sebenernya sih ni ff tuh, tugas bahasa indonesia ku. tapi berhubung ada yang ingin baca dan juga minta di jadiin ff yaa... baiklah aku jadiin ff. ff ini aku dedikasikan khusus untuk eonni-ku tersayang hihi... cast-nya Eunji sama Hoya. happy reading readers ^^
Unforgottable Love
Cast : Jung Eunji a.k.a Han Sora
Hoya a.k.a Yoon Kangmin
Malam itu, angin berhembus kencang. Seorang wanita menarik kedua
belah coat yang dipakainya. Hongdae,
Seoul, Korea Selatan. Jam ditangannya menunjukan tepat pukul 21.00 KST. Wanita
itu memasuki sebuah café dan duduk di dekat jendela yang memandang ke arah
jalan. Han Sora, wanita itu menatap nanar ke jalan yang penuh dengan orang yang
bergantian memijaknya. “Nona apa kau sedang menunggu seseorang?”
Tanya seorang pelayan “ah, tidak. Tolong bawakan aku satu caramel mocchiato.”
Jawab Sora. Ia kembali menatap jalanan
yang penuh sesak itu.
“aku merindukannya. Seseorang yang selalu menungguku di ujung jalan
ini. Seseorang yang selalu berusaha menghangatkan tanganku” tulis Sora pada
buku hariannya, “kau tahu, ia tak mungkin kembali. Tuhan memanggilnya tepat
setelah hari ulang tahunku. Tepat saat 1 tahun hubungan kami.” Lanjutnya.
Caramel Mocchiato-nya sampai di meja, “terimakasih” kata Sora pada pelayan itu,
lalu segera meminumnya. “berhentilah
menulis dan mulailah bicara pada teman-temanmu Han Sora!” tegur seorang teman
wanitanya “Yoonji, kau datang” sapa Sora “lupakanlah hal yang sudah berlalu,
kau harus mulai menjalin hubungan yang lain Sora.” Ucap Yoonji yang sudah mulai
khawatir dengan keadaan sahabatnya itu. “bukankah sudah seharusnya manusia yang
hidup melanjutkan kehidupannya? Sejak Jisukmeninggal,seakan-akan kehidupan,
hati, dan jiwamu ikut mati dengannya. Sora, Jisuk tak akan suka jika kau
seperti ini, mungkin ia sedang menangis disana. karena itu, lanjutkan hidupmu Han
Sora” kata Yoonji sambil menatap lekat
“aku mengerti. terimakasih” jawab Sora singkat. Sampai saat ini, hanya Yoonji
yang selalu berada disamping Sora, semua teman-temannya menjauhi Sora karena
mereka menganggap Sora aneh, seorang wanita yang tiba-tiba tak bisa
berkomunikasi dengan dunia luar. Seorang wanita yang hanya bisa menulis dan
sulit untuk bicara dengan siapapun, kecuali pada Yoonji. Sora tak pernah memperdulikan
apa yang mereka katakan karena Sora hanya ingin menjalani hidupnya dengan
nyaman. Tidak dengan ocehan dari orang orang yang bahkan tak mengerti isi
hatinya.
***
Ini sudah tepat 2 minggu hari libur Sora, sekarang waktunya masuk
sekolah. Seperti biasa, ia hanya mengucir satu rambutnya tanpa poni, dan
membawa tas gendong berwarna marun. Sora berjalan ke halte bus dekat rumahnya
dan menaiki bus yang baru saja sampai di hadapannya. Sora memilih tempat duduk
dipaling belakang lalu memakai headset-nya. Headset yang tanpa lagu, tanpa
suara. “permisi” kata seorang lelaki yang langsung duduk disampingnya, Sora
bergeser sedikit kearah jendela, “oh kita satu sekolah! Hai namaku Yoon Kangmin”
kata lelaki itu menyodorkan tangannya “Han Sora” jawab Sora tanpa menerima
tangan Kangmin, Kangmin menepuk-nepuk tangannya sendiri. “Han Sora, nama yang
bagus. Kau memang seperti ini ya?” kata Kangmin, Sora hanya diam tak menjawab
“wah… kau tipe-ku sekali.” Kata Kangmin lagi “berhentilah menatap jendela itu,
dan lihat aku” kata Kangmin sambil menatap wajah Sora dari bagian depan “apa
yang kau lakukan! Minggir!” suruh Sora. Sora turun dari bus itu dan Kangmin pun
begitu, Sora mempercepat langkah kakinya, Kangmin tetap mengikuti Sora “ada apa
denganmu?! Kenapa kau terus membuntutiku?! Urus urusanmu sendiri!” bentak Sora,
Kangmin terkejut “a..apa? membuntutimu? Siapa? Aku? Tentu saja tidak! Aku juga
akan pergi ke sekolah. Kau lupa? Sudah ku katakan, kita bersekolah di sekolah
yang sama.” Jelas Kangmin “kalau begitu aku pergi duluan” kata Kangmin, sambil
melewati Sora yang tertunduk malu.
