Translate

Translate

Senin, 19 Mei 2014

It Will Rain




It Will Rain

 

Cast    : Kim Taeyeon
           Shim Changmin




If there is a time, if there is a chance, will you comeback? If it can be true, I will do everything to make that happened. Cause I never want to lose anything in my life, the more you.

                                                                        ***
#taeyeonpov
            Hari itu seseorang datang mengetuk pintu rumah ku, “nuguseyo?” tanyaku pada seseorang didepan pintu rumahku “nugusinyagoyo?” Tanya ku lagi karena tak ada jawaban “oppa, taeyeon-a” jawabnya “changmin-I oppa?” tanyaku sambil membuka pintunya “o..oppa wae geurae? Eodi apeo?” kataku karena melihat wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang gemetar “oppa!! Oppa ireonayo! Changmin oppa!!”
#end
                                                                        ***
            Hari itu taeyeon menangkap changmin yang terjatuh pada pelukannya, tapi entah kenapa ia malah menagis tak tersenyum sedikitpun. Changmin tertidur di ranjang taeyeon tanpa bergerak sedikitpun hanya perutnya yang bergerak naik turun karena ia masih bernafas. “sebenarnya apa yang kau lakukan sampai kau bisa seperti ini oppa? Kenapa disaat seperti ini kau selalu datang padaku dan membuatku sulit untuk melepaskanmu? Sebenarnya apa yang ada di dirinya yang tak ada didiriku sehingga kau tak bisa menyukaiku oppa?” kata taeyeon pada changmin yang masih terdiam “aku selalu bersamamu saat kau sakit dan sendirian, sedangkan dia hanya ada bersamamu saat kau senang. Oppa kau tahu? Betapa sakitnya menjadi diriku? Aku merasa begitu tersingkirkan karena kau. Aku merasa begitu tersakiti sehingga aku tak bisa merasakan bagaimana itu sakit hati lagi. Sekeras apapun tubuhku gemetar oppa takkan membuatku tenang. Aku tahu. Jadi sebisa mungkin aku membuat diriku tenang. Geurae, tidurlah oppa. Jangan pikirkan dia dan tenanglah bersamaku” kata taeyeon dan berjalan menjauhi ranjangnya “taeyeon-a…” panggil changmin sambil memegang pergelangan tangan taeyeon “sebenarnya apa yang membuatmu begitu menyukaiku?” tanyanya “sebenarnya hal apa yang ada pada diriku sehingga kau bisa begitu mencintaiku?” katanya lagi, taeyeon hanya bisa terdiam “sebenarnya apa yang ada di dalam dirimu sehingga kau selalu bisa menerimaku yang begitu sering menyakitimu?” tanyanya lagi “oppa… bisakah lepaskan tanganku? Aku ingin membawakanmu air karena kau sudah bangun” kata taeyeon “geurae, daedabhae eobseodo gwaenchana. Daedab hajima (ya, tak ada jawabanpun taka pa-apa. Jangan kau jawab)” kata changmin. Taeyeon membawakan secangkir air lemon hangat kekamar lalu memberikannya pada changmin “neo gwaenchana?” Tanya changmin “mwogayo?” Tanya taeyeon sambil terus melipat lipat selembar kertas kecil “na ddaemunhae, taeyeon.. neo neomu apahaejanha. (karena ku, taeyeon… bukankah kau sangat kesakitan.)” kata changmin “oppa… na amugotdo sanggwan eobseonikkayo. Oppa, eoddeokhae na apaseodo, na amugotdo sanggwan eobseoyo. Geunikka oppa geogjeonghajima, geunyang gyesok haeyo. nan gwaenchananikka (oppa… sudah kubilang itu tak masalah. Oppa bagaimanapun aku kesakitan, bagiku tak ada masalah. Jadi, oppa jangan khawatir, lanjutkan saja apa yang sedang kau lakukan sekarang. Karena aku akan baik-baik saja)” jawab taeyeon “oppa swiyo. Jaljayo oppa” lanjutnya “aku tak akan istirahat ataupun tidur. Tidur akan membuatku bermimpi, dan jika mimpi itu indah saat aku bangun, aku akan merasa sedih karena keindahan itu, hanya ada dalam mimpiku.” Jawab changmin “taeyeon-a. Kau tahu apa yang ingin ku wujudkan saat ini?” Tanya changmin “aku ingin membuatmu bahagia. Aku ingin bersamamu saat kau lelah dan sedih. Aku ingin ada disampingmu saat kau ingin aku bersamamu. Tapi aku tak bisa” kata changmin.

