Cast : Kim Taeyeon
Shim Changmin
If there is a time, if
there is a chance, will you comeback? If it can be true, I will do everything
to make that happened. Cause I never want to lose anything in my life, the more
you.
***
#taeyeonpov
Hari itu seseorang datang mengetuk
pintu rumah ku, “nuguseyo?” tanyaku pada seseorang didepan pintu rumahku “nugusinyagoyo?”
Tanya ku lagi karena tak ada jawaban “oppa, taeyeon-a” jawabnya “changmin-I
oppa?” tanyaku sambil membuka pintunya “o..oppa wae geurae? Eodi apeo?” kataku
karena melihat wajahnya yang pucat dan tubuhnya yang gemetar “oppa!! Oppa
ireonayo! Changmin oppa!!”
#end
***
Hari itu taeyeon menangkap changmin
yang terjatuh pada pelukannya, tapi entah kenapa ia malah menagis tak tersenyum
sedikitpun. Changmin tertidur di ranjang taeyeon tanpa bergerak sedikitpun
hanya perutnya yang bergerak naik turun karena ia masih bernafas. “sebenarnya
apa yang kau lakukan sampai kau bisa seperti ini oppa? Kenapa disaat seperti
ini kau selalu datang padaku dan membuatku sulit untuk melepaskanmu? Sebenarnya
apa yang ada di dirinya yang tak ada didiriku sehingga kau tak bisa menyukaiku
oppa?” kata taeyeon pada changmin yang masih terdiam “aku selalu bersamamu saat
kau sakit dan sendirian, sedangkan dia hanya ada bersamamu saat kau senang.
Oppa kau tahu? Betapa sakitnya menjadi diriku? Aku merasa begitu tersingkirkan
karena kau. Aku merasa begitu tersakiti sehingga aku tak bisa merasakan
bagaimana itu sakit hati lagi. Sekeras apapun tubuhku gemetar oppa takkan
membuatku tenang. Aku tahu. Jadi sebisa mungkin aku membuat diriku tenang.
Geurae, tidurlah oppa. Jangan pikirkan dia dan tenanglah bersamaku” kata taeyeon
dan berjalan menjauhi ranjangnya “taeyeon-a…” panggil changmin sambil memegang
pergelangan tangan taeyeon “sebenarnya apa yang membuatmu begitu menyukaiku?”
tanyanya “sebenarnya hal apa yang ada pada diriku sehingga kau bisa begitu
mencintaiku?” katanya lagi, taeyeon hanya bisa terdiam “sebenarnya apa yang ada
di dalam dirimu sehingga kau selalu bisa menerimaku yang begitu sering
menyakitimu?” tanyanya lagi “oppa… bisakah lepaskan tanganku? Aku ingin
membawakanmu air karena kau sudah bangun” kata taeyeon “geurae, daedabhae
eobseodo gwaenchana. Daedab hajima (ya, tak ada jawabanpun taka pa-apa. Jangan
kau jawab)” kata changmin. Taeyeon membawakan secangkir air lemon hangat
kekamar lalu memberikannya pada changmin “neo gwaenchana?” Tanya changmin
“mwogayo?” Tanya
taeyeon sambil terus melipat lipat selembar kertas kecil “na ddaemunhae, taeyeon..
neo neomu apahaejanha. (karena ku, taeyeon… bukankah kau sangat kesakitan.)”
kata changmin “oppa… na amugotdo sanggwan eobseonikkayo. Oppa, eoddeokhae na
apaseodo, na amugotdo sanggwan eobseoyo. Geunikka oppa geogjeonghajima,
geunyang gyesok haeyo. nan gwaenchananikka (oppa… sudah kubilang itu tak
masalah. Oppa bagaimanapun aku kesakitan, bagiku tak ada masalah. Jadi, oppa
jangan khawatir, lanjutkan saja apa yang sedang kau lakukan sekarang. Karena
aku akan baik-baik saja)” jawab taeyeon “oppa swiyo. Jaljayo oppa” lanjutnya
“aku tak akan istirahat ataupun tidur. Tidur akan membuatku bermimpi, dan jika
mimpi itu indah saat aku bangun, aku akan merasa sedih karena keindahan itu,
hanya ada dalam mimpiku.” Jawab changmin “taeyeon-a. Kau tahu apa yang ingin ku
wujudkan saat ini?” Tanya changmin “aku ingin membuatmu bahagia. Aku ingin
bersamamu saat kau lelah dan sedih. Aku ingin ada disampingmu saat kau ingin
aku bersamamu. Tapi aku tak bisa” kata changmin.