“ya! Anak-anak! Diam diam!”
suruh seorang guru perempuan menenangkan seluruh murid di kelas Sora “hari ini
kita kedatangan siswa baru, pindahan dari daegu” jelas bu guru “Kangmin,
kemarilah. Perkenalkan dirimu” suruh jung seonsaengnim “Hi namaku Yoon Kangmin,
Senang berkenalan denganmu ” katanya “mohon bantuannya” lanjut Kangmin, “kau
boleh memilih tempat dudukmu” suruh jung seongsaengnim. Kangmin melirik ke
setiap sudut kelas, tak ada bangku kosong selain bangku paling belakang, “ah!
Kau boleh duduk dengan Sora, kalau kau mau” kata jung seonsaengnim “ya” jawab Kangmin,
ia segera berjalan kearah bangku itu “um.. kita bertemu lagi” kata Kangmin
“sepertinya begitu” jawab Sora “ku harap kau bisa dengan nyaman bicara
denganku” kata Kangmin “kuharap aku bisa” kata Sora sambil membaca bukunya. Sora
membuka lembaran buku hariannya, terpampang jelas foto seorang lelaki berpostur
tegap, tinggi sedang tersenyum menatap
kamera “dia tampan” kata Kangmin tiba-tiba “siapa dia?” Tanya Kangmin “pacarmu
ya?” tanyanya lagi “wah… kau punya pacar rupanya” kata Kangmin yang tak berniat
untuk berhenti bicara “siapa namanya?” Tanya Kangmin sambil terus menatap wajah
Sora “ini… ini.. aku bertanya tentang lelaki yang ada di foto ini” kata Kangmin
sambil menunjuk-nunjuk foto itu “hentikan! Kau ini tak bisa diam! Kumohon
jangan ganggu aku! Setidaknya jangan berusaha untuk dekat denganku!” kata Sora
yang sudah mulai gerah dengan kelakuan Kangmin “oh baiklah baiklah… aku akan
diam. tapi jangan larang aku untuk mendekatimu, karena aku ingin mengenalmu.
Kita…. Teman bukan?” jawab Kangmin “tidak! Kita bukan teman! Jadi berhentilah
menggangguku!” kata Sora lalu berjalan membawa buku hariannya keluar. Kangmin menatap
punggung yang berjalan dengan cepat itu “Kenapa kau mendekatinya? Dia itu anak
aneh!” kata seorang murid lelaki di sampingnya “tidak, Sora tak aneh. Dia
hanya… belum terbiasa” jawab Kangmin “apa? Dari mana kau tahu dia itu belum
terbiasa?” Tanya anak lelaki itu “lihat dia… dia begitu kesepian. Kenapa kalian
tak menemaninya?” kata Kangmin “kami… takut. Dia lebih terlihat seperti zombie.
Dia hanya menulis dan tak pernah bicara, ia hanya minum susu rasa strawberry
saat istirahat, dan dia sering melamun dan menatap kosong pada jendela, tapi
setidaknya dia masih yang paling pintar di kelas” jelas anak laki-laki itu
“namaku gongmin” ucapnya “ah…” kata Kangmin sambil mengangguk-angguk. Bell
pulang sudah berbunyi, tapi Kangmin
lebih memilih diam di kelas sambil mencari tahu, apa yang dipandang Sora dari
jendela itu. Kangmin mencari sesuatu “ah!” teriaknya, sebuah lapang baseball
luas ada tepat di depan matanya “apa yang kau lakukan?” Tanya seseorang “oh!