            Keesokan paginya, disaat semua orang belum bangun, taeyeon sudah berada di dapur dan membuat sarapan untuk changmin yang masih terbaring dikamarnya. “taeyeon-a. aku akan pulang. Tak usah repot repot memasakan sarapan untukku. Terimakasih karena mau merawatku tadi malam” kata changmin “keunde oppa, buburnya sudah hampir matang” jawab taeyeon “buang saja. Aku tak sarapan. Aku pulang dulu” kata changmin. Yeoja itu hanya bisa terdiam, melihat punggung yang terus menjauh pergi darinya, melihat sesuatu yang bahkan ia tak bisa bayangkan akan seperti ini jadinya. Taeyeon memakan bubur itu sendiri, di meja makannya.

                                                                        ***

            Changmin pergi dengan kaki yang masih gemetar, ini selalu terjadi beberapa bulan ini. Tubuh yang terus berkeringat meskipun tak melakukan apapun, kaki yang selalu terasa lelah, detak jantung yang selalu terasa lebih cepat dan kepala yang sangat sangat terasa pusing dan sakit yang menerpa. Ia terduduk di bak tanaman di pinggir jalan karena ia merasa kakinya tak terlalu kuat untuk menyanggah tubuhnya. “gwaenchanseubnikka?” Tanya seorang petugas jalan “ye? ne.. gwaenchanayo” jawab changmin lalu kembali berdiri dan melangkahkan kakinya menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Ia hendak menyalakan mesin mobilnya saat seseorang mengetuk jendela mobilnya, ia menengok ke arah jendela itu “oppa” panggil seseorang di luar changmin hanya menurunkan jendelanya “kau meninggalkan scarf-mu” kata taeyeon yang langsung memberikan scarf itu pada changmin “joshimhi gaseyo oppa” kata taeyeon lalu berjalan menjauh dari mobil itu “yeon-a…” panggil changmin pelan, tapi masih bisa di dengar taeyeon “bisakah kau mengantarku pulang?” kata changmin dengan tubuh yang lemas “oppa wae geuraeyo?” Tanya taeyeon dengn nada panic “ani, geunyang dowa jom (tidak, hanya tolong bantu aku)” jawab changmin “ne, oppa” jawab taeyeon lalu membuka pintu bagian kiri mobil itu dan membantu changmin untuk pindah ke kursi sebelah kanan.
            Ia menarik nafas berat lalu menghembuskannya di sertai tatapan mata yang terlihat sangat khawatir “bojima (jangan lihat)” kata changmin masih sambil menutup matanya “wae oppa?” Tanya taeyeon sambil menyalakan mesin mobil “mwoga?” kata changmin “kenapa oppa tak mau memberitahu, sebenarnya apa yang terjadi pada oppa. Setelah hari itu, kau berubah menjadi orang yang sangat dingin…. dan kejam” kata taeyeon masih sambil menyetir mobil itu “molla nado” jawab changmin. Lalu suasana di mobil itu menjadi hening, sangat hening. Tak berapa lama mobil itu sampai di tempat tujuannya “wasseoyo oppa” kata taeyeon sambil membuka pintu mobilnya “oppa. Uri wasseoyo” katanya sekali lagi “oppa… oppa? Gwaenchanayo?” kata taeyeon sambil membuka pintu mobil di sebelah changmin “anida. Pyeongwon kaja (tidak bisa, kita pergi ke rumah sakit)” kata taeyeon “hajima. Na gwaenchana” kata changmin tiba-tiba sambil memegang tangan taeyeon. Setelah hari itu berakhir tanda Tanya di kepala taeyeon semakin besar, sebenarnya ada apa dengan changmin yang dulu sangat hangat dan menyenangkan hingga ia berubah menjadi seperti ini? Taeyeon membuka album fotonya, memandangi foto-fotonya bersama seorang namja yang sangat dekat dengannya, tapi entah mengapa air matanya mengalir begitu saja saat ia melihat satu foto yang lalu ia usap-usap dengan tangannya.