Keesokan paginya, disaat semua orang
belum bangun, taeyeon sudah berada di dapur dan membuat sarapan untuk changmin
yang masih terbaring dikamarnya. “taeyeon-a. aku akan pulang. Tak usah repot
repot memasakan sarapan untukku. Terimakasih karena mau merawatku tadi malam”
kata changmin “keunde oppa, buburnya sudah hampir matang” jawab taeyeon “buang
saja. Aku tak sarapan. Aku pulang dulu” kata changmin. Yeoja itu hanya bisa
terdiam, melihat punggung yang terus menjauh pergi darinya, melihat sesuatu
yang bahkan ia tak bisa bayangkan akan seperti ini jadinya. Taeyeon memakan
bubur itu sendiri, di meja makannya.
***
Changmin pergi dengan kaki yang
masih gemetar, ini selalu terjadi beberapa bulan ini. Tubuh yang terus
berkeringat meskipun tak melakukan apapun, kaki yang selalu terasa lelah, detak
jantung yang selalu terasa lebih cepat dan kepala yang sangat sangat terasa
pusing dan sakit yang menerpa. Ia terduduk di bak tanaman di pinggir jalan
karena ia merasa kakinya tak terlalu kuat untuk menyanggah tubuhnya.
“gwaenchanseubnikka?” Tanya seorang petugas jalan “ye? ne.. gwaenchanayo” jawab
changmin lalu kembali berdiri dan melangkahkan kakinya menuju mobilnya yang
terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Ia hendak menyalakan mesin
mobilnya saat seseorang mengetuk jendela mobilnya, ia menengok ke arah jendela
itu “oppa” panggil seseorang di luar changmin hanya menurunkan jendelanya “kau
meninggalkan scarf-mu” kata taeyeon yang langsung memberikan scarf itu pada
changmin “joshimhi gaseyo oppa” kata taeyeon lalu berjalan menjauh dari mobil
itu “yeon-a…” panggil changmin pelan, tapi masih bisa di dengar taeyeon
“bisakah kau mengantarku pulang?” kata changmin dengan tubuh yang lemas “oppa
wae geuraeyo?” Tanya taeyeon dengn nada panic “ani, geunyang dowa jom (tidak,
hanya tolong bantu aku)” jawab changmin “ne, oppa” jawab taeyeon lalu membuka
pintu bagian kiri mobil itu dan membantu changmin untuk pindah ke kursi sebelah
kanan.
Ia menarik nafas berat lalu
menghembuskannya di sertai tatapan mata yang terlihat sangat khawatir “bojima
(jangan lihat)” kata changmin masih sambil menutup matanya “wae oppa?” Tanya
taeyeon sambil menyalakan mesin mobil “mwoga?” kata changmin “kenapa oppa tak
mau memberitahu, sebenarnya apa yang terjadi pada oppa. Setelah hari itu, kau
berubah menjadi orang yang sangat dingin…. dan kejam” kata taeyeon masih sambil
menyetir mobil itu “molla nado” jawab changmin. Lalu suasana di mobil itu
menjadi hening, sangat hening. Tak berapa lama mobil itu sampai di tempat
tujuannya “wasseoyo oppa” kata taeyeon sambil membuka pintu mobilnya “oppa. Uri
wasseoyo” katanya sekali lagi “oppa… oppa? Gwaenchanayo?” kata taeyeon sambil
membuka pintu mobil di sebelah changmin “anida. Pyeongwon kaja (tidak bisa,
kita pergi ke rumah sakit)” kata taeyeon “hajima. Na gwaenchana” kata changmin
tiba-tiba sambil memegang tangan taeyeon. Setelah hari itu berakhir tanda Tanya
di kepala taeyeon semakin besar, sebenarnya ada apa dengan changmin yang dulu
sangat hangat dan menyenangkan hingga ia berubah menjadi seperti ini? Taeyeon
membuka album fotonya, memandangi foto-fotonya bersama seorang namja yang
sangat dekat dengannya, tapi entah mengapa air matanya mengalir begitu saja
saat ia melihat satu foto yang lalu ia usap-usap dengan tangannya.
#flashback
3
tahun yang lalu
#taeyeonpov
Hari ini aku seperti orang gila yang
terus tersenyum, tersenyum bahkan tak ada yang bisa membuatku tersenyum.