Kau membuatku kaget saja! Setidaknya buatlah suara langkah kaki ketika kau
datang!” kata Kangmin sambil mengelus-elus dadanya, Sora membalikan badan dan
berjalan keluar “Han Sora” panggil Kangmin “han.so.ra” panggilnya sekali lagi “Sora”
panggil Kangmin “jangan bertindak seperti kau sudah mengenalku sejak lama! Kau…
selalu mengingatkanku pada Jisuk ” kata Sora “kau selalu memandang kearah
jendela, disaat semua orang dengan bebasnya membicarakanmu, kau tetap saja tak
perduli! Lihat sekitarmu Han Sora! Mereka menganggapmu aneh! Mereka mengataimu
zombie! Dan kau tak pernah menghiraukannya! Hadapi kenyataan! yoon Jisuksudah
mati!” ucap Kangmin keras “apa hak mu bicara seperti itu!? Kau bahkan tak
mengenal Jisuk ! Kau tak tahu apa yang sudah kami lalui! Yoon Kangmin kau
keterlaluan!” bentak Sora “kau masih juga tak mengerti hah?! Keluarga kami sama
kehilangannya denganmu! Ibuku, wanita yang melahirkannya seharusnya lebih
merasa sengsara karena kehilangan anak sulungnya! Tapi ibuku lebih sengsara
karena mendengar kabar dirimu yang begitu menderita seperti ini!” kata Kangmin
sambil menatap mata Sora yang berkaca-kaca, Sora terdiam, ia masih mencerna
kata-kata yang keluar dari mulut Kangmin “kau… tak seharusnya berbuat seperti
itu. Kakakku… yoon jisuk, tak akan menyukai ini” suara Kangmin mulai melemah, terdengar
hangat di kuping Sora, membuatnya menangis. “Jisuk , tak pernah mengatakan
selamat tinggal padaku” kata Sora sambil menahan air matanya “itu karena ia tak
ingin membuatmu menangis” jawab Kangmin “Jisuk tak pernah berkata bahwa ia begitu kesakitan”
kata Sora “itu karena ia tak ingin membuatmu khawatir” jawab Kangmin “Jisuk tak pernah…. Ia tak pernah… ia tak akan pernah
meninggalkanku begitu saja seperti ini..” katanya sambil tersedak karena air
mata yang begitu derasnya “itu karena…” Kangmin terdiam. Suasana sepi, sunyi.
***
Kangmin menatap Sora yang
menghapus air matanya sambil membereskan tasnya “maaf” kata Kangmin yang juga
membereskan tasnya “tidak. Aku yang salah” jawab Sora “aku, kau memang benar.
Tak seharusnya aku seperti ini. Seharusnya aku melupakan Jisuk , tapi apa boleh
buat. Setiap jalan yang ku pijak, sangat berarti bagiku. Begitu pula dengan
setiap waktu yang ku lalui dengan Jisuk , itu membuatku memiliki kenangan indah
yang akan ku kenang nantinya” lanjut Sora “itu normal. Kau boleh sedih sebanyak
yang kau bisa. Kau boleh menanagis sampai kau puas, tapi jangan lupakan cara
menghentikannya. Kau harus akhiri disini. Kau harus mulai bicara dengan
teman-temanmu. Han Sora” kata Kangmin, lalu pergi keluar dari kelas itu. Sora
tersenyum simpul, Kangmin benar. Kali ini ia tersenyum karena ia tahu, apa yang
Kangmin katakan itu benar, tak ada yang boleh membuatnya menangis lebih lama.
Keesokan harinya, Sora terduduk diam di bangkunya, ia membaca
novelnya “hey! Han Sora! Buang ini ke tong sampah!” suruh seorang murid
perempuan “kenapa kau diam saja?! Cepat pungut ini dan buang ke tempat sampah
bodoh!” teriak anak perempuan yang lain, Sora memungut sampah itu, satu
persatu. Ia merendahkan dirinya pada teman yang bahkan tak lebih tua darinya
“apa yang kau lakukan!? Cepat berdiri!” suruh Kangmin “hey anak baru! Jangan
mengganggunya! Dia sedang melakukan tugas bersih-bersihnya!” kata minji ketua
geng di kelas ini “apa? Apa kau bilang? Jangan mengganggunya?! Kau yang diam!