#flashback
3 tahun yang lalu
#taeyeonpov

            Hari ini aku seperti orang gila yang terus tersenyum, tersenyum bahkan tak ada yang bisa membuatku tersenyum. Menggoyangkan kakiku, menatap kearah langit yang hari ini berwarna sangat indah dan cerah. Hari ini di taman aku akan bertemu dengan seseorang yang sangat ku sukai, jadi aku berpakaian dengan sangat cantik dan mengurai rambut panjangku yang biasanya ku biarkan terikat satu. Satu jam aku menunggu orang itu, tapi ia tak juga datang, aku memakan bekal buahku sambil terus menunggunya tapi ia bahkan tak juga menunjukan bayangannya padaku, akhirnya setelah satu setengah jam aku menunggunya, ia datang juga, anehnya namja ini tak berlari padaku seperti biasa, ia berjalan dengan pelan sambil membawa tas punggung yang terlihat sangat berat “eoremani gidaryeo? (berapa lama kau menunggu?)” tanyanya “eung? Anieyo. Angidarindeyo. Nado jigeum wasseoyo oppa hehe (eung? Tidak. Aku tak menunggumu. Aku juga baru saja datang oppa hehe)” jawabku dengan gugup karena aku berbohong “geurae? Kaja geureom” katanya sambil menyuruhku turun dari perosotan yang ku naiki. Kami pergi ke hongdae, kalian tahu hongdae kan? Jalanan yang sangat banyak di datangi oleh para pasangan yang sedang berkencan, disana banyak terdapat toko-toko yang bisa kita datangi dan kita bisa membeli apapun disana. “oppa, kenapa kita datang kesini?” tanyaku dengan ceria “mm… kau kan sangat ingin datang kesini denganku” jawabnya “hehe… geureohkeyo?” kataku pelan karena malu. Kami membeli makanan dan minuman, aku meminta oppa membelikanku beberapa accessories dan oppa membelikannya untuku, aku sangat senang waktu itu, tapi entah kenapa ada sesuatu yang aneh dari pandangan oppa padaku aku bertanya padanya beberapa kali tapi ia selalu menjawab bahwa tak ada apapun yang terjadi padanya. Kami duduk di samping sebuah band acoustic yang sedang melantunkan lagunya dengan indah “yeon-a… sajin haebogoshipo? (yeon-a.. kau ingin berfoto?)” Tanya oppa tiba-tiba padaku “sajin haebolkka? Geurae haeyo oppa (haruskah kita berfoto? Baiklah lakukan oppa)” jawabku, lalu oppa meminta tolong pada seseorang yang melewat untuk mengambil foto kami, oppa melingkarkan tangannya merangkul bahuku, saat itu aku sedikit terkejut karena ia tak biasanya mengambil foto seperti ini, aku hanya menggungakan ‘v’ pose-ku seperti biasa lalu tersenyum. Perform music itu selesai, kami bertepuk tangan bersama lalu kembali berjalan tanpa terasa hari sudah cukup gelap “uuhh chuweo (uuhh dingin)” kataku, ini aneh biasanya jika aku berkata seperti itu, oppa akan langsung mengambil tanganku dan memasukannya ke saku disamping coat-nya tapi kali ini ia bahkan tak memandangku, aku melingkarkan tanganku di lengannya, tapi terlihat sekali oppa berusaha melepaskan tanganku, akhirnya aku melepaskan tanganku dan berjalan sedikit menjauh darinya, aku ingin ia merasa nyaman. Tapi akhirnya kami sampai di taman lagi, oppa menatapku sebentar, tapi dalam tatapannya yang sebentar itu, aku bisa merasakan betapa beratnya ia menatapku, begitu dalam dan entah mengapa aku merasa aku akan menangis, oppa memegang tanganku “uri… yeogisseo kkeut (kita sudahi sampai disini)” katanya pelan “bangeum, mworaeyo? (apa yang kau katakan tadi?)” kata ku “uri haeyeojija (kita putus saja)” katanya kali ini dengan suara yang lebih lantang “oppa, jangnaniji? Anjinshimiji? (oppa kau bercandakan? Kau tak seriuskan?)” kataku dengan mata yang sudah berair “ani, jinshimiya (tidak, aku serius)” jawabnya, aku hanya bisa tersenyum getir aku kembali menatap langit yang terlihat penuh bintang, tapi saat itu aku melihatnya karena aku ingin menahan air mataku “nan… uri ireohke kkeut shireoyo. Nan… mothageseoyo oppa (aku tak mau kita berakhir seperti ini. Aku tak bisa oppa)” kata ku sambil terus menahan air mata “uri saranghajanha. Wae oppa? (bukankah kita saling mencintai. Kenapa oppa?)” lanjutku “nan… mothae. Geu sarang (aku tak bisa. Cinta itu)” jawabnya. Aku melangkah mundur selangkah lalu menatapnya lekat “oppa momi anjohji? Eodi apayo? (oppa badanmu tak enak kan? Kau sakit?)” tanyaku sambil terus memandangnya sampai aku tak sanggup lagi menahan air mata yang meluap keluar dari mataku “ah! Wae nunmul nawa (ah! Kenapa air mata ini keluar!)” kataku pada diri sendiri sambil menghapus air mata yang terus menerus keluar. Keadaan menjadi hening lagi “uri haengbokhaejanha. Dashi saenggakhaebwayo oppa (bukankah kita bahagia, fikirkan sekali lagi oppa)” kataku pelan “nan motharago. Neo andeulinya?! (ku bilang aku tak bisa. Kau tak bisa mendengarnya?!)” kata oppa sedikit keras, nadanya seperti ia sudah menahan amarahnya untuk waktu yang lama, aku sedikit terkejut karena baru kali ini oppa membentakku ia bahkan menatap mataku dengan begitu dalam. Aku terdiam sebentar berusaha menahan air mata yang terus mengalir “uri chueogdeul, na eotteokhae haeyo? (apa yang harus aku lakukan dengan ingatan kita?)” kata ku sambil menatap tangannya yang sedari tadi mengepal “geunyang beoryeo (buang saja)” katanya dingin “beoryeotagoyo? (membuangnya katamu?)” kataku dengan suara yang gemetar “museun sanggwaniya? Geunyang beoryeo, geureohke himdeulnya? (apa masalahnya? Buang saja, sebegitu sulitkah?)” kata oppa masih dengan suaranya yang keras “himdeulmyeon. Neo jaba. Igeodo (jika itu sulit. Peganglah. Ini juga)” lanjutnya sambil menyerahkan foto kami yang baru saja kami ambil tadi lalu pergi meninggalkanku yang membeku sambil memegang selembar foto  yang baru saja ia berikan.
#taeyeonpov end
#flashback end