Menggoyangkan kakiku, menatap kearah langit yang hari ini berwarna sangat indah
dan cerah. Hari ini di taman aku akan bertemu dengan seseorang yang sangat ku
sukai, jadi aku berpakaian dengan sangat cantik dan mengurai rambut panjangku
yang biasanya ku biarkan terikat satu. Satu jam aku menunggu orang itu, tapi ia
tak juga datang, aku memakan bekal buahku sambil terus menunggunya tapi ia
bahkan tak juga menunjukan bayangannya padaku, akhirnya setelah satu setengah
jam aku menunggunya, ia datang juga, anehnya namja ini tak berlari padaku
seperti biasa, ia berjalan dengan pelan sambil membawa tas punggung yang
terlihat sangat berat “eoremani gidaryeo? (berapa lama kau menunggu?)” tanyanya
“eung? Anieyo. Angidarindeyo. Nado jigeum wasseoyo oppa hehe (eung? Tidak. Aku
tak menunggumu. Aku juga baru saja datang oppa hehe)” jawabku dengan gugup
karena aku berbohong “geurae? Kaja geureom” katanya sambil menyuruhku turun
dari perosotan yang ku naiki. Kami pergi ke hongdae, kalian tahu hongdae kan?
Jalanan yang sangat banyak di datangi oleh para pasangan yang sedang berkencan,
disana banyak terdapat toko-toko yang bisa kita datangi dan kita bisa membeli
apapun disana. “oppa, kenapa kita datang kesini?” tanyaku dengan ceria “mm… kau
kan sangat ingin datang kesini denganku” jawabnya “hehe… geureohkeyo?” kataku
pelan karena malu. Kami membeli makanan dan minuman, aku meminta oppa
membelikanku beberapa accessories dan oppa membelikannya untuku, aku sangat
senang waktu itu, tapi entah kenapa ada sesuatu yang aneh dari pandangan oppa
padaku aku bertanya padanya beberapa kali tapi ia selalu menjawab bahwa tak ada
apapun yang terjadi padanya. Kami duduk di samping sebuah band acoustic yang
sedang melantunkan lagunya dengan indah “yeon-a… sajin haebogoshipo? (yeon-a..
kau ingin berfoto?)” Tanya oppa tiba-tiba padaku “sajin haebolkka? Geurae haeyo
oppa (haruskah kita berfoto? Baiklah lakukan oppa)” jawabku, lalu oppa meminta
tolong pada seseorang yang melewat untuk mengambil foto kami, oppa melingkarkan
tangannya merangkul bahuku, saat itu aku sedikit terkejut karena ia tak
biasanya mengambil foto seperti ini, aku hanya menggungakan ‘v’ pose-ku seperti
biasa lalu tersenyum. Perform music itu selesai, kami bertepuk tangan bersama
lalu kembali berjalan tanpa terasa hari sudah cukup gelap “uuhh chuweo (uuhh
dingin)” kataku, ini aneh biasanya jika aku berkata seperti itu, oppa akan langsung
mengambil tanganku dan memasukannya ke saku disamping coat-nya tapi kali ini ia
bahkan tak memandangku, aku melingkarkan tanganku di lengannya, tapi terlihat
sekali oppa berusaha melepaskan tanganku, akhirnya aku melepaskan tanganku dan
berjalan sedikit menjauh darinya, aku ingin ia merasa nyaman. Tapi akhirnya
kami sampai di taman lagi, oppa menatapku sebentar, tapi dalam tatapannya yang
sebentar itu, aku bisa merasakan betapa beratnya ia menatapku, begitu dalam dan
entah mengapa aku merasa aku akan menangis, oppa memegang tanganku “uri…
yeogisseo kkeut (kita sudahi sampai disini)” katanya pelan “bangeum, mworaeyo?
(apa yang kau katakan tadi?)” kata ku “uri haeyeojija (kita putus saja)”
katanya kali ini dengan suara yang lebih lantang “oppa, jangnaniji?
Anjinshimiji? (oppa kau bercandakan? Kau tak seriuskan?)” kataku dengan mata
yang sudah berair “ani, jinshimiya (tidak, aku serius)” jawabnya, aku hanya
bisa tersenyum getir aku kembali menatap langit yang terlihat penuh bintang,
tapi saat itu aku melihatnya karena aku ingin menahan air mataku “nan… uri
ireohke kkeut shireoyo. Nan… mothageseoyo oppa (aku tak mau kita berakhir
seperti ini. Aku tak bisa oppa)” kata ku sambil terus menahan air mata “uri
saranghajanha. Wae oppa? (bukankah kita saling mencintai. Kenapa oppa?)”