Dia bukan seseorang yang bisa kau suruh dengan seenaknya!” jawab Kangmin
“berdiri Han Sora! Berdiri ku bilang!” kata Kangmin pada Sora dan langsung
menariknya keluar. Kangmin menyuruh Sora untuk duduk di tangga “kau baik-baik
saja?” Tanya Kangmin “mm” jawab Sora menganggukkan kepalanya “lain kali, jangan
biarkan mereka memperlakukanmu seperti itu!” kata Kangmin sambil menepuk tangga
karena kesal “aku baik-baik saja. Tak usah khawatir. Aku sudah biasa
diperlakukan seperti itu.” Jawab Sora “hah?! Terbiasa? Bagaimana bisa kau
berkata seperti itu?! Kau tak boleh terbiasa dengan hal seperti tu!” kata Kangmin
“terimakasih” ucap Sora sambil tertunduk “kenapa?” Tanya Kangmin “untuk jangka
waktu 1 tahun ini… kau membuatku tersenyum untuk pertama kali, kemarin” jawab Sora
“tak masalah” jawab Kangmin. Mereka pergi ke kantin berdua dan membeli dua buah
susu strawberry. Membeli snack dan roti. Kangmin menikmati kesehariannya
bersama Sora. Tak banyak yang ia rasakan setelah kehilangan kakak sulungnya
begitu juga Sora, tak banyak yang ia lakukan setelah kepergian jisuk. Tapi hari
ini, Kangmin merasa ia bisa bermanfaat untuk orang lain, dan ia merasa bahagia.
Sora, memakan rotinya, sudah lama sepertinya ia tak memakan makanan kantin
selain susu strawberry, terimakasih pada Kangmin yang membuatnya mengulang
aktifitasnya setahun lalu.
2 bulan kemudian
Sora mulai berubah sedikit demi sedikit, ia tak lagi mengikat satu
rambutnya, kadang ia menggerainya atau mengikatnya setengah, Yoon Kangmin,
seorang lelaki yang merubah kehidupannya. Entahlah, ia merasa nyaman dan aman
jika ia bersama Kangmin. Begitu juga Kangmin yang mulai merasakan sesuatu yang
aneh terjadi pada dirinya, ia selalu merasa lebih bersemangat jika sora berada
di sekitarnya, mereka mengerjakan tugas bersama, pergi ke mall, taman,
perpustakaan, kantin dan jangan lupakan kios pinggir jalan di hongdae. Kangmin
hanya bingung, ia tak habis fikir ada satu tempat yang tak mau dikunjungi Sora.
Lapangan baseball. Pernah pada suatu hari Kangmin mengajak Sora kesana, tapi Sora
langsung menolak dengan kerasnya, ia bahkan tak bicara dengan Kangmin selama 3
hari.
“Sora, Kita kemana hari ini?” kata Kangmin sambil
merangkul Sora, Sora menatap Kangmin aneh “ups… maaf” kata Kangmin sambil
melepas tangannya “aku.. ada acara. Sepertinya kita tak bisa pergi kemanapun
sekarang” jawab Sora “ah kenapa?” Tanya Kangmin “sudah kubilang aku ada acara, Yoon
Kangmin. Berhentilah memohon” kata Sora “kalau begitu, mau ku antar pulang?”
Tanya Kangmin lagi “tak perlu. Aku bisa sendiri” jawab Sora. Gerimis mulai
turun “pakai ini” kata Kangmin dari belakang tubuhnya “lalu kau?” sambil
menepas payung yang di pegang Kangmin “aku tak apa. pulanglah” suruh Kangmin
sambil menyelipkan gagang payung itu di jemari Sora “terimakasih” kata Sora
lalu berjalan menuju gerbang sekolah. Gerimis itu sedikt demi sedikit mulai
mereda, Kangmin duduk di sebuah ayunan kecil di taman bermain didekat sekolah
mereka, ia melihat pantulan dirinya di kubangan air “kami memang mirip,
setidaknya aku lebih baik dari pada dirimu, kak. Setidaknya aku tak
meninggalkan wanita itu sendiri, seperti apa yang kau lakukan” kata Kangmin
sambil memainkan kubangan air itu dengan kakinya “Yoon Kangmin! apa yang kau
lakukan?” kata Sora sambil
mengejutkannya dari belakang “o..oh? tidak! Bukan apapun..” jawab Kangmin gagap
“kau pasti sedang memikiirkan sesuatu kan? Ada apa? bicaralah” suruh Sora, Kangmin
mendeham, ia merasa ada sesuatu menyangkut di tenggorokannya “tak ada apapun
yang ku pikirkan, aku hanya sedang berkaca disitu” kata Kangmin sambil menunjuk
kubangan air itu sambil tersenyum lebar “m.. ngomong-ngomong tadi kau kemana?