            Taeyeon mengusap matanya yang berair, ia menutup album foto itu dengan keras. Ia memegang sesuatu dibalik bajunya lalu menariknya paksa, sebuah cincin berwarna silver bertahtakan berlian kecil di tengahnya dan terukirkan huruf C love T dibaliknya, ia melepas cincin itu dari sebuah kalung yang melinkarkan itu di lehernya, ia menyimpan cincin itu di dalam laci. Lalu membaringkan tubuhnya di ranjangnya.
Changmin terduduk di meja kerjanya sambil membuka sebuah box berukuran sedang berwarna cokelat yang di dalamnya terdapat boneka teddy bear kecil, sepasang cincin,bunga mawar ungu yang kelopaknya sudah lepas dan selembar surat yang sudah kusam, ia membuka surat itu dan membacanya dengan hati-hati “to : changmin oppa
from : yeon
kau tahu oppa, kita pernah bahagia. Bahagia sampai rasanya hatiku akan meledak dan otakku diisi oleh kupu-kupu yang berterbangan. Saat yang bahagia itu, ku tahu tak akan pernah terjadi lagi. Karena kau sudah berubah sekarang. Suatu hari nanti mungkin aku akan menangis saat mengingatmu, tapi entahlah sekarang pun saat ku tulis surat ini, air mata terus berlinang di pipiku. Betapa sakitnya aku harus melepaskanmu, ah bukan… kau yang melepaskanku. Tapi oppa kau tahu, seberapa banyakpun aku menangis, rasa sakit itu tak menghilang. Ia malah semakin dalam dan dalam. Ku pikir aku harus pergi, entah kemana dan sampai kapan. Karena saat aku berada dekat denganmu, tubuhku terasa lumpuh dan aku bahkan akan merasa sulit bernafas. Maafkan aku oppa. Mungkin kau melepaskanku karena aku melakukan sesuatu yang kau tak suka, atau bahkan kau telah menjadi orang paling sengsara saat berkencan denganku, mungkin kau tak pernah mencintaiku dan hanya memaksakan diri supaya aku tak merasa tersakiti. Kau orang yang baik oppa. Karena itu aku menyayangimu. Mungkin ini adalah cara yang terbaik untuk membuatmu tenang dan bahagia. Oppa jangan khawatir, aku tak akan menangis lagi. yagseog! Annyeong oppa! jalgayo” changmin menggelengkan kepalanya saat ia membaca kalimat-kalimat terakhir dari surat itu, ia mengambil ponselnya lalu mencari nomor ponsel taeyeon ia berniat menelpon yeoja itu hanya saja saat ia mengingat apa yang ia lakukan tadi pagi ia urung melakukannya, ia merasa harus berhenti menjaga yeoja itu dari jauh, ia tak ingin saat ia pergi nanti yeoja itu akan menangis untuknya, ia tak mau saat ia sudah tak bisa menjaga yeoja itu lagi dia akan menjadi yeoja paling sengsara yang pernah ada. Jadi changmin mematikan ponselnya dan berjalan ke arah lemari kecilnya untuk menyimpan box itu lagi.