lanjutku “nan… mothae. Geu sarang (aku tak bisa. Cinta itu)” jawabnya. Aku
melangkah mundur selangkah lalu menatapnya lekat “oppa momi anjohji? Eodi
apayo? (oppa badanmu tak enak kan? Kau sakit?)” tanyaku sambil terus
memandangnya sampai aku tak sanggup lagi menahan air mata yang meluap keluar
dari mataku “ah! Wae nunmul nawa (ah! Kenapa air mata ini keluar!)” kataku pada
diri sendiri sambil menghapus air mata yang terus menerus keluar. Keadaan
menjadi hening lagi “uri haengbokhaejanha. Dashi saenggakhaebwayo oppa
(bukankah kita bahagia, fikirkan sekali lagi oppa)” kataku pelan “nan
motharago. Neo andeulinya?! (ku bilang aku tak bisa. Kau tak bisa
mendengarnya?!)” kata oppa sedikit keras, nadanya seperti ia sudah menahan
amarahnya untuk waktu yang lama, aku sedikit terkejut karena baru kali ini oppa
membentakku ia bahkan menatap mataku dengan begitu dalam. Aku terdiam sebentar
berusaha menahan air mata yang terus mengalir “uri chueogdeul, na eotteokhae
haeyo? (apa yang harus aku lakukan dengan ingatan kita?)” kata ku sambil
menatap tangannya yang sedari tadi mengepal “geunyang beoryeo (buang saja)”
katanya dingin “beoryeotagoyo? (membuangnya katamu?)” kataku dengan suara yang
gemetar “museun sanggwaniya? Geunyang beoryeo, geureohke himdeulnya? (apa
masalahnya? Buang saja, sebegitu sulitkah?)” kata oppa masih dengan suaranya
yang keras “himdeulmyeon. Neo jaba. Igeodo (jika itu sulit. Peganglah. Ini
juga)” lanjutnya sambil menyerahkan foto kami yang baru saja kami ambil tadi
lalu pergi meninggalkanku yang membeku sambil memegang selembar foto yang baru saja ia berikan.
#taeyeonpov
end
#flashback
end
Taeyeon mengusap matanya yang
berair, ia menutup album foto itu dengan keras. Ia memegang sesuatu dibalik
bajunya lalu menariknya paksa, sebuah cincin berwarna silver bertahtakan
berlian kecil di tengahnya dan terukirkan huruf C love T dibaliknya, ia melepas
cincin itu dari sebuah kalung yang melinkarkan itu di lehernya, ia menyimpan
cincin itu di dalam laci. Lalu membaringkan tubuhnya di ranjangnya.
Changmin
terduduk di meja kerjanya sambil membuka sebuah box berukuran sedang berwarna
cokelat yang di dalamnya terdapat boneka teddy bear kecil, sepasang
cincin,bunga mawar ungu yang kelopaknya sudah lepas dan selembar surat yang
sudah kusam, ia membuka surat itu dan membacanya dengan hati-hati “to :
changmin oppa
from
: yeon
kau
tahu oppa, kita pernah bahagia. Bahagia sampai rasanya hatiku akan meledak dan
otakku diisi oleh kupu-kupu yang berterbangan. Saat yang bahagia itu, ku tahu
tak akan pernah terjadi lagi. Karena kau sudah berubah sekarang. Suatu hari
nanti mungkin aku akan menangis saat mengingatmu, tapi entahlah sekarang pun
saat ku tulis surat ini, air mata terus berlinang di pipiku. Betapa sakitnya
aku harus melepaskanmu, ah bukan… kau yang melepaskanku. Tapi oppa kau tahu,
seberapa banyakpun aku menangis, rasa sakit itu tak menghilang. Ia malah
semakin dalam dan dalam. Ku pikir aku harus pergi, entah kemana dan sampai
kapan. Karena saat aku berada dekat denganmu, tubuhku terasa lumpuh dan aku
bahkan akan merasa sulit bernafas. Maafkan aku oppa. Mungkin kau melepaskanku
karena aku melakukan sesuatu yang kau tak suka, atau bahkan kau telah menjadi
orang paling sengsara saat berkencan denganku, mungkin kau tak pernah
mencintaiku dan hanya memaksakan diri supaya aku tak merasa tersakiti. Kau
orang yang baik oppa. Karena itu aku menyayangimu. Mungkin ini adalah cara yang
terbaik untuk membuatmu tenang dan bahagia. Oppa jangan khawatir, aku tak akan
menangis lagi. yagseog! Annyeong oppa! jalgayo” changmin menggelengkan
kepalanya saat ia membaca kalimat-kalimat terakhir dari surat itu, ia mengambil
ponselnya lalu mencari nomor ponsel taeyeon ia berniat menelpon yeoja itu hanya
saja saat ia mengingat apa yang ia lakukan tadi pagi ia urung melakukannya, ia
merasa harus berhenti menjaga yeoja itu dari jauh, ia tak ingin saat ia pergi
nanti yeoja itu akan menangis untuknya, ia tak mau saat ia sudah tak bisa
menjaga yeoja itu lagi dia akan menjadi yeoja paling sengsara yang pernah ada.