Pasti ada sesuatu yang pentingkan?” Tanya Kangmin, Sora mengangguk “hari ini,
tepat 2 tahun kepergian Jisuk ” jawab Sora dengan ringan “kau… tak mungkin kau
melupakan hari ini kan?” lanjut Sora penuh harap “… kami, sudah tak merayakan
hal seperti itu sejak setahun lalu. Ibu selalu menangis semalaman sambil
melihat foto hyeong. Kami tak mau ibu seperti itu terus” jawab Kangmin “ah,
maaf” kata Sora menyesal “kenapa kau minta maaf? Tak ada yang perlu dimaafkan…
aku lapar, bagaimana kalau kita pergi ke kedai pinggir jalan seperti biasa? Aku
yang teraktir!” kata Kangmin dengan wajah yang ceria “baiklah! Ayo! Lomba lari
kesana, siapa yang terakhir sampai dia harus memakan ddeokbboki paling pedas!
Siap?” kata Sora, dengan hitungan satu dua tiga, larilah mereka berdua.
Setelah beberapa bulan mereka saling memahami satu sama lain,
akhirnya mereka sadar, sesuatu telah terjadi pada hati mereka. Di satu sisi, Sora
sadar akhir-akhir ini ia mulai melupakan Jisukdan mulai memikirkan Kangmin, dan
Kangmin, ia mulai tersenyum sendiri saat melihat foto mereka berdua, dan mulai
ingin menjaga Sora bagaimanapun caranya.
***
Hari ini hari valentine, Kangmin
berniat untuk membawa Sora ke suatu tempat, jadi ia menyuruh Sora untuk pergi
ke halaman sekolah dan meunggunya disana. Sora menunggu Kangmin tepat di tengah
halaman sekolah, tapi sudah lebih dari 15 menit dan Kangmin belum juga datang
“selalu seperti ini, terlambat adalah kebiasaan Yoon Kangmin” gumam Sora pada
dirinya sendiri. Setelah 20 menit berlalu akhirnya Kangmin datang “jangan lihat
aku! Tetaplah di tempatmu” suruh Kangmin “ada apa?” Tanya Sora panic “sudahlah,
ikuti saja apa yang ku katakan.” Kata Kangmin sambil menutup mata Sora dengan
blindfold “apa yang kau lakukan Yoon Kangmin!” kata Sora sempat memberontak
“diamlah” kata Kangmin lalu menuntun Sora ke sebuah tempat yang sudah ia
siapkan. “mau kemana kita sebenarnya? Kau ini… cepat lepaskan blindfoldnya!”
kata Sora sambil menebas nebas angin di hadapannya “kita akan ke suatu tempat
yang pasti akan kau sukai” jawab kangin terkekeh “nah, kita sudah sampai.” Kata
Kangmin “tapi tutup dulu matamu ya. Setelah hitungan ke tiga, kau boleh membuka
mata dan mulai terkagum-kagum padaku haha” lanjut Kangmin “baiklah, aku
mengerti” jawab Sora. Kangmin membuka perlahan blindfold yang terikat dimata Sora
“satu… dua… tiga… tada!!” hitung Kangmin, Sora ternganga, dihadapannya tersaji
lapangan luas dengan pasir menjadi dasarnya yang bertuliskan ‘Han Sora. Aku.
Mencintaimu. Jadilah. Kekasihku’ “apa ini?” Tanya Sora gugup “ini untukmu.
Selamat hari Valentine Han Sora” ucap Kangmin “semoga valentine ini, bisa
menjadi yang paling berkesan untukmu”
lanjut Kangmin, lalu memeluk Sora.
Matanya berbinar setetes air mata keluar dari matanya, bahagia,
terharu, bersyukur. Itu yang dirasakan Sora hari ini. Tapi, sesuatu mengganjal
penglihatannya, tempat ini… lapangan baseball sekolah, ya.. ini lapangan
baseball sekolah! Apa yang dia lakukan disini bersama Kangmin?! Sora melepas
pelukan Kangmin, ia menatap Kangmin tajam “apa yang kau lakukan!” pekik Sora
“aku.. aku… ingin membuat surprise untukmu tentunya, kenapa? Kau tak menyukainya?”
kata Kangmin “tapi kenapa kau melakukannya disini? Yoon Kangmin kau tahu ini
tempat yang… tempat yang…” Sora terhenti lidahnya kaku. “tempat yang apa? Yang
mengandung banyak kengan bersama kakakku? Kau tak boleh seperti ini selamanya Han
Sora! Berhentilah memikirkan yang sudah tak ada dan perhatikan aku! Bukankah
selama ini aku yang ada denganmu? Yang menjagamu dan menyayangimu!” kata Kangmin
dengan penuh kegeraman “berhentilah memaksaku, tempat ini terlalu banyak
menyipan kesedihan untukku. Dan kau, aku tahu kebahagiaanku ada bersamamu.