                                                                        ***

            Taeyeon berjalan menuju sebuah toko buku di dekat apartmentnya, ia membeli beberapa buah buku dan berjalan pulang kembali. Di perjalanan taeyeon membaca sebuah novel yang ia beli tadi dan tanpa sengaja menabrak sesuatu yang keras didepannya “aigoo… lihat siapa ini” kata seorang namja yang ia tabrak “jyeseonghabnida…” kata taeyeon sambil membungkukan tubuhnya 90 “yeppeone… Agassi ireumi mwoya?” Tanya seorang namja paruh baya yang biasa dipanggil ahjeossi ini “ahjeossi.. nwayo jom” kata taeyeon berusaha melepaskan tangannya yang di cengkram erat oleh namja itu “wae? Shireoji? hahaha” kata ahjussi itu “jebal igeo nwayo! Wae geuraeseoyo?! Nwayo ahjeossi!” kata taeyeon sambil sedikit berteriak “sallyeojuseyo!! Sallyeojuseyo!” teriak taeyeon meminta bantuan pada orang-orang yang ada disana, sayangnya hari itu entah mengapa jalanan begitu sepi. “ahjeossi. nwayo” kata seseorang yang ada tepat di depan taeyeon “neo nuguya?” Tanya ahjussi itu dengan nada menantang “na? na geu yeoja namjachingu. Geuraesseo nwa” kata namja itu lagi “mwo? Hhh~ namjachingu? Jangnaniya?!” kata ahjussi itu sambil tertawa keras “jagiya… neo namjachingu isseo?” kata ahjussi itu sambil mengelus pipi taeyeon “oppa… dowajuseyo” kata taeyeon meringis “an-nwa?! Ya! Ahjussi andeullyeo?! Nwarago! Anhae? Geurae hajima (tak akan kau lepaskan? Hey! Ahjussi kau tak mendengar?! Lepaskan kataku! Tak mau? Baiklah jangan lakukan)” kata namja itu mendengan perkataan namja itu taeyeon sedikit terkejut dan merasa ketakutan “hajima. Jugeoshipeoramyeon (jangan. Jika kau ingin mati)” lanjut namja itu lalu mulai memukuli ahjeossi berbadan kekar dan bertato di lengannya itu. “oppa gwaenchanayo?” Tanya taeyeon setelah perkelahian itu selesai “gwaenchana” jawabnya lalu berjalan pergi menjauh “oppa” panggil taeyeon “oppa wae na hante geuraeseo haeyo?” Tanya taeyeon pelan “geunyang haegoshipeo” jawabnya lalu membalikan tubuhnya lagi “oppa na shireoji? Miweoji?” kata taeyeon lagi “eoh… miweo” jawab namja itu “miweomyeon, oppa geunyang nan miweohaeyo. Ireohjimayo. Nan saranghamyeon jigeum malhaeyo, animyeon pyeongsaeng malhajimayo. Geuraeseo nan oppa miweohaedo isseoyo (jika kau benci, oppa benci saja aku. Jangan seperti ini. Jika kau mencintaiku katakan, atau selamanya jangan katakan. Dengan begitu aku akan bisa membencimu juga)” kata taeyeon “iyuga eobseojiman. Nan geureohke haeyo geu miweohaneun geol. (walaupun tak ada alasannya. Aku akan melakukannya sesuatu yang dinamakan benci itu)” Lanjut taeyeon lalu berjalan membelakangi namja itu “yeon-a” panggilnya “mian. Nan neo hante jeoldae miweo hae. Nan geobaeg mothaesseo, geuresseo nan ireohke. Mian yeon-a (maaf. Aku tak akan pernah membencimu. Karena aku tak bisa