kata Sora pada pelayan itu, lalu segera meminumnya.  “berhentilah menulis dan mulailah bicara pada teman-temanmu Han Sora!” tegur seorang teman wanitanya “Yoonji, kau datang” sapa Sora “lupakanlah hal yang sudah berlalu, kau harus mulai menjalin hubungan yang lain Sora.” Ucap Yoonji yang sudah mulai khawatir dengan keadaan sahabatnya itu. “bukankah sudah seharusnya manusia yang hidup melanjutkan kehidupannya? Sejak Jisukmeninggal,seakan-akan kehidupan, hati, dan jiwamu ikut mati dengannya. Sora, Jisuk tak akan suka jika kau seperti ini, mungkin ia sedang menangis disana. karena itu, lanjutkan hidupmu Han Sora”  kata Yoonji sambil menatap lekat “aku mengerti. terimakasih” jawab Sora singkat. Sampai saat ini, hanya Yoonji yang selalu berada disamping Sora, semua teman-temannya menjauhi Sora karena mereka menganggap Sora aneh, seorang wanita yang tiba-tiba tak bisa berkomunikasi dengan dunia luar. Seorang wanita yang hanya bisa menulis dan sulit untuk bicara dengan siapapun, kecuali pada Yoonji. Sora tak pernah memperdulikan apa yang mereka katakan karena Sora hanya ingin menjalani hidupnya dengan nyaman. Tidak dengan ocehan dari orang orang yang bahkan tak mengerti isi hatinya.
                                                                                                ***
Ini sudah tepat 2 minggu hari libur Sora, sekarang waktunya masuk sekolah. Seperti biasa, ia hanya mengucir satu rambutnya tanpa poni, dan membawa tas gendong berwarna marun. Sora berjalan ke halte bus dekat rumahnya dan menaiki bus yang baru saja sampai di hadapannya. Sora memilih tempat duduk dipaling belakang lalu memakai headset-nya. Headset yang tanpa lagu, tanpa suara. “permisi” kata seorang lelaki yang langsung duduk disampingnya, Sora bergeser sedikit kearah jendela, “oh kita satu sekolah! Hai namaku Yoon Kangmin” kata lelaki itu menyodorkan tangannya “Han Sora” jawab Sora tanpa menerima tangan Kangmin, Kangmin menepuk-nepuk tangannya sendiri. “Han Sora, nama yang bagus. Kau memang seperti ini ya?” kata Kangmin, Sora hanya diam tak menjawab “wah… kau tipe-ku sekali.” Kata Kangmin lagi “berhentilah menatap jendela itu, dan lihat aku” kata Kangmin sambil menatap wajah Sora dari bagian depan “apa yang kau lakukan! Minggir!” suruh Sora. Sora turun dari bus itu dan Kangmin pun begitu, Sora mempercepat langkah kakinya, Kangmin tetap mengikuti Sora “ada apa denganmu?! Kenapa kau terus membuntutiku?! Urus urusanmu sendiri!” bentak Sora, Kangmin terkejut “a..apa? membuntutimu? Siapa? Aku? Tentu saja tidak! Aku juga akan pergi ke sekolah. Kau lupa? Sudah ku katakan, kita bersekolah di sekolah yang sama.” Jelas Kangmin “kalau begitu aku pergi duluan” kata Kangmin, sambil melewati Sora yang tertunduk malu.

                “ya! Anak-anak! Diam diam!” suruh seorang guru perempuan menenangkan seluruh murid di kelas Sora “hari ini kita kedatangan siswa baru, pindahan dari daegu” jelas bu guru “Kangmin, kemarilah. Perkenalkan dirimu” suruh jung seonsaengnim “Hi namaku Yoon Kangmin, Senang berkenalan denganmu ” katanya “mohon bantuannya” lanjut Kangmin, “kau boleh memilih tempat dudukmu” suruh jung seongsaengnim. Kangmin melirik ke setiap sudut kelas, tak ada bangku kosong selain bangku paling belakang, “ah! Kau boleh duduk dengan Sora, kalau kau mau” kata jung seonsaengnim “ya” jawab Kangmin, ia segera berjalan kearah bangku itu “um.. kita bertemu lagi” kata Kangmin “sepertinya begitu” jawab Sora “ku harap kau bisa dengan nyaman bicara denganku” kata Kangmin “kuharap aku bisa” kata Sora sambil membaca bukunya. Sora membuka lembaran buku hariannya, terpampang jelas foto seorang lelaki berpostur tegap, tinggi sedang  tersenyum menatap kamera “dia tampan” kata Kangmin tiba-tiba “siapa dia?” Tanya Kangmin “pacarmu ya?” tanyanya lagi “wah… kau punya pacar rupanya” kata Kangmin yang tak berniat untuk berhenti bicara “siapa namanya?” Tanya Kangmin sambil terus menatap wajah Sora “ini… ini.. aku bertanya tentang lelaki yang ada di foto ini” kata Kangmin sambil menunjuk-nunjuk foto itu “hentikan! Kau ini tak bisa diam! Kumohon jangan ganggu aku! Setidaknya jangan berusaha untuk dekat denganku!” kata Sora yang sudah mulai gerah dengan kelakuan Kangmin “oh baiklah baiklah… aku akan diam. tapi jangan larang aku untuk mendekatimu, karena aku ingin mengenalmu. Kita…. Teman bukan?” jawab Kangmin “tidak! Kita bukan teman! Jadi berhentilah menggangguku!” kata Sora lalu berjalan membawa buku hariannya keluar. Kangmin menatap punggung yang berjalan dengan cepat itu “Kenapa kau mendekatinya? Dia itu anak aneh!” kata seorang murid lelaki di sampingnya “tidak, Sora tak aneh. Dia hanya… belum terbiasa” jawab Kangmin “apa? Dari mana kau tahu dia itu belum terbiasa?” Tanya anak lelaki itu “lihat dia… dia begitu kesepian. Kenapa kalian tak menemaninya?” kata Kangmin “kami… takut. Dia lebih terlihat seperti zombie. Dia hanya menulis dan tak pernah bicara, ia hanya minum susu rasa strawberry saat istirahat, dan dia sering melamun dan menatap kosong pada jendela, tapi setidaknya dia masih yang paling pintar di kelas” jelas anak laki-laki itu “namaku gongmin” ucapnya “ah…” kata Kangmin sambil mengangguk-angguk. Bell pulang sudah berbunyi,  tapi Kangmin lebih memilih diam di kelas sambil mencari tahu, apa yang dipandang Sora dari jendela itu. Kangmin mencari sesuatu “ah!” teriaknya, sebuah lapang baseball luas ada tepat di depan matanya “apa yang kau lakukan?” Tanya seseorang “oh! Kau membuatku kaget saja! Setidaknya buatlah suara langkah kaki ketika kau datang!” kata Kangmin sambil mengelus-elus dadanya, Sora membalikan badan dan berjalan keluar “Han Sora” panggil Kangmin “han.so.ra” panggilnya sekali lagi “Sora” panggil Kangmin “jangan bertindak seperti kau sudah mengenalku sejak lama! Kau… selalu mengingatkanku pada Jisuk ” kata Sora “kau selalu memandang kearah jendela, disaat semua orang dengan bebasnya membicarakanmu, kau tetap saja tak perduli! Lihat sekitarmu Han Sora! Mereka menganggapmu aneh! Mereka mengataimu zombie! Dan kau tak pernah menghiraukannya! Hadapi kenyataan! yoon Jisuksudah mati!” ucap Kangmin keras “apa hak mu bicara seperti itu!? Kau bahkan tak mengenal Jisuk ! Kau tak tahu apa yang sudah kami lalui! Yoon Kangmin kau keterlaluan!” bentak Sora “kau masih juga tak mengerti hah?! Keluarga kami sama kehilangannya denganmu! Ibuku, wanita yang melahirkannya seharusnya lebih merasa sengsara karena kehilangan anak sulungnya! Tapi ibuku lebih sengsara karena mendengar kabar dirimu yang begitu menderita seperti ini!” kata Kangmin sambil menatap mata Sora yang berkaca-kaca, Sora terdiam, ia masih mencerna kata-kata yang keluar dari mulut Kangmin “kau… tak seharusnya berbuat seperti itu. Kakakku… yoon jisuk, tak akan menyukai ini” suara Kangmin mulai melemah, terdengar hangat di kuping Sora, membuatnya menangis. “Jisuk , tak pernah mengatakan selamat tinggal padaku” kata Sora sambil menahan air matanya “itu karena ia tak ingin membuatmu menangis” jawab Kangmin “Jisuk  tak pernah berkata bahwa ia begitu kesakitan” kata Sora “itu karena ia tak ingin membuatmu khawatir” jawab Kangmin “Jisuk  tak pernah…. Ia tak pernah… ia tak akan pernah meninggalkanku begitu saja seperti ini..” katanya sambil tersedak karena air mata yang begitu derasnya “itu karena…” Kangmin terdiam. Suasana sepi, sunyi.
                                                                                                ***
                Kangmin menatap Sora yang menghapus air matanya sambil membereskan tasnya “maaf” kata Kangmin yang juga membereskan tasnya “tidak. Aku yang salah” jawab Sora “aku, kau memang benar. Tak seharusnya aku seperti ini. Seharusnya aku melupakan Jisuk , tapi apa boleh buat. Setiap jalan yang ku pijak, sangat berarti bagiku. Begitu pula dengan setiap waktu yang ku lalui dengan Jisuk , itu membuatku memiliki kenangan indah yang akan ku kenang nantinya” lanjut Sora “itu normal. Kau boleh sedih sebanyak yang kau bisa. Kau boleh menanagis sampai kau puas, tapi jangan lupakan cara menghentikannya. Kau harus akhiri disini. Kau harus mulai bicara dengan teman-temanmu. Han Sora” kata Kangmin, lalu pergi keluar dari kelas itu. Sora tersenyum simpul, Kangmin benar. Kali ini ia tersenyum karena ia tahu, apa yang Kangmin katakan itu benar, tak ada yang boleh membuatnya menangis lebih lama.
Keesokan harinya, Sora terduduk diam di bangkunya, ia membaca novelnya “hey! Han Sora! Buang ini ke tong sampah!” suruh seorang murid perempuan “kenapa kau diam saja?! Cepat pungut ini dan buang ke tempat sampah bodoh!” teriak anak perempuan yang lain, Sora memungut sampah itu, satu persatu. Ia merendahkan dirinya pada teman yang bahkan tak lebih tua darinya “apa yang kau lakukan!? Cepat berdiri!” suruh Kangmin “hey anak baru! Jangan mengganggunya! Dia sedang melakukan tugas bersih-bersihnya!” kata minji ketua geng di kelas ini “apa? Apa kau bilang? Jangan mengganggunya?! Kau yang diam! Dia bukan seseorang yang bisa kau suruh dengan seenaknya!” jawab Kangmin “berdiri Han Sora! Berdiri ku bilang!” kata Kangmin pada Sora dan langsung menariknya keluar. Kangmin menyuruh Sora untuk duduk di tangga “kau baik-baik saja?” Tanya Kangmin “mm” jawab Sora menganggukkan kepalanya “lain kali, jangan biarkan mereka memperlakukanmu seperti itu!” kata Kangmin sambil menepuk tangga karena kesal “aku baik-baik saja. Tak usah khawatir. Aku sudah biasa diperlakukan seperti itu.” Jawab Sora “hah?! Terbiasa? Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?! Kau tak boleh terbiasa dengan hal seperti tu!” kata Kangmin “terimakasih” ucap Sora sambil tertunduk “kenapa?” Tanya Kangmin “untuk jangka waktu 1 tahun ini… kau membuatku tersenyum untuk pertama kali, kemarin” jawab Sora “tak masalah” jawab Kangmin. Mereka pergi ke kantin berdua dan membeli dua buah susu strawberry. Membeli snack dan roti. Kangmin menikmati kesehariannya bersama Sora. Tak banyak yang ia rasakan setelah kehilangan kakak sulungnya begitu juga Sora, tak banyak yang ia lakukan setelah kepergian jisuk. Tapi hari ini, Kangmin merasa ia bisa bermanfaat untuk orang lain, dan ia merasa bahagia. Sora, memakan rotinya, sudah lama sepertinya ia tak memakan makanan kantin selain susu strawberry, terimakasih pada Kangmin yang membuatnya mengulang aktifitasnya setahun lalu.
               