Jadi changmin mematikan ponselnya dan berjalan ke arah lemari kecilnya untuk
menyimpan box itu lagi.
***
Taeyeon berjalan menuju sebuah toko
buku di dekat apartmentnya, ia membeli beberapa buah buku dan berjalan pulang
kembali. Di perjalanan taeyeon membaca sebuah novel yang ia beli tadi dan tanpa
sengaja menabrak sesuatu yang keras didepannya “aigoo… lihat siapa ini” kata
seorang namja yang ia tabrak “jyeseonghabnida…” kata taeyeon sambil
membungkukan tubuhnya 90⁰ “yeppeone… Agassi ireumi
mwoya?” Tanya seorang namja paruh baya yang biasa dipanggil ahjeossi ini “ahjeossi..
nwayo jom” kata taeyeon berusaha melepaskan tangannya yang di cengkram erat
oleh namja itu “wae? Shireoji? hahaha” kata ahjussi itu “jebal igeo nwayo! Wae
geuraeseoyo?! Nwayo ahjeossi!” kata taeyeon sambil sedikit berteriak
“sallyeojuseyo!! Sallyeojuseyo!” teriak taeyeon meminta bantuan pada
orang-orang yang ada disana, sayangnya hari itu entah mengapa jalanan begitu
sepi. “ahjeossi. nwayo” kata seseorang yang ada tepat di depan taeyeon “neo nuguya?”
Tanya ahjussi itu dengan nada menantang “na? na geu yeoja namjachingu.
Geuraesseo nwa” kata namja itu lagi “mwo? Hhh~ namjachingu? Jangnaniya?!” kata
ahjussi itu sambil tertawa keras “jagiya… neo namjachingu isseo?” kata ahjussi
itu sambil mengelus pipi taeyeon “oppa… dowajuseyo” kata taeyeon meringis “an-nwa?!
Ya! Ahjussi andeullyeo?! Nwarago! Anhae? Geurae hajima (tak akan kau lepaskan?
Hey! Ahjussi kau tak mendengar?! Lepaskan kataku! Tak mau? Baiklah jangan
lakukan)” kata namja itu mendengan perkataan namja itu taeyeon sedikit terkejut
dan merasa ketakutan “hajima. Jugeoshipeoramyeon (jangan. Jika kau ingin mati)”
lanjut namja itu lalu mulai memukuli ahjeossi berbadan kekar dan bertato di
lengannya itu. “oppa gwaenchanayo?” Tanya taeyeon setelah perkelahian itu
selesai “gwaenchana” jawabnya lalu berjalan pergi menjauh “oppa” panggil
taeyeon “oppa wae na hante geuraeseo haeyo?” Tanya taeyeon pelan “geunyang haegoshipeo”
jawabnya lalu membalikan tubuhnya lagi “oppa na shireoji? Miweoji?” kata taeyeon
lagi “eoh… miweo” jawab namja itu “miweomyeon, oppa geunyang nan miweohaeyo.
Ireohjimayo. Nan saranghamyeon jigeum malhaeyo, animyeon pyeongsaeng
malhajimayo. Geuraeseo nan oppa miweohaedo isseoyo (jika kau benci, oppa benci
saja aku. Jangan seperti ini. Jika kau mencintaiku katakan, atau selamanya
jangan katakan. Dengan begitu aku akan bisa membencimu juga)” kata taeyeon
“iyuga eobseojiman. Nan geureohke haeyo geu miweohaneun geol. (walaupun tak ada
alasannya. Aku akan melakukannya sesuatu yang dinamakan benci itu)” Lanjut
taeyeon lalu berjalan membelakangi namja itu “yeon-a” panggilnya “mian. Nan neo
hante jeoldae miweo hae. Nan geobaeg mothaesseo, geuresseo nan ireohke. Mian
yeon-a (maaf. Aku tak akan pernah membencimu. Karena aku tak bisa mengungkapkannya,
jadi aku seperti ni. Maafkan aku yeon-a)” kata namja itu. Waktu rasanya seperti
sedang berhenti, sepertinya ia ingin mempermainkan waktu. Ia ingin menghentikan
waktu, ia ingin mengulang waktu sehingga ia bisa menghapus kesalahannya pada
yeoja ini. Changmin mengepalkan kedua tangannya. “oppa arayo?” kata taeyeon
tiba-tiba “nan eolmana himdeulji arayo? Eolmana ureo, eolmana oppa saenggakhae.
Na hante, igeo da ije amugeotdo anieyo. Sanggwan eobseoyo. Keunde, oppa
ireohkeramnyeon, nan eotteokhae hae nan molla (kau tahu seberapa lelahnya aku?