mengungkapkannya, jadi aku seperti ni. Maafkan aku yeon-a)” kata namja itu. Waktu rasanya seperti sedang berhenti, sepertinya ia ingin mempermainkan waktu. Ia ingin menghentikan waktu, ia ingin mengulang waktu sehingga ia bisa menghapus kesalahannya pada yeoja ini. Changmin mengepalkan kedua tangannya. “oppa arayo?” kata taeyeon tiba-tiba “nan eolmana himdeulji arayo? Eolmana ureo, eolmana oppa saenggakhae. Na hante, igeo da ije amugeotdo anieyo. Sanggwan eobseoyo. Keunde, oppa ireohkeramnyeon, nan eotteokhae hae nan molla (kau tahu seberapa lelahnya aku? Seberapa banyak aku menangis, seberapa sering aku berfikir. Itu semua sekarang untukku bukan apa-apa. Tak masalah. Tapi, jika oppa seperti ini, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan)” lanjut taeyeon “lanjutkan saja apa yang oppa lakukan sekarang. Jangan hiraukan aku” kata taeyeon lalu berjalan pergi. Benar-benar pergi.
            Penyesalan yang ia rasakan, sepertinya tak akan bisa mengganti rasa sakit dan lelah yang dirasakan taeyeon selama ini, itulah yang ia rasakan. Changmin terduduk di sebuah cafĂ©  sambil meminum segelas Americano 3 shoot yang terasa sama sekali tak pahit di lidahnya sekarang. Ia terus terpikir untuk menghubungi yeoja itu, yeoja yang membuatnya merasa gila karena ia tak bisa melakukan apapun untuk yeoja itu. Tak bisa kembali tapi ia tak bisa melepaskannya. Ia punya waktu sampai hari ke 21 5 bulan lagi. Ia merasa waktu tak pernah cukup untuknya, dan kali ini ia sadar, ia terlalu banyak membuang waktunya. Jika di pikir-pikir selama 3 tahun ini ia tak bisa bahagia, tak tersenyum dan tak juga tertawa, tawa terakhirnya adalah 4 tahun yang lalu bersama taeyeon di pantai wahyeon di busan
            Sementara itu seorang yeoja sedang mengunci diri didalam kamar dan menangis tersendu-sendu karena ia merasakan sesak pada dadanya, bukan karena penyakit atau apapun, ia merasa sesuatu yang ia inginkan selama ini, telah ia buang begitu saja. Ia membuang kesempatan yang mungkin tak akan ia dapatkan kembali. Namja itu, changmin, tak pernah mengatakan apa alasan ia meninggalkannya 3 tahun yang lalu, ia hanya mengatakan bahwa ia tak bisa mencintai taeyeon, tapi bagaimana bisa itu terjadi, padahal mereka sudah berkencan sejak mereka sama-sama di sekolah menengah akhir. Apa itu juga hanya rasa yang palsu? Bagaimana bisa ia melakukan itu. Taeyeon terhanyut dalam keadaan yang membuatnya lebih merasa tertekan lagi, kali ini ia merindukan namja itu, bahkan belum lewat 5 jam semenjak mereka bertemu tadi, tapi entah mengapa rasanya ia sangat ingin melihat wajah namja itu. Entah mengapa saat itu taeyeon berfikir bahwa mungkin ia tak akan melihat changmin lagi, tak akan sanggup. Memikirkannya saja, sudah membuat air mata mengalir dengan sangat deras, bagaimana jika sesuatu seperti itu terjadi?