2 bulan kemudian
Sora mulai berubah sedikit demi sedikit, ia tak lagi mengikat satu rambutnya, kadang ia menggerainya atau mengikatnya setengah, Yoon Kangmin, seorang lelaki yang merubah kehidupannya. Entahlah, ia merasa nyaman dan aman jika ia bersama Kangmin. Begitu juga Kangmin yang mulai merasakan sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya, ia selalu merasa lebih bersemangat jika sora berada di sekitarnya, mereka mengerjakan tugas bersama, pergi ke mall, taman, perpustakaan, kantin dan jangan lupakan kios pinggir jalan di hongdae. Kangmin hanya bingung, ia tak habis fikir ada satu tempat yang tak mau dikunjungi Sora. Lapangan baseball. Pernah pada suatu hari Kangmin mengajak Sora kesana, tapi Sora langsung menolak dengan kerasnya, ia bahkan tak bicara dengan Kangmin selama 3 hari.
                “Sora,  Kita kemana hari ini?” kata Kangmin sambil merangkul Sora, Sora menatap Kangmin aneh “ups… maaf” kata Kangmin sambil melepas tangannya “aku.. ada acara. Sepertinya kita tak bisa pergi kemanapun sekarang” jawab Sora “ah kenapa?” Tanya Kangmin “sudah kubilang aku ada acara, Yoon Kangmin. Berhentilah memohon” kata Sora “kalau begitu, mau ku antar pulang?” Tanya Kangmin lagi “tak perlu. Aku bisa sendiri” jawab Sora. Gerimis mulai turun “pakai ini” kata Kangmin dari belakang tubuhnya “lalu kau?” sambil menepas payung yang di pegang Kangmin “aku tak apa. pulanglah” suruh Kangmin sambil menyelipkan gagang payung itu di jemari Sora “terimakasih” kata Sora lalu berjalan menuju gerbang sekolah. Gerimis itu sedikt demi sedikit mulai mereda, Kangmin duduk di sebuah ayunan kecil di taman bermain didekat sekolah mereka, ia melihat pantulan dirinya di kubangan air “kami memang mirip, setidaknya aku lebih baik dari pada dirimu, kak. Setidaknya aku tak meninggalkan wanita itu sendiri, seperti apa yang kau lakukan” kata Kangmin sambil memainkan kubangan air itu dengan kakinya “Yoon Kangmin! apa yang kau lakukan?”  kata Sora sambil mengejutkannya dari belakang “o..oh? tidak! Bukan apapun..” jawab Kangmin gagap “kau pasti sedang memikiirkan sesuatu kan? Ada apa? bicaralah” suruh Sora, Kangmin mendeham, ia merasa ada sesuatu menyangkut di tenggorokannya “tak ada apapun yang ku pikirkan, aku hanya sedang berkaca disitu” kata Kangmin sambil menunjuk kubangan air itu sambil tersenyum lebar “m.. ngomong-ngomong tadi kau kemana? Pasti ada sesuatu yang pentingkan?” Tanya Kangmin, Sora mengangguk “hari ini, tepat 2 tahun kepergian Jisuk ” jawab Sora dengan ringan “kau… tak mungkin kau melupakan hari ini kan?” lanjut Sora penuh harap “… kami, sudah tak merayakan hal seperti itu sejak setahun lalu. Ibu selalu menangis semalaman sambil melihat foto hyeong. Kami tak mau ibu seperti itu terus” jawab Kangmin “ah, maaf” kata Sora menyesal “kenapa kau minta maaf? Tak ada yang perlu dimaafkan… aku lapar, bagaimana kalau kita pergi ke kedai pinggir jalan seperti biasa? Aku yang teraktir!” kata Kangmin dengan wajah yang ceria “baiklah! Ayo! Lomba lari kesana, siapa yang terakhir sampai dia harus memakan ddeokbboki paling pedas! Siap?” kata Sora, dengan hitungan satu dua tiga, larilah mereka berdua.
Setelah beberapa bulan mereka saling memahami satu sama lain, akhirnya mereka sadar, sesuatu telah terjadi pada hati mereka. Di satu sisi, Sora sadar akhir-akhir ini ia mulai melupakan Jisukdan mulai memikirkan Kangmin, dan Kangmin, ia mulai tersenyum sendiri saat melihat foto mereka berdua, dan mulai ingin menjaga Sora bagaimanapun caranya.