Seberapa banyak aku menangis, seberapa sering aku berfikir. Itu semua sekarang
untukku bukan apa-apa. Tak masalah. Tapi, jika oppa seperti ini, aku tak tahu
apa yang harus aku lakukan)” lanjut taeyeon “lanjutkan saja apa yang oppa
lakukan sekarang. Jangan hiraukan aku” kata taeyeon lalu berjalan pergi.
Benar-benar pergi.
Penyesalan yang ia rasakan,
sepertinya tak akan bisa mengganti rasa sakit dan lelah yang dirasakan taeyeon
selama ini, itulah yang ia rasakan. Changmin terduduk di sebuah café sambil meminum segelas Americano 3 shoot yang
terasa sama sekali tak pahit di lidahnya sekarang. Ia terus terpikir untuk
menghubungi yeoja itu, yeoja yang membuatnya merasa gila karena ia tak bisa
melakukan apapun untuk yeoja itu. Tak bisa kembali tapi ia tak bisa
melepaskannya. Ia punya waktu sampai hari ke 21 5 bulan lagi. Ia merasa waktu
tak pernah cukup untuknya, dan kali ini ia sadar, ia terlalu banyak membuang
waktunya. Jika di pikir-pikir selama 3 tahun ini ia tak bisa bahagia, tak
tersenyum dan tak juga tertawa, tawa terakhirnya adalah 4 tahun yang lalu
bersama taeyeon di pantai wahyeon di busan
Sementara itu seorang yeoja sedang
mengunci diri didalam kamar dan menangis tersendu-sendu karena ia merasakan
sesak pada dadanya, bukan karena penyakit atau apapun, ia merasa sesuatu yang
ia inginkan selama ini, telah ia buang begitu saja. Ia membuang kesempatan yang
mungkin tak akan ia dapatkan kembali. Namja itu, changmin, tak pernah
mengatakan apa alasan ia meninggalkannya 3 tahun yang lalu, ia hanya mengatakan
bahwa ia tak bisa mencintai taeyeon, tapi bagaimana bisa itu terjadi, padahal
mereka sudah berkencan sejak mereka sama-sama di sekolah menengah akhir. Apa
itu juga hanya rasa yang palsu? Bagaimana bisa ia melakukan itu. Taeyeon
terhanyut dalam keadaan yang membuatnya lebih merasa tertekan lagi, kali ini ia
merindukan namja itu, bahkan belum lewat 5 jam semenjak mereka bertemu tadi,
tapi entah mengapa rasanya ia sangat ingin melihat wajah namja itu. Entah mengapa
saat itu taeyeon berfikir bahwa mungkin ia tak akan melihat changmin lagi, tak
akan sanggup. Memikirkannya saja, sudah membuat air mata mengalir dengan sangat
deras, bagaimana jika sesuatu seperti itu terjadi?
1
minggu kemudian
Changmin
memasuki sebuah rumah sakit, dan tanpa sengaja berpapasan dengan seseorang
berjas dokter berwarna putih dengan stethoscope menggantung di lehernya, rambut
panjang terurainya membuat yeoja itu tampak semakin cantik. Name tag-nya
tertuliskan ‘Im Yoona’. “changmin oppa?” katanya “kenapa oppa ada disini? Oppa
menjenguk orang atau oppa sedang sakit?” tanyanya “aniya. Aku datang karena
ingin menemuimu. Bisa kita bicara sebentar?” kata changmin “geureom” jawab
yoona. Mereka masuk keruangan yoona dan mengobrol disana. “sebenarnya apa yang
membat oppa ingin menemuiku?” kata yoona mengawali pembicaraan “aku ingin
menanyakan sesuatu” kata changmin “seorang temanku mengalami gejala aneh di
dalam tubuhnya. Ia ingin aku bertanya pada seorang dokter yang ku kenal. Dan aku
mengenalmu jadi aku tanyakan ini padamu” jelas changmin “gejala seperti apa?”