1 minggu kemudian

Changmin memasuki sebuah rumah sakit, dan tanpa sengaja berpapasan dengan seseorang berjas dokter berwarna putih dengan stethoscope menggantung di lehernya, rambut panjang terurainya membuat yeoja itu tampak semakin cantik. Name tag-nya tertuliskan ‘Im Yoona’. “changmin oppa?” katanya “kenapa oppa ada disini? Oppa menjenguk orang atau oppa sedang sakit?” tanyanya “aniya. Aku datang karena ingin menemuimu. Bisa kita bicara sebentar?” kata changmin “geureom” jawab yoona. Mereka masuk keruangan yoona dan mengobrol disana. “sebenarnya apa yang membat oppa ingin menemuiku?” kata yoona mengawali pembicaraan “aku ingin menanyakan sesuatu” kata changmin “seorang temanku mengalami gejala aneh di dalam tubuhnya. Ia ingin aku bertanya pada seorang dokter yang ku kenal. Dan aku mengenalmu jadi aku tanyakan ini padamu” jelas changmin “gejala seperti apa?” Tanya yoona “ia sering mengalami sakit kepala yang luar biasa, terkadang perutnya mual dan ia sulit sekali tidur. Ia tak mau makan karena apapun yang ia makan pasti akan ia muntahkan. Terkadang pandangannya terlihat tak jelas dan menjadi dua. Ia sering lupa menyimpan barang dan mulai melupakan nama-nama temannya. Tubuh yang terus berkeringat meskipun tak melakukan apapun, kaki yang selalu terasa lelah, detak jantung yang selalu terasa lebih cepat. Ia juga sering merasa lemas. Menurutmu itu jenis penyakit apa?” Tanya changmi dengan jelas “sebenarnya siapa yang sakit oppa?”  kata yoona dengan pandangan yang mencurigakan “oppa-ya?” katanya lagi, changmin tak menjawabnya “sejak kapan oppa merasakan itu? Oppa sudah periksakan ke dokter?” Tanya yoona yang terdengan sangat khawatir “nan aniranikka. Nae chingu-ya (sudah ku bilang bukan aku. Itu temanku)” jawab changmin gugup “kalau itu bukan oppa ayo kita periksa tubuhmu” kata yoona “semenjak 3 tahun lalu aku merasakan sakit kepala yang sangat mengerikan yoona-ya” kata changmin tiba-tiba “aku melakukan check ke dokter tapi, aku tak mau mempercayai semua perkataan dokter itu. Mereka bilang aku terkena penyakit alzheimer” lanjut changmin “mwo? Kenapa oppa tak pernah cerita kepadaku?! Oppa gila? Alzheimer harus di obati secepat mungkin kalau tidak, perlahan ia akan menghapus seluruh ingatanmu sampai akhir. Oppa bahkan akan lupa cara menggunakan ponsel dan membuka pintu! Oppa, sudah seberapa sakit itu sekarang? Kita lakukan rontgen sekarang oppa” kata yoona panic “ani yoon. Aku tak ingin melihatnya. Aku ingin melupakannya.” Jawab changmin “oppa” kata yoona yang matanya berkaca-kaca “kalau begitu aku ingin meng-check darahmu. Sepertinya, ada yang aneh dengan gejala-gejala yang oppa alami tadi. Kita ke lab sekarang oppa” kata yoona, lalu mereka pergi ke lab bersama untuk melihat apa lagi yang terjadi pada tubuh changmin.
            Hasil lab keluar 3 hari setelah pengecekannya, changmin kembali ke rumah sakit untuk menemui yoona dan mengambil hasil lab-nya, dan betapa terkejutnya ia ketika ia melihat yeoja itu menangis dalam ruangannya. “yoon” panggil changmin pelan “eoddeokhaji? Oppa… apa yang harus ku lakukan untuk bisa membantumu sekarang?” katanya “wae geurae?” kata changmin yang bingung “kenapa kau bisa menderita seperti ini oppa? Apa tak ada yang mengurusmu selama ini?” kata yoona “wae? ada apa dengan hasil lab ku?” Tanya changmin “seharusnya kau memberi tahu ku lebih awal. Sekarang aku bahkan tak bisa memikirkan sesuatu untuk membantumu” kata yoona, changmin mengambil kertas hasil lab-nya. Dengan sekejap wajahnya berubah menjadi pucat dan tangannya mulai bergetar. “yoona-ya… bagaimana jika aku tak bisa menatap matahari lagi besok? Apa yang harus ku lakukan” katanya, mereka berdua terdiam lalu yoona memandang changmin dalam “aku akan membantumu oppa. Apapun yang terjadi aku akan membantumu. Mulai sekarang jangan pernah berani menghabiskan waktumu dengan hal-hal yang tak berguna. Tolong lakukan apa yang ingin oppa lakukan” jelas yoona “kenapa kau mau membantuku yoon? Bukankah dulu aku pernah menyakitimu?” Tanya changmin “aku sudah pernah bilang pada oppa dulu. Aku akan menjadi temanmu bagaimanapun. Walaupun dulu kau pernah menolakku… tapi, yah rasa itu masih tersisa dan aku tak pernah membencimu oppa” jawab yoona “ayo buat memori terbaikmu dari sekarang oppa” lanjut yoona lalu memegang tangan changmin ringan.