                                                                                                ***
                Hari ini hari valentine, Kangmin berniat untuk membawa Sora ke suatu tempat, jadi ia menyuruh Sora untuk pergi ke halaman sekolah dan meunggunya disana. Sora menunggu Kangmin tepat di tengah halaman sekolah, tapi sudah lebih dari 15 menit dan Kangmin belum juga datang “selalu seperti ini, terlambat adalah kebiasaan Yoon Kangmin” gumam Sora pada dirinya sendiri. Setelah 20 menit berlalu akhirnya Kangmin datang “jangan lihat aku! Tetaplah di tempatmu” suruh Kangmin “ada apa?” Tanya Sora panic “sudahlah, ikuti saja apa yang ku katakan.” Kata Kangmin sambil menutup mata Sora dengan blindfold “apa yang kau lakukan Yoon Kangmin!” kata Sora sempat memberontak “diamlah” kata Kangmin lalu menuntun Sora ke sebuah tempat yang sudah ia siapkan. “mau kemana kita sebenarnya? Kau ini… cepat lepaskan blindfoldnya!” kata Sora sambil menebas nebas angin di hadapannya “kita akan ke suatu tempat yang pasti akan kau sukai” jawab kangin terkekeh “nah, kita sudah sampai.” Kata Kangmin “tapi tutup dulu matamu ya. Setelah hitungan ke tiga, kau boleh membuka mata dan mulai terkagum-kagum padaku haha” lanjut Kangmin “baiklah, aku mengerti” jawab Sora. Kangmin membuka perlahan blindfold yang terikat dimata Sora “satu… dua… tiga… tada!!” hitung Kangmin, Sora ternganga, dihadapannya tersaji lapangan luas dengan pasir menjadi dasarnya yang bertuliskan ‘Han Sora. Aku. Mencintaimu. Jadilah. Kekasihku’ “apa ini?” Tanya Sora gugup “ini untukmu. Selamat hari Valentine Han Sora” ucap Kangmin “semoga valentine ini, bisa menjadi yang paling berkesan untukmu”  lanjut Kangmin, lalu memeluk Sora.
Matanya berbinar setetes air mata keluar dari matanya, bahagia, terharu, bersyukur. Itu yang dirasakan Sora hari ini. Tapi, sesuatu mengganjal penglihatannya, tempat ini… lapangan baseball sekolah, ya.. ini lapangan baseball sekolah! Apa yang dia lakukan disini bersama Kangmin?! Sora melepas pelukan Kangmin, ia menatap Kangmin tajam “apa yang kau lakukan!” pekik Sora “aku.. aku… ingin membuat surprise untukmu tentunya, kenapa? Kau tak menyukainya?” kata Kangmin “tapi kenapa kau melakukannya disini? Yoon Kangmin kau tahu ini tempat yang… tempat yang…” Sora terhenti lidahnya kaku. “tempat yang apa? Yang mengandung banyak kengan bersama kakakku? Kau tak boleh seperti ini selamanya Han Sora! Berhentilah memikirkan yang sudah tak ada dan perhatikan aku! Bukankah selama ini aku yang ada denganmu? Yang menjagamu dan menyayangimu!” kata Kangmin dengan penuh kegeraman “berhentilah memaksaku, tempat ini terlalu banyak menyipan kesedihan untukku. Dan kau, aku tahu kebahagiaanku ada bersamamu. Tapi, kenanganku ada bersama Jisuk ” kata Sora “baiklah, jika itu yang kau inginkan. Aku pergi” jawab Kangmin lalu berjalan pergi meninggalkan Sora “kau selalu pergi duluan meninggalkanku setelah memberikan kata-kata yang menghasut hati. Bagaimana bisa kau melakukan itu Yoon Kangmin?” kata Sora kecewa, Kangmin terhenti “kau menginginkan ini Sora. Berhentilah mengikuti egomu, dan ikuti hatimu. Suatu hari kau akan menemukan dirimu sendiri yang merindukanku. Saat itu, panggil aku. Aku akan datang” jelas Kangmin, lalu kembali melangkahkan kakinya.
                Sesampainya dirumah, Sora terdiam ia berpikir, apa benar yang Kangmin katakan? apakah ia menyukai Kangmin? Benarkah ia akan merindukannya? Sora bertanya-tanya “ada apa?” Tanya Yoonji “pasti tentang Kangmin kan?” tanyanya “bukan” jawab Sora “kau berbohong” ucap Yoonji sambil mengambil segelas air putih dan menyerahkannya pada Sora “aku tak berbohong. Aku memang tak memikirkan Kangmin” jawab Sora lalu meminum airnya. “kau membutuhkannya Sora” kata Yoonji menasihati “kau tahu kau membutuhkannya tapi kau tak mau mengakuinya. Kau terlalu naif” lanjut Yoonji  “jangan bertindak seperti kau sangat mengenalku lee Yoonji.” Kata Sora “aku memang mengenalmu dengan baik. Dan aku tahu kau membutuhkan Kangmin. Jadi, berhentilah bersikap egois dan tanggapi perasaan Kangmin. Atau kau akan hidup seperti ini selamanya” jawab Yoonji tenang, lalu pergi kekamarnya. Sora kembali berpikir, apa mungkin yang dikatakan sahabatnya Yoonji benar? bahwa sebenarnya ia memang sangat menginginkan Kangmin? Ia menyerah, mungkin ini benar sudah saatnya ia berhenti memikirkan Jisukyang sudah tak ada dan mulai melirik Kangmin.
                Keesokan harinya, Sora berangkat ke sekolah seperti biasa dan duduk di tempat biasa ia duduk, tidak biasanya ia datang duluan biasanya Kangmin sudah menunggunya di depan kelas untuk masuk ke kelas bersama. Beberapa saat sebelum bel berbunyi, Kangmin datang, dan langsung terduduk di samping Sora, tapi Kangmin menggeserkan bangkunya sedikit menjauh dari bangku Sora “Yoon Kangmin” panggil Sora “Kangmin” panggilnya sekali lagi “ada apa” jawab Kangmin dingin “jangan seperti ini, ku mohon” kata Sora sambil menatap wajah Kangmin dari samping “yang lain boleh menjauhiku, tapi kumohon jangan kau” kata Sora lagi, kali ini matanya mulai berkaca-kaca “tatap aku. Jangan jauhi aku. Yoon Kangmin” suruh Sora “Kangmin…. aku merindukanmu” ucap Sora, Kangmin tercengang “apa kau bilang?”  Tanya Kangmin “aku merindukanmu” jawab Sora sambil menundukan wajahnya malu “tentu saja, aku tahu itu” ucap Kangmin “aku tahu kau akan mengatakan itu” bisik Kangmin pada Sora. Saat itu, guru datang. “kau orang paling bodoh yang pernah ku temui Yoon Kangmin!” kata Sora yang juga berbisik “tidak, itu kau. Kau yang tak pernah menyadari bahwa kau menyukaiku!” bisik Kangmin sambil menyentil dahi Sora.
                Waktu istirahat tiba, Kangmin terus mengikuti Sora kemanapun, sambil bertanya “jadi? Kau mau menjadi pacarku? Oh? Oh?” tapi Sora tak pernah menjawabnya “Sora~ jawab aku!” Tanya Kangmin “baiklah! Hentikan! Aku mau!” jawab Sora kesal “benarkah?” kata Kangmin “kau serius?” tanyanya “kau tak bercanda kan?” tanyanya lagi “kau tak  boleh menarik ucapanmu lagi! Kau mengerti?” ucap Kangmin lalu menarik-narik tangan Sora kegirangan. Ya, Yoon Kangmin dan Han Sora akhirnya memulai hubungan baru, yang mungkin juga bisa membuat Sora melupakan masa lalunya yang begitu kelam dan menyedihkan. Yoon Kangmin, seorang lelaki yang telah merubah hidup Sora yang selama ini abu-abu menjadi lebih berwarna, tak lain karena perhatian dan kasih sayang yang lama tak Sora temukan dari siapapun, ayah dan ibunya sudah lama meninggalkannya, disusul Jisukyang begitu cepat pergi, dan sekarang akhirnya ia menemukan Kangmin.  Mereka berdua memutuskan untuk berkencan. Ya… setelah penantian yang cukup lama ini, akhirnya mereka memutuskan untuk memulai hubungan yang lebih dekat. hari itu matahari bersinar dengan teriknya, membuat setiap orang yang keluar untuk melakukan aktifitasnya menjadi semakin gerah dan tak bersemangat, bahkan beberapa orang merasa terganggu dan kesal. Yoon Kangmin memutuskan untuk mengajak Sora bertemu dengan ibunya, hari ini mereka berjanji untuk bertemu tepat di taman dekat halte bus.
                                                                                                ***
                Sora menyiapkan baju terbaiknya, ia bahkan berganti-ganti baju dan terus memandangi pantulan dirinya di cermin, Sora tetap merasa tak puas dengan apa yang dipakainya. Sora menambahkan sebuah pita kecil berwarna biru langit yang senada dengan pakaian yang ia pakai hari itu. Ia menyemprotkan parfum di sekitar tubuhnya dan memakai sepatunya lalu berjalan keluar rumah dengan hati yang berdebar. Jarak antara rumah dan halte bus tak jauh, hanya sekitar 700 meter dari rumahnya menuju jalan raya, jadi Sora memutuskan untuk berjalan kaki. Ponsel Sora berdering, Sora melihat layar ponselnya lalu tersenyum “mm..” kata Sora pada seseorang di balik telpon itu “kau dimana?” Tanya Kangmin manja “aku sedang berjalan menuju halte bus. Kau tunggu saja di taman” jawab Sora “baiklah.. tapi jangan matikan teleponnya ya” kata Kangmin “aku mengerti” jawab Sora sambil mengangguk-angguk. Mereka terus mengobrol lewat telepon itu, tanpa terasa Sora sudah sampai di halte bus, “Yoon Kangmin, aku sudah sampai halte bus. Tinggal menyebrang dan aku akan sampai. Kau lihat aku ya” kata Sora “aku akan memperhatikanmu..” jawab Kangmin cengengesan. Sora menatap lampu lalu lintas, lampunya berwarna hijau dengan gambar orang yang menyebrang, itu artinya sudah waktunya ia menyebrang. Sora menyebrangi jalan itu dengan hati-hati, tapi tetap saja dengan cerobohnya ia menjatuhkan ponsel yang ia pegang, ia mengambil ponsel itu lalu melambai pada Kangmin yang sudah tepat di hadapannya, tapi tiba-tiba ‘pangpang!’ terdengar suara klakson truk yang begitu memekakan telinga. Kangmin berteriak, menjulurkan tangan, memanggil-manggil nama Sora. Tapi terlambat, kejadian itu begitu cepat terjadi. Sora sudah tergeletak di jalan yang dingin dan padat itu, Kangmin berlari secepat yang ia bisa, berlari dan menangis. Memanggil nama seorang wanita yang baru saja melambaikan tangan padanya, Sora.. Han Sora.. panggilnya, tapi Sora tetap diam tak berkata apapun, cairan merah itu terus mengalir di dahi dan lengannya, mini dress biru langit yang dipakainya sekarang hampir di dominasi warna merah, Kangmin memeluk tubuh Sora yang masih terasa hangat itu. “buka matamu! kubilang buka matamu Han Sora!” teriak Kangmin tapi Sora masih tak bergeming. Jemarinya bergerak sedikit, menggapai-gapai jemari Kangmin yang terasa begitu jauh “tak apa, jangan bicara. Kau harus baik-baik saja” kata Kangmin yang merasakan jemari Sora menyentuhnya dengan susah payah “jangan bodoh Yoon Kangmin” ucap bibir lemah yang gemetar dengan suara samar itu, Kangmin menangis, ia menggendong Sora kepinggir jalan. Begitu banyak orang-orang yang melihatnya, mereka memperhatikan Sora yang sudah tak berdaya, tapi ambulan belum juga datang.
                “jangan tinggalkan aku, Sora” ucap Kangmin dengan suara paraunya “kau harus tetap bersamaku” katanya lagi, masih sambil menggenggam tangan Sora yang sudah mulai terlihat pucat. Matanya mulai membuka sedikit, perlahan, tapi pasti, lalu tersenyum. Sora mengangguk, ia memberikan senyumannya untuk Kangmin, tapi Kangmin terus menggelengkan kepalanya. “Tidak kumohon jangan” ucap Kangmin dengan penuh keputus asaan, tapi Sora memaksakan bibirnya untuk tersenyum lagi, dan menggenggam tangan Kangmin dengan kuat, tetapi kekuatan itu lenyap dalam sekejap. Dan Kangmin menyadari itu. Sora sudah pergi meninggalkannya. Seketika tangisan itu keluar, ia tak bisa menjerit, hatinya begitu sakit dan terasa hambar. Tidak, ia masih belum merelakan Sora, ia ingin menghujat seseorang untuk bertanggung jawab atas semua ini, tapi Kangmin terdiam, ia menangis, dan memeluk tubuh kaku di hadapannya. 15 menit kemudian ambulan baru sampai dan Sora sudah dinyatakan tak ada.
                                                                                                ***
Keesokan paginya, seorang suster memberikan sebuah buku harian berwarna merah jambu padanya, Kangmin membaca buku itu dengan seksama. Ia tersenyum, namun tak terbayangkan betapa tersayatnya hati Kangmin saat itu, tulisan tangan Sora, gambaran-gambarannya dan kenangan-kenangan yang tertulis didalam buku harian itu adalah bukti bisu kehidupan wanita bernama Han Sora, buku harian yang menemaninya kemanapun ia pergi, sampai detik terakhir. Kangmin mengusap buku itu, memeluknya, menekannya kuat tepat ke dadanya, ia berharap rasa sakit dari tekanan itu bisa mengalahkan rasa sakit yang ia rasakan saat ini. Ia berusaha untuk tetap tersenyum, tapi ia tak bisa mengelak, rasa sakit itu terus menghujaminya, terutama saat ia membaca sepenggal tulisan Sora, yang ia tulis kemarin saat ia akan menemui Kangmin ‘hari bahagiaku, hari ini. Saat ini, detik ini. Yoon Kangmin, terimakasih telah membuatku tersenyum dan merasakan kebahagiaan sekali lagi. Kau yang selalu membuatku berpikir dua kali untuk berbuat hal bodoh. Dan tolong jangan biarkan aku sendiri, jaga aku. Jangan tinggalkan aku, aku tak mau merasa kehilangan untuk yang ke sekian kalinya, jikapun harus ada salah satu dari kita yang pergi, aku yang akan pergi. Biarlah kau disini dan hidup bahagia. Dan Kangmin… aku mencintaimu ’ Kangmin tersenyum getir, ia membayangkan senyuman terakhir Sora untuknya. Hari itu, Kangmin menyadari sesuatu, pertemuannya dengan Sora tak pernah sia-sia, Sora adalah seseorang yang telah membuatnya berfikir begitu dewasa, seseorang yang telah mengajarkan arti diam yang sesungguhnya, seseorang yang telah mengajarkannya untuk menghargai dan mengingat, seseorang yang mengajarkannya mencintai, dan kini sampai saat terakhirnya, Sora tetap mengajarkannya arti untuk melepaskan dengan tersenyum, mengajarkan bahwa dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Han Sora, memberikan arti hidup yang sebenarnya. Hidup dimana harus ada yang pergi saat ada yang datang, dan ada yang tinggal juga ada yang hilang. Karena setiap orang mempunyai  rahasia yang tak terucapkan, penyesalan yang tak terhapuskan, mimpi yang tak teraih, dan cinta yang tak terlupakan. 