Tanya yoona “ia sering mengalami sakit kepala yang luar biasa, terkadang
perutnya mual dan ia sulit sekali tidur. Ia tak mau makan karena apapun yang
ia makan pasti akan ia muntahkan. Terkadang pandangannya terlihat tak jelas dan
menjadi dua. Ia sering lupa menyimpan barang dan mulai melupakan nama-nama
temannya. Tubuh yang terus berkeringat meskipun tak melakukan apapun, kaki yang
selalu terasa lelah, detak jantung yang selalu terasa lebih cepat. Ia juga
sering merasa lemas. Menurutmu itu jenis penyakit apa?” Tanya changmi dengan
jelas “sebenarnya siapa yang sakit oppa?”
kata yoona dengan pandangan yang mencurigakan “oppa-ya?” katanya lagi,
changmin tak menjawabnya “sejak kapan oppa merasakan itu? Oppa sudah periksakan
ke dokter?” Tanya yoona yang terdengan sangat khawatir “nan aniranikka. Nae
chingu-ya (sudah ku bilang bukan aku. Itu temanku)” jawab changmin gugup “kalau
itu bukan oppa ayo kita periksa tubuhmu” kata yoona “semenjak 3 tahun lalu aku
merasakan sakit kepala yang sangat mengerikan yoona-ya” kata changmin tiba-tiba
“aku melakukan check ke dokter tapi, aku tak mau mempercayai semua perkataan
dokter itu. Mereka bilang aku terkena penyakit alzheimer” lanjut changmin “mwo?
Kenapa oppa tak pernah cerita kepadaku?! Oppa gila? Alzheimer harus di obati
secepat mungkin kalau tidak, perlahan ia akan menghapus seluruh ingatanmu
sampai akhir. Oppa bahkan akan lupa cara menggunakan ponsel dan membuka
pintu! Oppa, sudah seberapa sakit itu sekarang? Kita lakukan rontgen sekarang
oppa” kata yoona panic “ani yoon. Aku tak ingin melihatnya. Aku ingin
melupakannya.” Jawab changmin “oppa” kata yoona yang matanya berkaca-kaca
“kalau begitu aku ingin meng-check darahmu. Sepertinya, ada yang aneh dengan
gejala-gejala yang oppa alami tadi. Kita ke lab sekarang oppa” kata yoona, lalu
mereka pergi ke lab bersama untuk melihat apa lagi yang terjadi pada tubuh
changmin.
Hasil lab keluar 3 hari setelah
pengecekannya, changmin kembali ke rumah sakit untuk menemui yoona dan
mengambil hasil lab-nya, dan betapa terkejutnya ia ketika ia melihat yeoja itu
menangis dalam ruangannya. “yoon” panggil changmin pelan “eoddeokhaji? Oppa…
apa yang harus ku lakukan untuk bisa membantumu sekarang?” katanya “wae
geurae?” kata changmin yang bingung “kenapa kau bisa menderita seperti ini
oppa? Apa tak ada yang mengurusmu selama ini?” kata yoona “wae? ada apa dengan
hasil lab ku?” Tanya changmin “seharusnya kau memberi tahu ku lebih awal.
Sekarang aku bahkan tak bisa memikirkan sesuatu untuk membantumu” kata yoona,
changmin mengambil kertas hasil lab-nya. Dengan sekejap wajahnya berubah
menjadi pucat dan tangannya mulai bergetar. “yoona-ya… bagaimana jika aku tak
bisa menatap matahari lagi besok? Apa yang harus ku lakukan” katanya, mereka
berdua terdiam lalu yoona memandang changmin dalam “aku akan membantumu oppa.
Apapun yang terjadi aku akan membantumu. Mulai sekarang jangan pernah berani
menghabiskan waktumu dengan hal-hal yang tak berguna. Tolong lakukan apa yang
ingin oppa lakukan” jelas yoona “kenapa kau mau membantuku yoon? Bukankah dulu
aku pernah menyakitimu?” Tanya changmin “aku sudah pernah bilang pada oppa
dulu. Aku akan menjadi temanmu bagaimanapun. Walaupun dulu kau pernah
menolakku… tapi, yah rasa itu masih tersisa dan aku tak pernah membencimu oppa”
jawab yoona “ayo buat memori terbaikmu dari sekarang oppa” lanjut yoona lalu
memegang tangan changmin ringan.
***
Taeyeon berdiam diri di ruang
tv-nya, ia menatap layar tv-nya lekat-lekat sambil memeluk kakinya yang ia
tekuk. Ia tersenyum tapi entah mengapa matanya terus berair, ia mengusap air
yang jatuh dari matanya sambil terus menatap layar tv yang menampilkan video
yang direkam 4 tahun lalu saat taeyeon dan changmin sedang menghabiskan liburan
musim panas mereka di busan di pantai wahyeon yang sangat menyenangkan waktu
itu, saat itu taeyeon tak pernah berfikir bahwa mereka akan menjadi seperti ini
akhirnya. Saat itu adalah terakhir kali ia mendapat senyuman dan ciuman dari
changmin, ia berharap waktu dapat kembali ke waktu itu saat ia tak merasa sedih
dan air matanya mengalir karena ia bahagia. Sekarang bahkan untuk mengatakan
bahwa ia merindukan namja itu saja terasa begitu sulit. Tak apa, pikirnya
setidaknya ia bisa menyimpan persaannya untuk namja itu jauh di dalam hatinya.