                                                                        ***

            Taeyeon berdiam diri di ruang tv-nya, ia menatap layar tv-nya lekat-lekat sambil memeluk kakinya yang ia tekuk. Ia tersenyum tapi entah mengapa matanya terus berair, ia mengusap air yang jatuh dari matanya sambil terus menatap layar tv yang menampilkan video yang direkam 4 tahun lalu saat taeyeon dan changmin sedang menghabiskan liburan musim panas mereka di busan di pantai wahyeon yang sangat menyenangkan waktu itu, saat itu taeyeon tak pernah berfikir bahwa mereka akan menjadi seperti ini akhirnya. Saat itu adalah terakhir kali ia mendapat senyuman dan ciuman dari changmin, ia berharap waktu dapat kembali ke waktu itu saat ia tak merasa sedih dan air matanya mengalir karena ia bahagia. Sekarang bahkan untuk mengatakan bahwa ia merindukan namja itu saja terasa begitu sulit. Tak apa, pikirnya setidaknya ia bisa menyimpan persaannya untuk namja itu jauh di dalam hatinya.
            Changmin melajukan mobilnya kearah apartment seseorang. Ia memarkirkan mobilnya di basement dan menaiki lift untuk menuju apartment itu. Changmin menekan bell pada interphone pintu apartment itu, “nuguseyo?” kata seseorang didalam “oppa?” katanya sekali lagi “nuguseyo?” Tanya seseorang itu “mm.. yeon-a, na-ya” jawab changmin. Taeyeon membuka pintunya “museun il isseoyo?” Tanya taeyeon dengan tenang “ani, geunyang.” Jawab changmin “anja oppa” kata taeyeon menyuruh changmin duduk di sofanya. Mereka tak saling mengobrol karena entah mengapa suasana begitu canggung dan sulit untuk mengatakan sepatah katapun. “mianhae yeon-a” kata changmin tiba-tiba “eung?” kata taeyeon yang kaget mendengar suara changmin yang sangat bergetar “waeyo oppa?” Tanya taeyeon sambil menaruh segelas jus anggur di depan changmin “oneul buteo, nan neo saranghagoshipeo (mulai sekarang aku ingin mencintaimu)” kata changmin tiba-tiba “ne? waeyo gabjagi? Oppa eodi apa? (hah? Kenapa tiba-tiba? Oppa kau sakit?)” kata taeyeon yang kebingungan “jikyeojugoshipeosseo geurae. (karena aku ingin melindungimu)” jawab changmin “oppa” taeyeon bahkan tak dapat melanjutkan kata-katanya ia kehabisan kata, ia hanya dapat memandang namja dihadapannya dengan tatapan  bingung tanpa segaris senyum di bibirnya “oppa wae geuraeyo? Wae ireohke haeyo? Shireohaji anha, nan geunyang heundeullyeoyo (oppa mengapa kau seperti ini? Kenapa kau melakukan ini? Bukannya aku tak mau, aku hanya bingung)” kata taeyeon, changmin tersenyum kecil taeyeon membalasnya dengan senyuman juga.
            Keesokannya mereka memutuskan untuk berkencan di sebuah taman rekreasi, masih sama seperti mereka 4 tahun yang lalu mereka senang datang ke tempat rekreasi dan menaiki wahana yang ekstrem. Changmin membelikan bando yang berbentuk kuping kelinci dan taeyeon memilihkan bando dengan kuping gajah untuknya, mereka tertawa kembali, merasakan kembali bagaimana rasanya bahagia. Mereka berbagi gulali bersama, makan es krim bersama dan yang terakhir mereka pergi ke norae bang *karaoke*.
            “oppa noraehaejwoyo~” kata taeyeon sambil tersenyum lebar “shireo. Neo norae hae” kata changmin “ah~ geureom, uri wae norae bang wasseo, oppa norae shireomyeon” jawab taeyeon yang terdengar sedikit kecewa “arasseo. Na noraehalke!” kata changmin lalu memilih lagu yang akan ia nyanyikan lagu K.R.Y ‘Let’s Not’. Intro lagunya sudah membuat seisi ruangan karaoke itu menjadi benar-benar mellow, dengan suara changmin yang lembut dan penuh penghayatan membuat yeoja yang menatapnya sedari tadi merasa terhanyut dalam suasaana yang entah mengapa terasa begitu sedih dan berkesan seperti sebuah perpisahan untuknya, ia tak berharap kesenangan ini berakhir seperti 3 tahun lalu di hongdae street . setelah changmin selesai menyanyikan lagunya, giliran taeyeon yang bernyanyi ia ingin mencairkan suasana jadi ia bernyanyi lagu yang up beat dan membuatnya meloncat-loncat sambil membawa wig kribonya. Hari ini selesai… ya changmin mengantar taeyeon pulang ke apartmentnya dengan senyuman yang masih ada di bibirnya “gomawoyo oppa… aku sangat senang hari ini” kata taeyeon “mm.. nado. Aku juga sangat senang bisa bersamamu lagi… yeon-a terimakasih sudah mau kembali padaku” kata changmin “eoh… oppa na galke” kata taeyeon berpamitan untuk masuk ke apartmentnya, tiba-tiba “yeon-a..” panggil changmin taeyeon hanya membalikan badan, changmin berjalan pelan kearahnya, lalu mengecup lembut keningnya “jalja” katanya “eung? Ah oppa-do” jawab taeyeon lalu berjalan kedalam dengan senyuman yang tak mau menghilang dari pipinya

TBC.