END

Minggu, 07 September 2014

Ladies Code Lyric I'm Fine Thank You Hangul Ind Translate

A
또 눈물이 내 앞을 가려주네요
그대 모습 혹시 보일까봐
벌써 시간이 나도 모르게 늦었네요
오늘도 그대만 기다렸죠

B
난 참 바보처럼 그대만 불러요
언젠간 그대도 날 보겠죠
한참 기다리다 눈물이 고여요
이렇게 또 하루가 지나죠

C
오늘 하루만 I cry
영원히 행복하길 Good bye
가끔은 내 생각에 웃어도 좋아
I'm fine thank you
Thank you

A'
아무일 없듯이 살아가다 보면은
혹시 나를 잊을 수도 있죠


아주 가끔 내 생각이 나더라도
잘 있으니 걱정 말아요

B, C Repeat

D
너무 보고 싶어 힘들어질 때면
바람 되어 불어주고
가끔 저 언덕에서 내 이름 부르며 
달려와 힘껏 안아주렴 




translate indonesia

mengaburkan pandanganku
Selalu seperti ini, ketika aku melihatmu
Tanpaku sadari, waktu berlalu begitu cepat
Dan lagi, aku masih tetap menunggumu

Dengan bodohnya aku terus mencarimu
Berharap mungkin kaupun akan mencariku suatu saat nanti
Air mata kembali terurau ketika aku menunggumu
Dan seperti ini, hari kembali berlalu

Aku kembali menangis hanya untuk hari ini
Berharap kau bahagia selamanya, Selamat tinggal
Tidak masalah jika kau mengingatku, kemudian tersenyum
Aku baik – baik saja, terimakasih

Ketika tidak terjadi apapun dalam hidup ini
Dan mungkin kau akan melupakanku
Tapi ketika tiba – tiba kau memikirkanku
Tidak usah khawatir, disini aku baik – baik saja

Ketika terasa semakin menyakitkan dan aku merindukanmu
Aku akan menjadi angin yang menyembuhkan lukamu
Dan ketika kau meneriakan namaku di puncak bukit
Saat itu juga aku akan berlari padamu dan memelukmu erat

Aku kembali menangis hanya untuk hari ini
Berharap kau bahagia selamanya, Selamat tinggal
Tidak masalah jika kau mengingatku, kemudian tersenyum
Aku baik – baik saja, terimakasih

Aku kembali menangis hanya untuk hari ini
Berharap kau bahagia selamanya, Selamat tinggal
Tidak masalah jika kau mengingatku, kemudian tersenyum
Aku baik – baik saja, terimakasih

Aku baik – baik saja, terimakasih
Aku baik – baik saja, terimakasih
Aku baik – baik saja, terimakasih

Senin, 19 Mei 2014

It Will Rain




It Will Rain

 

Cast    : Kim Taeyeon
           Shim Changmin




If there is a time, if there is a chance, will you comeback? If it can be true, I will do everything to make that happened. Cause I never want to lose anything in my life, the more you.