Changmin melajukan mobilnya kearah
apartment seseorang. Ia memarkirkan mobilnya di basement dan menaiki lift untuk
menuju apartment itu. Changmin menekan bell pada interphone pintu apartment
itu, “nuguseyo?” kata seseorang didalam “oppa?” katanya sekali lagi “nuguseyo?”
Tanya seseorang itu “mm.. yeon-a, na-ya” jawab changmin. Taeyeon membuka
pintunya “museun il isseoyo?” Tanya taeyeon dengan tenang “ani, geunyang.”
Jawab changmin “anja oppa” kata taeyeon menyuruh changmin duduk di sofanya. Mereka
tak saling mengobrol karena entah mengapa suasana begitu canggung dan sulit
untuk mengatakan sepatah katapun. “mianhae yeon-a” kata changmin tiba-tiba
“eung?” kata taeyeon yang kaget mendengar suara changmin yang sangat bergetar
“waeyo oppa?” Tanya taeyeon sambil menaruh segelas jus anggur di depan changmin
“oneul buteo, nan neo saranghagoshipeo (mulai sekarang aku ingin mencintaimu)”
kata changmin tiba-tiba “ne? waeyo gabjagi? Oppa eodi apa? (hah? Kenapa
tiba-tiba? Oppa kau sakit?)” kata taeyeon yang kebingungan
“jikyeojugoshipeosseo geurae. (karena aku ingin melindungimu)” jawab changmin
“oppa” taeyeon bahkan tak dapat melanjutkan kata-katanya ia kehabisan kata, ia
hanya dapat memandang namja dihadapannya dengan tatapan bingung tanpa segaris senyum di bibirnya
“oppa wae geuraeyo? Wae ireohke haeyo? Shireohaji anha, nan geunyang
heundeullyeoyo (oppa mengapa kau seperti ini? Kenapa kau melakukan ini?
Bukannya aku tak mau, aku hanya bingung)” kata taeyeon, changmin tersenyum
kecil taeyeon membalasnya dengan senyuman juga.
Keesokannya mereka memutuskan untuk
berkencan di sebuah taman rekreasi, masih sama seperti mereka 4 tahun yang lalu
mereka senang datang ke tempat rekreasi dan menaiki wahana yang ekstrem.
Changmin membelikan bando yang berbentuk kuping kelinci dan taeyeon memilihkan
bando dengan kuping gajah untuknya, mereka tertawa kembali, merasakan kembali
bagaimana rasanya bahagia. Mereka berbagi gulali bersama, makan es krim bersama
dan yang terakhir mereka pergi ke norae bang *karaoke*.
“oppa noraehaejwoyo~” kata taeyeon
sambil tersenyum lebar “shireo. Neo norae hae” kata changmin “ah~ geureom, uri
wae norae bang wasseo, oppa norae shireomyeon” jawab taeyeon yang terdengar
sedikit kecewa “arasseo. Na noraehalke!” kata changmin lalu memilih lagu yang
akan ia nyanyikan lagu K.R.Y ‘Let’s Not’. Intro lagunya sudah membuat seisi
ruangan karaoke itu menjadi benar-benar mellow, dengan suara changmin yang
lembut dan penuh penghayatan membuat yeoja yang menatapnya sedari tadi merasa
terhanyut dalam suasaana yang entah mengapa terasa begitu sedih dan berkesan
seperti sebuah perpisahan untuknya, ia tak berharap kesenangan ini berakhir
seperti 3 tahun lalu di hongdae street . setelah changmin selesai menyanyikan
lagunya, giliran taeyeon yang bernyanyi ia ingin mencairkan suasana jadi ia
bernyanyi lagu yang up beat dan membuatnya meloncat-loncat sambil membawa wig
kribonya. Hari ini selesai… ya changmin mengantar taeyeon pulang ke
apartmentnya dengan senyuman yang masih ada di bibirnya “gomawoyo oppa… aku sangat
senang hari ini” kata taeyeon “mm.. nado. Aku juga sangat senang bisa bersamamu
lagi… yeon-a terimakasih sudah mau kembali padaku” kata changmin “eoh… oppa na
galke” kata taeyeon berpamitan untuk masuk ke apartmentnya, tiba-tiba
“yeon-a..” panggil changmin taeyeon hanya membalikan badan, changmin berjalan
pelan kearahnya, lalu mengecup lembut keningnya “jalja” katanya “eung? Ah
oppa-do” jawab taeyeon lalu berjalan kedalam dengan senyuman yang tak mau
menghilang dari pipinya
TBC.