Tapi, kenanganku ada bersama Jisuk ” kata Sora “baiklah, jika itu yang kau
inginkan. Aku pergi” jawab Kangmin lalu berjalan pergi meninggalkan Sora “kau
selalu pergi duluan meninggalkanku setelah memberikan kata-kata yang menghasut
hati. Bagaimana bisa kau melakukan itu Yoon Kangmin?” kata Sora kecewa, Kangmin
terhenti “kau menginginkan ini Sora. Berhentilah mengikuti egomu, dan ikuti
hatimu. Suatu hari kau akan menemukan dirimu sendiri yang merindukanku. Saat
itu, panggil aku. Aku akan datang” jelas Kangmin, lalu kembali melangkahkan
kakinya.
Sesampainya dirumah, Sora
terdiam ia berpikir, apa benar yang Kangmin katakan? apakah ia menyukai Kangmin?
Benarkah ia akan merindukannya? Sora bertanya-tanya “ada apa?” Tanya Yoonji
“pasti tentang Kangmin kan?” tanyanya “bukan” jawab Sora “kau berbohong” ucap Yoonji
sambil mengambil segelas air putih dan menyerahkannya pada Sora “aku tak
berbohong. Aku memang tak memikirkan Kangmin” jawab Sora lalu meminum airnya.
“kau membutuhkannya Sora” kata Yoonji menasihati “kau tahu kau membutuhkannya
tapi kau tak mau mengakuinya. Kau terlalu naif” lanjut Yoonji “jangan bertindak seperti kau sangat
mengenalku lee Yoonji.” Kata Sora “aku memang mengenalmu dengan baik. Dan aku
tahu kau membutuhkan Kangmin. Jadi, berhentilah bersikap egois dan tanggapi
perasaan Kangmin. Atau kau akan hidup seperti ini selamanya” jawab Yoonji
tenang, lalu pergi kekamarnya. Sora kembali berpikir, apa mungkin yang
dikatakan sahabatnya Yoonji benar? bahwa sebenarnya ia memang sangat
menginginkan Kangmin? Ia menyerah, mungkin ini benar sudah saatnya ia berhenti
memikirkan Jisukyang sudah tak ada dan mulai melirik Kangmin.
Keesokan harinya, Sora berangkat
ke sekolah seperti biasa dan duduk di tempat biasa ia duduk, tidak biasanya ia
datang duluan biasanya Kangmin sudah menunggunya di depan kelas untuk masuk ke
kelas bersama. Beberapa saat sebelum bel berbunyi, Kangmin datang, dan langsung
terduduk di samping Sora, tapi Kangmin menggeserkan bangkunya sedikit menjauh
dari bangku Sora “Yoon Kangmin” panggil Sora “Kangmin” panggilnya sekali lagi
“ada apa” jawab Kangmin dingin “jangan seperti ini, ku mohon” kata Sora sambil
menatap wajah Kangmin dari samping “yang lain boleh menjauhiku, tapi kumohon
jangan kau” kata Sora lagi, kali ini matanya mulai berkaca-kaca “tatap aku.
Jangan jauhi aku. Yoon Kangmin” suruh Sora “Kangmin…. aku merindukanmu” ucap Sora,
Kangmin tercengang “apa kau bilang?”
Tanya Kangmin “aku merindukanmu” jawab Sora sambil menundukan wajahnya
malu “tentu saja, aku tahu itu” ucap Kangmin “aku tahu kau akan mengatakan itu”
bisik Kangmin pada Sora. Saat itu, guru datang. “kau orang paling bodoh yang
pernah ku temui Yoon Kangmin!” kata Sora yang juga berbisik “tidak, itu kau.
Kau yang tak pernah menyadari bahwa kau menyukaiku!” bisik Kangmin sambil
menyentil dahi Sora.
Waktu istirahat tiba, Kangmin
terus mengikuti Sora kemanapun, sambil bertanya “jadi? Kau mau menjadi pacarku?