                                                                        ***
#taeyeonpov
            Hari itu seseorang datang mengetuk pintu rumah ku, “nuguseyo?” tanyaku pada seseorang didepan pintu rumahku “nugusinyagoyo?” Tanya ku lagi karena tak ada jawaban “oppa, taeyeon-a” jawabnya “changmin-I oppa?” tanyaku sambil membuka pintunya “o..oppa wae geurae? Eodi apeo?” kataku karena melihat wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang gemetar “oppa!! Oppa ireonayo! Changmin oppa!!”
#end
                                                                        ***
            Hari itu taeyeon menangkap changmin yang terjatuh pada pelukannya, tapi entah kenapa ia malah menagis tak tersenyum sedikitpun. Changmin tertidur di ranjang taeyeon tanpa bergerak sedikitpun hanya perutnya yang bergerak naik turun karena ia masih bernafas. “sebenarnya apa yang kau lakukan sampai kau bisa seperti ini oppa? Kenapa disaat seperti ini kau selalu datang padaku dan membuatku sulit untuk melepaskanmu? Sebenarnya apa yang ada di dirinya yang tak ada didiriku sehingga kau tak bisa menyukaiku oppa?” kata taeyeon pada changmin yang masih terdiam “aku selalu bersamamu saat kau sakit dan sendirian, sedangkan dia hanya ada bersamamu saat kau senang. Oppa kau tahu? Betapa sakitnya menjadi diriku? Aku merasa begitu tersingkirkan karena kau. Aku merasa begitu tersakiti sehingga aku tak bisa merasakan bagaimana itu sakit hati lagi. Sekeras apapun tubuhku gemetar oppa takkan membuatku tenang. Aku tahu. Jadi sebisa mungkin aku membuat diriku tenang. Geurae, tidurlah oppa. Jangan pikirkan dia dan tenanglah bersamaku” kata taeyeon dan berjalan menjauhi ranjangnya “taeyeon-a…” panggil changmin sambil memegang pergelangan tangan taeyeon “sebenarnya apa yang membuatmu begitu menyukaiku?” tanyanya “sebenarnya hal apa yang ada pada diriku sehingga kau bisa begitu mencintaiku?” katanya lagi, taeyeon hanya bisa terdiam “sebenarnya apa yang ada di dalam dirimu sehingga kau selalu bisa menerimaku yang begitu sering menyakitimu?” tanyanya lagi “oppa… bisakah lepaskan tanganku? Aku ingin membawakanmu air karena kau sudah bangun” kata taeyeon “geurae, daedabhae eobseodo gwaenchana. Daedab hajima (ya, tak ada jawabanpun taka pa-apa. Jangan kau jawab)” kata changmin. Taeyeon membawakan secangkir air lemon hangat kekamar lalu memberikannya pada changmin “neo gwaenchana?” Tanya changmin “mwogayo?” Tanya taeyeon sambil terus melipat lipat selembar kertas kecil “na ddaemunhae, taeyeon.. neo neomu apahaejanha. (karena ku, taeyeon… bukankah kau sangat kesakitan.)” kata changmin “oppa… na amugotdo sanggwan eobseonikkayo. Oppa, eoddeokhae na apaseodo, na amugotdo sanggwan eobseoyo. Geunikka oppa geogjeonghajima, geunyang gyesok haeyo. nan gwaenchananikka (oppa… sudah kubilang itu tak masalah. Oppa bagaimanapun aku kesakitan, bagiku tak ada masalah. Jadi, oppa jangan khawatir, lanjutkan saja apa yang sedang kau lakukan sekarang. Karena aku akan baik-baik saja)” jawab taeyeon “oppa swiyo. Jaljayo oppa” lanjutnya “aku tak akan istirahat ataupun tidur. Tidur akan membuatku bermimpi, dan jika mimpi itu indah saat aku bangun, aku akan merasa sedih karena keindahan itu, hanya ada dalam mimpiku.” Jawab changmin “taeyeon-a. Kau tahu apa yang ingin ku wujudkan saat ini?” Tanya changmin “aku ingin membuatmu bahagia. Aku ingin bersamamu saat kau lelah dan sedih. Aku ingin ada disampingmu saat kau ingin aku bersamamu. Tapi aku tak bisa” kata changmin.

            Keesokan paginya, disaat semua orang belum bangun, taeyeon sudah berada di dapur dan membuat sarapan untuk changmin yang masih terbaring dikamarnya. “taeyeon-a. aku akan pulang. Tak usah repot repot memasakan sarapan untukku. Terimakasih karena mau merawatku tadi malam” kata changmin “keunde oppa, buburnya sudah hampir matang” jawab taeyeon “buang saja. Aku tak sarapan. Aku pulang dulu” kata changmin. Yeoja itu hanya bisa terdiam, melihat punggung yang terus menjauh pergi darinya, melihat sesuatu yang bahkan ia tak bisa bayangkan akan seperti ini jadinya. Taeyeon memakan bubur itu sendiri, di meja makannya.

                                                                        ***

            Changmin pergi dengan kaki yang masih gemetar, ini selalu terjadi beberapa bulan ini. Tubuh yang terus berkeringat meskipun tak melakukan apapun, kaki yang selalu terasa lelah, detak jantung yang selalu terasa lebih cepat dan kepala yang sangat sangat terasa pusing dan sakit yang menerpa. Ia terduduk di bak tanaman di pinggir jalan karena ia merasa kakinya tak terlalu kuat untuk menyanggah tubuhnya. “gwaenchanseubnikka?” Tanya seorang petugas jalan “ye? ne.. gwaenchanayo” jawab changmin lalu kembali berdiri dan melangkahkan kakinya menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Ia hendak menyalakan mesin mobilnya saat seseorang mengetuk jendela mobilnya, ia menengok ke arah jendela itu “oppa” panggil seseorang di luar changmin hanya menurunkan jendelanya “kau meninggalkan scarf-mu” kata taeyeon yang langsung memberikan scarf itu pada changmin “joshimhi gaseyo oppa” kata taeyeon lalu berjalan menjauh dari mobil itu “yeon-a…” panggil changmin pelan, tapi masih bisa di dengar taeyeon “bisakah kau mengantarku pulang?” kata changmin dengan tubuh yang lemas “oppa wae geuraeyo?” Tanya taeyeon dengn nada panic “ani, geunyang dowa jom (tidak, hanya tolong bantu aku)” jawab changmin “ne, oppa” jawab taeyeon lalu membuka pintu bagian kiri mobil itu dan membantu changmin untuk pindah ke kursi sebelah kanan.
            Ia menarik nafas berat lalu menghembuskannya di sertai tatapan mata yang terlihat sangat khawatir “bojima (jangan lihat)” kata changmin masih sambil menutup matanya “wae oppa?” Tanya taeyeon sambil menyalakan mesin mobil “mwoga?” kata changmin “kenapa oppa tak mau memberitahu, sebenarnya apa yang terjadi pada oppa. Setelah hari itu, kau berubah menjadi orang yang sangat dingin…. dan kejam” kata taeyeon masih sambil menyetir mobil itu “molla nado” jawab changmin. Lalu suasana di mobil itu menjadi hening, sangat hening. Tak berapa lama mobil itu sampai di tempat tujuannya “wasseoyo oppa” kata taeyeon sambil membuka pintu mobilnya “oppa. Uri wasseoyo” katanya sekali lagi “oppa… oppa? Gwaenchanayo?” kata taeyeon sambil membuka pintu mobil di sebelah changmin “anida. Pyeongwon kaja (tidak bisa, kita pergi ke rumah sakit)” kata taeyeon “hajima. Na gwaenchana” kata changmin tiba-tiba sambil memegang tangan taeyeon. Setelah hari itu berakhir tanda Tanya di kepala taeyeon semakin besar, sebenarnya ada apa dengan changmin yang dulu sangat hangat dan menyenangkan hingga ia berubah menjadi seperti ini? Taeyeon membuka album fotonya, memandangi foto-fotonya bersama seorang namja yang sangat dekat dengannya, tapi entah mengapa air matanya mengalir begitu saja saat ia melihat satu foto yang lalu ia usap-usap dengan tangannya.

#flashback
3 tahun yang lalu
#taeyeonpov

            Hari ini aku seperti orang gila yang terus tersenyum, tersenyum bahkan tak ada yang bisa membuatku tersenyum. Menggoyangkan kakiku, menatap kearah langit yang hari ini berwarna sangat indah dan cerah. Hari ini di taman aku akan bertemu dengan seseorang yang sangat ku sukai, jadi aku berpakaian dengan sangat cantik dan mengurai rambut panjangku yang biasanya ku biarkan terikat satu. Satu jam aku menunggu orang itu, tapi ia tak juga datang, aku memakan bekal buahku sambil terus menunggunya tapi ia bahkan tak juga menunjukan bayangannya padaku, akhirnya setelah satu setengah jam aku menunggunya, ia datang juga, anehnya namja ini tak berlari padaku seperti biasa, ia berjalan dengan pelan sambil membawa tas punggung yang terlihat sangat berat “eoremani gidaryeo? (berapa lama kau menunggu?)” tanyanya “eung? Anieyo. Angidarindeyo. Nado jigeum wasseoyo oppa hehe (eung? Tidak. Aku tak menunggumu. Aku juga baru saja datang oppa hehe)” jawabku dengan gugup karena aku berbohong “geurae? Kaja geureom” katanya sambil menyuruhku turun dari perosotan yang ku naiki. Kami pergi ke hongdae, kalian tahu hongdae kan? Jalanan yang sangat banyak di datangi oleh para pasangan yang sedang berkencan, disana banyak terdapat toko-toko yang bisa kita datangi dan kita bisa membeli apapun disana. “oppa, kenapa kita datang kesini?” tanyaku dengan ceria “mm… kau kan sangat ingin datang kesini denganku” jawabnya “hehe… geureohkeyo?” kataku pelan karena malu. Kami membeli makanan dan minuman, aku meminta oppa membelikanku beberapa accessories dan oppa membelikannya untuku, aku sangat senang waktu itu, tapi entah kenapa ada sesuatu yang aneh dari pandangan oppa padaku aku bertanya padanya beberapa kali tapi ia selalu menjawab bahwa tak ada apapun yang terjadi padanya. Kami duduk di samping sebuah band acoustic yang sedang melantunkan lagunya dengan indah “yeon-a… sajin haebogoshipo? (yeon-a.. kau ingin berfoto?)” Tanya oppa tiba-tiba padaku “sajin haebolkka? Geurae haeyo oppa (haruskah kita berfoto? Baiklah lakukan oppa)” jawabku, lalu oppa meminta tolong pada seseorang yang melewat untuk mengambil foto kami, oppa melingkarkan tangannya merangkul bahuku, saat itu aku sedikit terkejut karena ia tak biasanya mengambil foto seperti ini, aku hanya menggungakan ‘v’ pose-ku seperti biasa lalu tersenyum. Perform music itu selesai, kami bertepuk tangan bersama lalu kembali berjalan tanpa terasa hari sudah cukup gelap “uuhh chuweo (uuhh dingin)” kataku, ini aneh biasanya jika aku berkata seperti itu, oppa akan langsung mengambil tanganku dan memasukannya ke saku disamping coat-nya tapi kali ini ia bahkan tak memandangku, aku melingkarkan tanganku di lengannya, tapi terlihat sekali oppa berusaha melepaskan tanganku, akhirnya aku melepaskan tanganku dan berjalan sedikit menjauh darinya, aku ingin ia merasa nyaman. Tapi akhirnya kami sampai di taman lagi, oppa menatapku sebentar, tapi dalam tatapannya yang sebentar itu, aku bisa merasakan betapa beratnya ia menatapku, begitu dalam dan entah mengapa aku merasa aku akan menangis, oppa memegang tanganku “uri… yeogisseo kkeut (kita sudahi sampai disini)” katanya pelan “bangeum, mworaeyo? (apa yang kau katakan tadi?)” kata ku “uri haeyeojija (kita putus saja)” katanya kali ini dengan suara yang lebih lantang “oppa, jangnaniji? Anjinshimiji? (oppa kau bercandakan? Kau tak seriuskan?)” kataku dengan mata yang sudah berair “ani, jinshimiya (tidak, aku serius)” jawabnya, aku hanya bisa tersenyum getir aku kembali menatap langit yang terlihat penuh bintang, tapi saat itu aku melihatnya karena aku ingin menahan air mataku “nan… uri ireohke kkeut shireoyo. Nan… mothageseoyo oppa (aku tak mau kita berakhir seperti ini. Aku tak bisa oppa)” kata ku sambil terus menahan air mata “uri saranghajanha. Wae oppa? (bukankah kita saling mencintai. Kenapa oppa?)” lanjutku “nan… mothae. Geu sarang (aku tak bisa. Cinta itu)” jawabnya. Aku melangkah mundur selangkah lalu menatapnya lekat “oppa momi anjohji? Eodi apayo? (oppa badanmu tak enak kan? Kau sakit?)” tanyaku sambil terus memandangnya sampai aku tak sanggup lagi menahan air mata yang meluap keluar dari mataku “ah! Wae nunmul nawa (ah! Kenapa air mata ini keluar!)” kataku pada diri sendiri sambil menghapus air mata yang terus menerus keluar. Keadaan menjadi hening lagi “uri haengbokhaejanha. Dashi saenggakhaebwayo oppa (bukankah kita bahagia, fikirkan sekali lagi oppa)” kataku pelan “nan motharago. Neo andeulinya?! (ku bilang aku tak bisa. Kau tak bisa mendengarnya?!)” kata oppa sedikit keras, nadanya seperti ia sudah menahan amarahnya untuk waktu yang lama, aku sedikit terkejut karena baru kali ini oppa membentakku ia bahkan menatap mataku dengan begitu dalam. Aku terdiam sebentar berusaha menahan air mata yang terus mengalir “uri chueogdeul, na eotteokhae haeyo? (apa yang harus aku lakukan dengan ingatan kita?)” kata ku sambil menatap tangannya yang sedari tadi mengepal “geunyang beoryeo (buang saja)” katanya dingin “beoryeotagoyo? (membuangnya katamu?)” kataku dengan suara yang gemetar “museun sanggwaniya? Geunyang beoryeo, geureohke himdeulnya? (apa masalahnya? Buang saja, sebegitu sulitkah?)” kata oppa masih dengan suaranya yang keras “himdeulmyeon. Neo jaba. Igeodo (jika itu sulit. Peganglah. Ini juga)” lanjutnya sambil menyerahkan foto kami yang baru saja kami ambil tadi lalu pergi meninggalkanku yang membeku sambil memegang selembar foto  yang baru saja ia berikan.
#taeyeonpov end
#flashback end

            Taeyeon mengusap matanya yang berair, ia menutup album foto itu dengan keras. Ia memegang sesuatu dibalik bajunya lalu menariknya paksa, sebuah cincin berwarna silver bertahtakan berlian kecil di tengahnya dan terukirkan huruf C love T dibaliknya, ia melepas cincin itu dari sebuah kalung yang melinkarkan itu di lehernya, ia menyimpan cincin itu di dalam laci. Lalu membaringkan tubuhnya di ranjangnya.
Changmin terduduk di meja kerjanya sambil membuka sebuah box berukuran sedang berwarna cokelat yang di dalamnya terdapat boneka teddy bear kecil, sepasang cincin,bunga mawar ungu yang kelopaknya sudah lepas dan selembar surat yang sudah kusam, ia membuka surat itu dan membacanya dengan hati-hati “to : changmin oppa
from : yeon
kau tahu oppa, kita pernah bahagia. Bahagia sampai rasanya hatiku akan meledak dan otakku diisi oleh kupu-kupu yang berterbangan. Saat yang bahagia itu, ku tahu tak akan pernah terjadi lagi. Karena kau sudah berubah sekarang. Suatu hari nanti mungkin aku akan menangis saat mengingatmu, tapi entahlah sekarang pun saat ku tulis surat ini, air mata terus berlinang di pipiku. Betapa sakitnya aku harus melepaskanmu, ah bukan… kau yang melepaskanku. Tapi oppa kau tahu, seberapa banyakpun aku menangis, rasa sakit itu tak menghilang. Ia malah semakin dalam dan dalam. Ku pikir aku harus pergi, entah kemana dan sampai kapan. Karena saat aku berada dekat denganmu, tubuhku terasa lumpuh dan aku bahkan akan merasa sulit bernafas. Maafkan aku oppa. Mungkin kau melepaskanku karena aku melakukan sesuatu yang kau tak suka, atau bahkan kau telah menjadi orang paling sengsara saat berkencan denganku, mungkin kau tak pernah mencintaiku dan hanya memaksakan diri supaya aku tak merasa tersakiti. Kau orang yang baik oppa. Karena itu aku menyayangimu. Mungkin ini adalah cara yang terbaik untuk membuatmu tenang dan bahagia. Oppa jangan khawatir, aku tak akan menangis lagi. yagseog! Annyeong oppa! jalgayo” changmin menggelengkan kepalanya saat ia membaca kalimat-kalimat terakhir dari surat itu, ia mengambil ponselnya lalu mencari nomor ponsel taeyeon ia berniat menelpon yeoja itu hanya saja saat ia mengingat apa yang ia lakukan tadi pagi ia urung melakukannya, ia merasa harus berhenti menjaga yeoja itu dari jauh, ia tak ingin saat ia pergi nanti yeoja itu akan menangis untuknya, ia tak mau saat ia sudah tak bisa menjaga yeoja itu lagi dia akan menjadi yeoja paling sengsara yang pernah ada. Jadi changmin mematikan ponselnya dan berjalan ke arah lemari kecilnya untuk menyimpan box itu lagi.