Oh? Oh?” tapi Sora tak pernah menjawabnya “Sora~ jawab aku!” Tanya Kangmin
“baiklah! Hentikan! Aku mau!” jawab Sora kesal “benarkah?” kata Kangmin “kau
serius?” tanyanya “kau tak bercanda kan?” tanyanya lagi “kau tak boleh menarik ucapanmu lagi! Kau mengerti?”
ucap Kangmin lalu menarik-narik tangan Sora kegirangan. Ya, Yoon Kangmin dan Han
Sora akhirnya memulai hubungan baru, yang mungkin juga bisa membuat Sora
melupakan masa lalunya yang begitu kelam dan menyedihkan. Yoon Kangmin, seorang
lelaki yang telah merubah hidup Sora yang selama ini abu-abu menjadi lebih
berwarna, tak lain karena perhatian dan kasih sayang yang lama tak Sora temukan
dari siapapun, ayah dan ibunya sudah lama meninggalkannya, disusul Jisukyang
begitu cepat pergi, dan sekarang akhirnya ia menemukan Kangmin. Mereka berdua memutuskan untuk berkencan. Ya…
setelah penantian yang cukup lama ini, akhirnya mereka memutuskan untuk memulai
hubungan yang lebih dekat. hari itu matahari bersinar dengan teriknya, membuat
setiap orang yang keluar untuk melakukan aktifitasnya menjadi semakin gerah dan
tak bersemangat, bahkan beberapa orang merasa terganggu dan kesal. Yoon Kangmin
memutuskan untuk mengajak Sora bertemu dengan ibunya, hari ini mereka berjanji
untuk bertemu tepat di taman dekat halte bus.
***
Sora menyiapkan baju terbaiknya,
ia bahkan berganti-ganti baju dan terus memandangi pantulan dirinya di cermin, Sora
tetap merasa tak puas dengan apa yang dipakainya. Sora menambahkan sebuah pita
kecil berwarna biru langit yang senada dengan pakaian yang ia pakai hari itu.
Ia menyemprotkan parfum di sekitar tubuhnya dan memakai sepatunya lalu berjalan
keluar rumah dengan hati yang berdebar. Jarak antara rumah dan halte bus tak
jauh, hanya sekitar 700 meter dari rumahnya menuju jalan raya, jadi Sora
memutuskan untuk berjalan kaki. Ponsel Sora berdering, Sora melihat layar
ponselnya lalu tersenyum “mm..” kata Sora pada seseorang di balik telpon itu
“kau dimana?” Tanya Kangmin manja “aku sedang berjalan menuju halte bus. Kau
tunggu saja di taman” jawab Sora “baiklah.. tapi jangan matikan teleponnya ya”
kata Kangmin “aku mengerti” jawab Sora sambil mengangguk-angguk. Mereka terus
mengobrol lewat telepon itu, tanpa terasa Sora sudah sampai di halte bus, “Yoon
Kangmin, aku sudah sampai halte bus. Tinggal menyebrang dan aku akan sampai.
Kau lihat aku ya” kata Sora “aku akan memperhatikanmu..” jawab Kangmin
cengengesan. Sora menatap lampu lalu lintas, lampunya berwarna hijau dengan
gambar orang yang menyebrang, itu artinya sudah waktunya ia menyebrang. Sora
menyebrangi jalan itu dengan hati-hati, tapi tetap saja dengan cerobohnya ia
menjatuhkan ponsel yang ia pegang, ia mengambil ponsel itu lalu melambai pada Kangmin
yang sudah tepat di hadapannya, tapi tiba-tiba ‘pangpang!’ terdengar suara
klakson truk yang begitu memekakan telinga. Kangmin berteriak, menjulurkan
tangan, memanggil-manggil nama Sora. Tapi terlambat, kejadian itu begitu cepat
terjadi. Sora sudah tergeletak di jalan yang dingin dan padat itu, Kangmin
berlari secepat yang ia bisa, berlari dan menangis. Memanggil nama seorang
wanita yang baru saja melambaikan tangan padanya, Sora.. Han Sora.. panggilnya,
tapi Sora tetap diam tak berkata apapun, cairan merah itu terus mengalir di dahi
dan lengannya, mini dress biru langit yang dipakainya sekarang hampir di
dominasi warna merah, Kangmin memeluk tubuh Sora yang masih terasa hangat itu.