                                                                        ***

            Taeyeon berjalan menuju sebuah toko buku di dekat apartmentnya, ia membeli beberapa buah buku dan berjalan pulang kembali. Di perjalanan taeyeon membaca sebuah novel yang ia beli tadi dan tanpa sengaja menabrak sesuatu yang keras didepannya “aigoo… lihat siapa ini” kata seorang namja yang ia tabrak “jyeseonghabnida…” kata taeyeon sambil membungkukan tubuhnya 90 “yeppeone… Agassi ireumi mwoya?” Tanya seorang namja paruh baya yang biasa dipanggil ahjeossi ini “ahjeossi.. nwayo jom” kata taeyeon berusaha melepaskan tangannya yang di cengkram erat oleh namja itu “wae? Shireoji? hahaha” kata ahjussi itu “jebal igeo nwayo! Wae geuraeseoyo?! Nwayo ahjeossi!” kata taeyeon sambil sedikit berteriak “sallyeojuseyo!! Sallyeojuseyo!” teriak taeyeon meminta bantuan pada orang-orang yang ada disana, sayangnya hari itu entah mengapa jalanan begitu sepi. “ahjeossi. nwayo” kata seseorang yang ada tepat di depan taeyeon “neo nuguya?” Tanya ahjussi itu dengan nada menantang “na? na geu yeoja namjachingu. Geuraesseo nwa” kata namja itu lagi “mwo? Hhh~ namjachingu? Jangnaniya?!” kata ahjussi itu sambil tertawa keras “jagiya… neo namjachingu isseo?” kata ahjussi itu sambil mengelus pipi taeyeon “oppa… dowajuseyo” kata taeyeon meringis “an-nwa?! Ya! Ahjussi andeullyeo?! Nwarago! Anhae? Geurae hajima (tak akan kau lepaskan? Hey! Ahjussi kau tak mendengar?! Lepaskan kataku! Tak mau? Baiklah jangan lakukan)” kata namja itu mendengan perkataan namja itu taeyeon sedikit terkejut dan merasa ketakutan “hajima. Jugeoshipeoramyeon (jangan. Jika kau ingin mati)” lanjut namja itu lalu mulai memukuli ahjeossi berbadan kekar dan bertato di lengannya itu. “oppa gwaenchanayo?” Tanya taeyeon setelah perkelahian itu selesai “gwaenchana” jawabnya lalu berjalan pergi menjauh “oppa” panggil taeyeon “oppa wae na hante geuraeseo haeyo?” Tanya taeyeon pelan “geunyang haegoshipeo” jawabnya lalu membalikan tubuhnya lagi “oppa na shireoji? Miweoji?” kata taeyeon lagi “eoh… miweo” jawab namja itu “miweomyeon, oppa geunyang nan miweohaeyo. Ireohjimayo. Nan saranghamyeon jigeum malhaeyo, animyeon pyeongsaeng malhajimayo. Geuraeseo nan oppa miweohaedo isseoyo (jika kau benci, oppa benci saja aku. Jangan seperti ini. Jika kau mencintaiku katakan, atau selamanya jangan katakan. Dengan begitu aku akan bisa membencimu juga)” kata taeyeon “iyuga eobseojiman. Nan geureohke haeyo geu miweohaneun geol. (walaupun tak ada alasannya. Aku akan melakukannya sesuatu yang dinamakan benci itu)” Lanjut taeyeon lalu berjalan membelakangi namja itu “yeon-a” panggilnya “mian. Nan neo hante jeoldae miweo hae. Nan geobaeg mothaesseo, geuresseo nan ireohke. Mian yeon-a (maaf. Aku tak akan pernah membencimu. Karena aku tak bisa mengungkapkannya, jadi aku seperti ni. Maafkan aku yeon-a)” kata namja itu. Waktu rasanya seperti sedang berhenti, sepertinya ia ingin mempermainkan waktu. Ia ingin menghentikan waktu, ia ingin mengulang waktu sehingga ia bisa menghapus kesalahannya pada yeoja ini. Changmin mengepalkan kedua tangannya. “oppa arayo?” kata taeyeon tiba-tiba “nan eolmana himdeulji arayo? Eolmana ureo, eolmana oppa saenggakhae. Na hante, igeo da ije amugeotdo anieyo. Sanggwan eobseoyo. Keunde, oppa ireohkeramnyeon, nan eotteokhae hae nan molla (kau tahu seberapa lelahnya aku? Seberapa banyak aku menangis, seberapa sering aku berfikir. Itu semua sekarang untukku bukan apa-apa. Tak masalah. Tapi, jika oppa seperti ini, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan)” lanjut taeyeon “lanjutkan saja apa yang oppa lakukan sekarang. Jangan hiraukan aku” kata taeyeon lalu berjalan pergi. Benar-benar pergi.
            Penyesalan yang ia rasakan, sepertinya tak akan bisa mengganti rasa sakit dan lelah yang dirasakan taeyeon selama ini, itulah yang ia rasakan. Changmin terduduk di sebuah café  sambil meminum segelas Americano 3 shoot yang terasa sama sekali tak pahit di lidahnya sekarang. Ia terus terpikir untuk menghubungi yeoja itu, yeoja yang membuatnya merasa gila karena ia tak bisa melakukan apapun untuk yeoja itu. Tak bisa kembali tapi ia tak bisa melepaskannya. Ia punya waktu sampai hari ke 21 5 bulan lagi. Ia merasa waktu tak pernah cukup untuknya, dan kali ini ia sadar, ia terlalu banyak membuang waktunya. Jika di pikir-pikir selama 3 tahun ini ia tak bisa bahagia, tak tersenyum dan tak juga tertawa, tawa terakhirnya adalah 4 tahun yang lalu bersama taeyeon di pantai wahyeon di busan
            Sementara itu seorang yeoja sedang mengunci diri didalam kamar dan menangis tersendu-sendu karena ia merasakan sesak pada dadanya, bukan karena penyakit atau apapun, ia merasa sesuatu yang ia inginkan selama ini, telah ia buang begitu saja. Ia membuang kesempatan yang mungkin tak akan ia dapatkan kembali. Namja itu, changmin, tak pernah mengatakan apa alasan ia meninggalkannya 3 tahun yang lalu, ia hanya mengatakan bahwa ia tak bisa mencintai taeyeon, tapi bagaimana bisa itu terjadi, padahal mereka sudah berkencan sejak mereka sama-sama di sekolah menengah akhir. Apa itu juga hanya rasa yang palsu? Bagaimana bisa ia melakukan itu. Taeyeon terhanyut dalam keadaan yang membuatnya lebih merasa tertekan lagi, kali ini ia merindukan namja itu, bahkan belum lewat 5 jam semenjak mereka bertemu tadi, tapi entah mengapa rasanya ia sangat ingin melihat wajah namja itu. Entah mengapa saat itu taeyeon berfikir bahwa mungkin ia tak akan melihat changmin lagi, tak akan sanggup. Memikirkannya saja, sudah membuat air mata mengalir dengan sangat deras, bagaimana jika sesuatu seperti itu terjadi?

1 minggu kemudian

Changmin memasuki sebuah rumah sakit, dan tanpa sengaja berpapasan dengan seseorang berjas dokter berwarna putih dengan stethoscope menggantung di lehernya, rambut panjang terurainya membuat yeoja itu tampak semakin cantik. Name tag-nya tertuliskan ‘Im Yoona’. “changmin oppa?” katanya “kenapa oppa ada disini? Oppa menjenguk orang atau oppa sedang sakit?” tanyanya “aniya. Aku datang karena ingin menemuimu. Bisa kita bicara sebentar?” kata changmin “geureom” jawab yoona. Mereka masuk keruangan yoona dan mengobrol disana. “sebenarnya apa yang membat oppa ingin menemuiku?” kata yoona mengawali pembicaraan “aku ingin menanyakan sesuatu” kata changmin “seorang temanku mengalami gejala aneh di dalam tubuhnya. Ia ingin aku bertanya pada seorang dokter yang ku kenal. Dan aku mengenalmu jadi aku tanyakan ini padamu” jelas changmin “gejala seperti apa?” Tanya yoona “ia sering mengalami sakit kepala yang luar biasa, terkadang perutnya mual dan ia sulit sekali tidur. Ia tak mau makan karena apapun yang ia makan pasti akan ia muntahkan. Terkadang pandangannya terlihat tak jelas dan menjadi dua. Ia sering lupa menyimpan barang dan mulai melupakan nama-nama temannya. Tubuh yang terus berkeringat meskipun tak melakukan apapun, kaki yang selalu terasa lelah, detak jantung yang selalu terasa lebih cepat. Ia juga sering merasa lemas. Menurutmu itu jenis penyakit apa?” Tanya changmi dengan jelas “sebenarnya siapa yang sakit oppa?”  kata yoona dengan pandangan yang mencurigakan “oppa-ya?” katanya lagi, changmin tak menjawabnya “sejak kapan oppa merasakan itu? Oppa sudah periksakan ke dokter?” Tanya yoona yang terdengan sangat khawatir “nan aniranikka. Nae chingu-ya (sudah ku bilang bukan aku. Itu temanku)” jawab changmin gugup “kalau itu bukan oppa ayo kita periksa tubuhmu” kata yoona “semenjak 3 tahun lalu aku merasakan sakit kepala yang sangat mengerikan yoona-ya” kata changmin tiba-tiba “aku melakukan check ke dokter tapi, aku tak mau mempercayai semua perkataan dokter itu. Mereka bilang aku terkena penyakit alzheimer” lanjut changmin “mwo? Kenapa oppa tak pernah cerita kepadaku?! Oppa gila? Alzheimer harus di obati secepat mungkin kalau tidak, perlahan ia akan menghapus seluruh ingatanmu sampai akhir. Oppa bahkan akan lupa cara menggunakan ponsel dan membuka pintu! Oppa, sudah seberapa sakit itu sekarang? Kita lakukan rontgen sekarang oppa” kata yoona panic “ani yoon. Aku tak ingin melihatnya. Aku ingin melupakannya.” Jawab changmin “oppa” kata yoona yang matanya berkaca-kaca “kalau begitu aku ingin meng-check darahmu. Sepertinya, ada yang aneh dengan gejala-gejala yang oppa alami tadi. Kita ke lab sekarang oppa” kata yoona, lalu mereka pergi ke lab bersama untuk melihat apa lagi yang terjadi pada tubuh changmin.
            Hasil lab keluar 3 hari setelah pengecekannya, changmin kembali ke rumah sakit untuk menemui yoona dan mengambil hasil lab-nya, dan betapa terkejutnya ia ketika ia melihat yeoja itu menangis dalam ruangannya. “yoon” panggil changmin pelan “eoddeokhaji? Oppa… apa yang harus ku lakukan untuk bisa membantumu sekarang?” katanya “wae geurae?” kata changmin yang bingung “kenapa kau bisa menderita seperti ini oppa? Apa tak ada yang mengurusmu selama ini?” kata yoona “wae? ada apa dengan hasil lab ku?” Tanya changmin “seharusnya kau memberi tahu ku lebih awal. Sekarang aku bahkan tak bisa memikirkan sesuatu untuk membantumu” kata yoona, changmin mengambil kertas hasil lab-nya. Dengan sekejap wajahnya berubah menjadi pucat dan tangannya mulai bergetar. “yoona-ya… bagaimana jika aku tak bisa menatap matahari lagi besok? Apa yang harus ku lakukan” katanya, mereka berdua terdiam lalu yoona memandang changmin dalam “aku akan membantumu oppa. Apapun yang terjadi aku akan membantumu. Mulai sekarang jangan pernah berani menghabiskan waktumu dengan hal-hal yang tak berguna. Tolong lakukan apa yang ingin oppa lakukan” jelas yoona “kenapa kau mau membantuku yoon? Bukankah dulu aku pernah menyakitimu?” Tanya changmin “aku sudah pernah bilang pada oppa dulu. Aku akan menjadi temanmu bagaimanapun. Walaupun dulu kau pernah menolakku… tapi, yah rasa itu masih tersisa dan aku tak pernah membencimu oppa” jawab yoona “ayo buat memori terbaikmu dari sekarang oppa” lanjut yoona lalu memegang tangan changmin ringan.

                                                                        ***

            Taeyeon berdiam diri di ruang tv-nya, ia menatap layar tv-nya lekat-lekat sambil memeluk kakinya yang ia tekuk. Ia tersenyum tapi entah mengapa matanya terus berair, ia mengusap air yang jatuh dari matanya sambil terus menatap layar tv yang menampilkan video yang direkam 4 tahun lalu saat taeyeon dan changmin sedang menghabiskan liburan musim panas mereka di busan di pantai wahyeon yang sangat menyenangkan waktu itu, saat itu taeyeon tak pernah berfikir bahwa mereka akan menjadi seperti ini akhirnya. Saat itu adalah terakhir kali ia mendapat senyuman dan ciuman dari changmin, ia berharap waktu dapat kembali ke waktu itu saat ia tak merasa sedih dan air matanya mengalir karena ia bahagia. Sekarang bahkan untuk mengatakan bahwa ia merindukan namja itu saja terasa begitu sulit. Tak apa, pikirnya setidaknya ia bisa menyimpan persaannya untuk namja itu jauh di dalam hatinya.
            Changmin melajukan mobilnya kearah apartment seseorang. Ia memarkirkan mobilnya di basement dan menaiki lift untuk menuju apartment itu. Changmin menekan bell pada interphone pintu apartment itu, “nuguseyo?” kata seseorang didalam “oppa?” katanya sekali lagi “nuguseyo?” Tanya seseorang itu “mm.. yeon-a, na-ya” jawab changmin. Taeyeon membuka pintunya “museun il isseoyo?” Tanya taeyeon dengan tenang “ani, geunyang.” Jawab changmin “anja oppa” kata taeyeon menyuruh changmin duduk di sofanya. Mereka tak saling mengobrol karena entah mengapa suasana begitu canggung dan sulit untuk mengatakan sepatah katapun. “mianhae yeon-a” kata changmin tiba-tiba “eung?” kata taeyeon yang kaget mendengar suara changmin yang sangat bergetar “waeyo oppa?” Tanya taeyeon sambil menaruh segelas jus anggur di depan changmin “oneul buteo, nan neo saranghagoshipeo (mulai sekarang aku ingin mencintaimu)” kata changmin tiba-tiba “ne? waeyo gabjagi? Oppa eodi apa? (hah? Kenapa tiba-tiba? Oppa kau sakit?)” kata taeyeon yang kebingungan “jikyeojugoshipeosseo geurae. (karena aku ingin melindungimu)” jawab changmin “oppa” taeyeon bahkan tak dapat melanjutkan kata-katanya ia kehabisan kata, ia hanya dapat memandang namja dihadapannya dengan tatapan  bingung tanpa segaris senyum di bibirnya “oppa wae geuraeyo? Wae ireohke haeyo? Shireohaji anha, nan geunyang heundeullyeoyo (oppa mengapa kau seperti ini? Kenapa kau melakukan ini? Bukannya aku tak mau, aku hanya bingung)” kata taeyeon, changmin tersenyum kecil taeyeon membalasnya dengan senyuman juga.
            Keesokannya mereka memutuskan untuk berkencan di sebuah taman rekreasi, masih sama seperti mereka 4 tahun yang lalu mereka senang datang ke tempat rekreasi dan menaiki wahana yang ekstrem. Changmin membelikan bando yang berbentuk kuping kelinci dan taeyeon memilihkan bando dengan kuping gajah untuknya, mereka tertawa kembali, merasakan kembali bagaimana rasanya bahagia. Mereka berbagi gulali bersama, makan es krim bersama dan yang terakhir mereka pergi ke norae bang *karaoke*.
            “oppa noraehaejwoyo~” kata taeyeon sambil tersenyum lebar “shireo. Neo norae hae” kata changmin “ah~ geureom, uri wae norae bang wasseo, oppa norae shireomyeon” jawab taeyeon yang terdengar sedikit kecewa “arasseo. Na noraehalke!” kata changmin lalu memilih lagu yang akan ia nyanyikan lagu K.R.Y ‘Let’s Not’. Intro lagunya sudah membuat seisi ruangan karaoke itu menjadi benar-benar mellow, dengan suara changmin yang lembut dan penuh penghayatan membuat yeoja yang menatapnya sedari tadi merasa terhanyut dalam suasaana yang entah mengapa terasa begitu sedih dan berkesan seperti sebuah perpisahan untuknya, ia tak berharap kesenangan ini berakhir seperti 3 tahun lalu di hongdae street . setelah changmin selesai menyanyikan lagunya, giliran taeyeon yang bernyanyi ia ingin mencairkan suasana jadi ia bernyanyi lagu yang up beat dan membuatnya meloncat-loncat sambil membawa wig kribonya. Hari ini selesai… ya changmin mengantar taeyeon pulang ke apartmentnya dengan senyuman yang masih ada di bibirnya “gomawoyo oppa… aku sangat senang hari ini” kata taeyeon “mm.. nado. Aku juga sangat senang bisa bersamamu lagi… yeon-a terimakasih sudah mau kembali padaku” kata changmin “eoh… oppa na galke” kata taeyeon berpamitan untuk masuk ke apartmentnya, tiba-tiba “yeon-a..” panggil changmin taeyeon hanya membalikan badan, changmin berjalan pelan kearahnya, lalu mengecup lembut keningnya “jalja” katanya “eung? Ah oppa-do” jawab taeyeon lalu berjalan kedalam dengan senyuman yang tak mau menghilang dari pipinya

TBC.