“buka matamu! kubilang buka matamu Han Sora!” teriak Kangmin tapi Sora masih
tak bergeming. Jemarinya bergerak sedikit, menggapai-gapai jemari Kangmin yang
terasa begitu jauh “tak apa, jangan bicara. Kau harus baik-baik saja” kata Kangmin
yang merasakan jemari Sora menyentuhnya dengan susah payah “jangan bodoh Yoon
Kangmin” ucap bibir lemah yang gemetar dengan suara samar itu, Kangmin
menangis, ia menggendong Sora kepinggir jalan. Begitu banyak orang-orang yang
melihatnya, mereka memperhatikan Sora yang sudah tak berdaya, tapi ambulan
belum juga datang.
“jangan tinggalkan aku, Sora”
ucap Kangmin dengan suara paraunya “kau harus tetap bersamaku” katanya lagi,
masih sambil menggenggam tangan Sora yang sudah mulai terlihat pucat. Matanya
mulai membuka sedikit, perlahan, tapi pasti, lalu tersenyum. Sora mengangguk,
ia memberikan senyumannya untuk Kangmin, tapi Kangmin terus menggelengkan
kepalanya. “Tidak kumohon jangan” ucap Kangmin dengan penuh keputus asaan, tapi
Sora memaksakan bibirnya untuk tersenyum lagi, dan menggenggam tangan Kangmin
dengan kuat, tetapi kekuatan itu lenyap dalam sekejap. Dan Kangmin menyadari
itu. Sora sudah pergi meninggalkannya. Seketika tangisan itu keluar, ia tak
bisa menjerit, hatinya begitu sakit dan terasa hambar. Tidak, ia masih belum
merelakan Sora, ia ingin menghujat seseorang untuk bertanggung jawab atas semua
ini, tapi Kangmin terdiam, ia menangis, dan memeluk tubuh kaku di hadapannya.
15 menit kemudian ambulan baru sampai dan Sora sudah dinyatakan tak ada.
***
Keesokan paginya, seorang suster memberikan sebuah buku harian
berwarna merah jambu padanya, Kangmin membaca buku itu dengan seksama. Ia
tersenyum, namun tak terbayangkan betapa tersayatnya hati Kangmin saat itu,
tulisan tangan Sora, gambaran-gambarannya dan kenangan-kenangan yang tertulis
didalam buku harian itu adalah bukti bisu kehidupan wanita bernama Han Sora,
buku harian yang menemaninya kemanapun ia pergi, sampai detik terakhir. Kangmin
mengusap buku itu, memeluknya, menekannya kuat tepat ke dadanya, ia berharap
rasa sakit dari tekanan itu bisa mengalahkan rasa sakit yang ia rasakan saat
ini. Ia berusaha untuk tetap tersenyum, tapi ia tak bisa mengelak, rasa sakit
itu terus menghujaminya, terutama saat ia membaca sepenggal tulisan Sora, yang
ia tulis kemarin saat ia akan menemui Kangmin ‘hari bahagiaku, hari ini. Saat
ini, detik ini. Yoon Kangmin, terimakasih telah membuatku tersenyum dan
merasakan kebahagiaan sekali lagi. Kau yang selalu membuatku berpikir dua kali
untuk berbuat hal bodoh. Dan tolong jangan biarkan aku sendiri, jaga aku.
Jangan tinggalkan aku, aku tak mau merasa kehilangan untuk yang ke sekian
kalinya, jikapun harus ada salah satu dari kita yang pergi, aku yang akan pergi.
Biarlah kau disini dan hidup bahagia. Dan Kangmin… aku mencintaimu ’ Kangmin
tersenyum getir, ia membayangkan senyuman terakhir Sora untuknya. Hari itu, Kangmin
menyadari sesuatu, pertemuannya dengan Sora tak pernah sia-sia, Sora adalah
seseorang yang telah membuatnya berfikir begitu dewasa, seseorang yang telah
mengajarkan arti diam yang sesungguhnya, seseorang yang telah mengajarkannya
untuk menghargai dan mengingat, seseorang yang mengajarkannya mencintai, dan
kini sampai saat terakhirnya, Sora tetap mengajarkannya arti untuk melepaskan
dengan tersenyum, mengajarkan bahwa dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Han
Sora, memberikan arti hidup yang sebenarnya. Hidup dimana harus ada yang pergi
saat ada yang datang, dan ada yang tinggal juga ada yang hilang. Karena setiap
orang mempunyai rahasia yang tak
terucapkan, penyesalan yang tak terhapuskan, mimpi yang tak teraih, dan cinta
yang tak terlupakan.
END